Chereads / warisan Emak Tonah / Chapter 12 - Chapter 12

Chapter 12 - Chapter 12

Tepat pukul 12 malam kami pun sampai di Rumah kontrakan Mas Alan, aku masuk setelah mas Izzan membukakan pintu Rumah. Aku menuju kr kamarku lalu membersihkan diriku. Hari ini benar-benar melelahkan bagiku, namun aku merasa bersyukur karena disaat Emak Tonah tiada banyak orang-orang disekeliling Emak yang banyak membantu dalam prosesi Pemulasaran jenazah hingga bisa mengadakan acara tahlilan sampai 7 hari kedepan berturut-turut.

Aku menerawang diantara langit-langit kamar, Emak Tonah banyak menyimpan rahasia yang tak aku ketahui tentang Warisan yang ia berikan kepadaku. Aku berusaha memejamkan mataku dan membuang segala pemikiran burukku tentang Almarhummah Emak Tonah saat ini.

" Fee, bukalah kotak ini."

" Apa ini Mak?" ku buka kotak berisi sebuah sebuah nama yang membuatku terbelalak saat membacanya

" Jangan kaget, itu adalah wasiat yang aku berikan kepadamu. Pilih salah satu diantanya dan dia yang akan menuntunmu menuju warisan yang Emak tinggalkan untuk mu."

" Tapi Mak kenapa harus salah satu dsri mereka yang akan mengantarkan ku menuju warisanmu."

" Hanya kamu yang bisa menolong Emak dan kedua Orang tuamu."

" Tapi Mak.. "

" Tolong segera tunaikan wasiatku Fee dan tolong Emak Fee..tolong Emak.. "

" Tidaaaaaak..."

Tiba-tiba aku terbangun dari tidurku, ternyata itu hanya sebuah mimpi Ya Allah begitu nyata aku berbicara dengan Emak.

Aku segera melihat jam di dinding , pukul 3 pagi, ingin aku bangun dan melaksanakan Sholat Tahajjud namun rasa lelahku membuatku merebahkan badanku kembali diatas ranjang.

Menjelang pagi tepatnya pukul 4.45 aku terbangun, segera aku ambil air wudhu lalu aku segera menunaikan Sholat shubuh. Setekah itu aku membersihkan diriku dan segera pergi ke arah dapur.

Aku membuka isi kulkas berharap ada sesuatu untuk dimasak namun hanya ada makanan kaleng saja, aku memasak sesuai petunjuk cara memasaknya tinggal aku iris bawang merah , bawang putih, tomat dan irisan cabe rawit.

Aku sudah memasak nasi di rice coocer. Setelah semua sudah siap segera aku menyajikannya diatas meja lalu aku membersihkan Rumah kontrakan ini.

...

" Hu ..ha..hu..ha.."

Terdengar dari teras seseorang tengah olah raga, aku keluar dan melihat Mas Izzan dan Pak Dion yang selesai dari joging paginya.

Mungkin ini adalah rutinitas yang mereka lakukan setiap hari minggu. Aku melihat mereka berdua sudah banyak mengeluarkan keringat ditubuhnya, aku hanya bengong saja melihat mereka yang saat ini tengah mrnggerakkan tubuhnya membungkuk lalu tegakkan tubuhnya kembali mungkin mereka sedang merenggangkan otot-ototnya setelah selesai melakukan olahraga jogingnya.

Disaat aku tak sengaja menatap mereka yang sedang berolah raga, tiba-tiba attensi ku mengarah pada otot-otot tubuh mereka yang terlihat jelas karena kaos olahraga yang mereka kenakan saat ini basah dengan keringat mereka hingga kaos tersebut menembus ke dalam sehingga terlihat bagian otot-otot tubuh mereka.

Namun disaat aku sedang melongo melihat mereka tak aku sadari kalau Mas Alan sudah memperhatikan aku sejak tadi. Hingga tiba-tiba Mas Alan berjalan menuju ke arahku.

" Ehem..kamu sedang apa ngintip-ngintip gitu." Ucap Mas Alan dengan tersenyum ke arahku

Duh malunya aku saat itu, kepergok ngintipin mereka yang sedang berolah raga di depan.

" Emmm..aku..aku gak ngintip kok mas, aku tadi hanya ingin menunggu tukang sayur lewat saja."

Alasanku dengan gelagapan

Mas Alan hanya manggut-manggut dan tersenyum saja melihat ke arahku

" Oh jadi kamu dari tadi nunggu tukang sayur ya?" Ucapnya dengan terus terdenyum ke arahku

" Iya Mas, aku menunggu tukang sayur kok." Ucap ku sedikit salah tingkah

" Tukang sayurnya tuh sudah lewat ke tetangga sebelah." Jawab Mas Alan dengan terkekeh

Aduh malunya aku , segera aku melangkahkan kaki ku keluar teras Rumah dan menuju tukang sayur yang sebenarnya sudah lewat depan Rumah sejak tadi. Mas Alan sudah menertawakan ku yang saat itu terlihat sangat malu karena ketahuan aku sudah diam-diam mengintip mereka saat berolah raga.

...

Setengah jam kemudian setelah aku belanja sayur dan mereka berdua telah selesai mandi , akupun segera menyuruh mereka untuk duduk di kursi meja makan untuk menyantap makan pagi yang sudah aku siapkan sejak tadi.

Aku mengambilkan makanan untuk mereka masing-masing dengan lauk yang sudah aku siapkan, lalu aku membuatkan secangkir kopi untuk mereka masing-masing. Duh kalau dipikir-pikir aku kok seperti punya sdua suami saja.

Aku pun tersenyum sendiri, hingga tak aku sadari mereka berdua sedang menatapku aneh saat ini.

" Kamu tak apa-apa Fee?" tanya Pak Dion sembari menatapku

Aku pun tersadar dengan lamunanku dan segera menggelengkan kepalaku sebagai jawabanku. Aku pun duduk bersama mereka kembali dan mulai menyantap makananku saat ini.

Tak ada obrolan selama kami makan dan aku melihat mereka begitu menikmati masakanku saat ini.

Setelah selesai makan , tiba-tiba Mas Alan membuka obrolan

" Fee kamu masih ingatkan dengan wasiat Emak Tonah yang dibacakan oleh Pak Haris kemarin?"

Aku segera mengalihkan pandanganku ke arah Mas Alan yang tampak serius bertanya itu kepadaku.

" Iya Mas, kenapa ?"

" Besok aku akan membuatkan aturan buat mu dan Dion yang harus kalian patuhi selama menjalankan wasiat dari Emak Tonah, begitu juga Dion dan kamu besok kalian bisa membuat aturan yang harus aku patuhi."

Aku sedikit bingung aturan disini seperti apa yang harus aku buat karena jujur wasiat Emak sedikit ambigu bagiku saat ini.

" Tapi Mas, aku tak tau aturan apa yang harus aku buat untuk kalian, karena wasiat itu tak sedikitpun aku mengerti. " ungkapku jujur

" Kamu bisa membuat aruran tentang larangan untuk kami semisal tidak boleh menjalin hubungan selama dalam menjalani wasiat Emak Tonah. "

Aku sedikit kaget saat Mas Alan menjelaskan aturan tentang mereka tak boleh menjalankan hubungan dengan orang lain, lalu mereka harus menjalin hubungan dengan aku? Ah , tidak mungkin mereka akan menjalin hubungan dengan diriku dan berharap salah satu dari mereka menjadi pilihan hidupku nanti yang akan mengantarkan aku pada ujung tombak warisan Emak Tonah dikemudian hari seperti yang aku mimpikan kemarin malam.

" Kenapa Fee? Kamu terlihat bingung ?" tanya Pak Dion yang melihat diriku sedang kebingungan sate ini

" Iya Pak, aku memang sedikit bingung tentang wasiat Emak Tonah saat ini. " ucapku dengan sedikit menunduk

" Kamu tak perlu bingung Fee , Wasiat Emak Tonah itu memang ada hubungannya dengan kami, kamu ingatkan pesan dari Emak Tonah sebelum dia meninggal?" tanya Mas Izzan dengan menatapku

" Harus ada yang menjaga Fee saat Emak Tonah telah tiada." Jawabku

" Nah itu, Orang yang Emak Tonah maksud adalah kami berdua Fee, kamu bisa memilih satu diantara kami Fee dan selama dalam menjalani wasiat Emak , kami akan memberikandirimu untuk dirimu bisa mengenal kami berdua."

" Dengan cara?" tanyaku

" Mengikuti aturan yang kami buat Fee." Jawab Mas Dion

" Oke, tapi saya mengajukan syarat boleh?"

" Silahkan, syarat kamu apa Fee? " Tanya Mas Alan

" selama kita tinggal bersama disini saya ingin ada teman yang menemani saya disini, tapi perempuan yang tak jauh beda usianya dengan saya."

Mas Alan dan Pak Dion tampak terkejut dengan syaratmu , mereka saling berpandangan satu sama lain.