Chereads / Saya akan menjadi detektif yang hebat! (素晴らしい探偵になりたい!) / Chapter 3 - CHAPTER 2 - Teman Baru (新しい友達)

Chapter 3 - CHAPTER 2 - Teman Baru (新しい友達)

Aku dibawa berlari ke luar kelas oleh seorang cewek aneh. Katanya sih dia ada urusan denganku, namun aku sampai sekarang tidak diberitahu apa hal yang dimaksud.

"Hei, aku mau dibawa kemana? Hei? HEI?!!!!!!", ujarku gemetaran.

"Diam ajalah dan jalan!", tegasnya.

Aku hanya bisa diam membisu dan patuh tidak melawan lagi.

Dari belakang aku melihat rambutnya yang mempunyai panjang hingga dada, terhembus angin dengan sangat elegan. Aku bahkan bisa mencium bau wangi rambutnya dari sini. Jika diibaratkan wangi rambutnya saat itu seperti bunga mawar yang baru saja mekar. Sungguh sangat wangi.

"Jangan kau mengendus wangi dari rambutku. Itu menjijikan!", marahnya.

"Ah!", ujarku terkaget.

Keheningan yang canggung ini tetap ada, setidaknya aku harap ini tidak terjadi juga ketika berada di dalam ruangan OSIS. Namun, dugaanku salah. Ini tetap terus berlanjut. Ketika kita tiba di ruangan OSIS, dia langsung duduk ke kursinya tanpa menyuruhku duduk atau segala macamnya. Betapa kejamnya.

Setelah duduk di kursinya, dia seperti sedang mencari sebuah arsip di mejanya. Tidak ketemu juga arsip yang dicari di meja, dia langsung beranjak pergi dari tempat duduk lalu mencarinya di lemari. Satu per satu arsipnya ia buka, lalu dia baca dan periksa dengan teliti. Setelah mengetahui itu bukan arsip yang sedang ia cari, dia taruh kembali di tempat semula. Proses itu berulang kali dilakukannya pada semua arsip yang ada di lemari itu. Dia akan terus mencarinya sampai ia memastikan bahwa semua arsip disana bukanlah yang ia sedang cari saat ini.

"Ada.. yang bisa kubantu??", ujarku khawatir.

"Tidak. Terima kasih.", ujarnya serius.

'Wow.. Betapa seriusnya dia.. Apa dia selalu mendedikasikan keseriusan seperti sekarang ini atau dia begitu ketika hanya mencari arsip saja?', gumamku dalam hati.

Setelah dia puas mencari seluruh arsip di lemari, dia menghela nafas dulu yang mungkin karena kecapekan. Setelahnya, dia berbalik melihat ke arahku dengan tatapan sinis. Aku hanya bisa menatapnya dengan perasaan ngeri di dalam hati. Kemudian, dia mulai berjalan ke tempat duduknya kembali, dan mengambil formulir sesuatu serta pulpen di mejanya. Lalu, dia mulai berbicara padaku.

"Namamu siapa?!", tanyanya dengan tegas.

"Gou Akira.", ujarku.

"Umur?"

"16."

"Seperti yang kuduga. Teman yang tadi ajak dirimu bicara, siapa dia?", tanyanya.

"Teman? Siapa?", ujarku bingung.

"Orang yang duduk di depanmu. Siapa dia?", jelasnya.

"Aku belum merasa bertemanan dengan dia, dan aku lupa lagi siapa namanya tadi. Memangnya kenapa?", ujarku keheranan.

"Tidak ada apa-apa. Lanjut ke pertanyaan selanjutnya.", ujarnya.

"Hobi?", tanyanya.

"Hanya hobi yang membosankan. Belajar, tidur.", ujarku.

"Olahraga kesukaan?"

"Badminton"

"Apa alasan pindah sekolah?", tanyanya.

"Hah? Tiba-tiba tingkat kesulitan pertanyaannya meningkat drastis?!", ujarku kaget.

"Jawab saja sudah!", tegasnya.

"K.. Karena ada masalah.", ujarku gugup.

"Masalah apa?", tanyanya bingung.

"Itu bukan urusanmu, lagipula kan tinggal ditulis aja disana kalau aku pindah karena ada masalah. Gitu aja susah banget sih.", ujarku kesal.

"...", dia terdiam.

Setelah dia kelar menulis semuanya yang ia butuhkan di kertas, dia menatapku dengan serius. Sembari dia memutar-mutarkan pulpennya, dia bertanya padaku.

"Ini tidak ada hubungannya, namun aku penasaran. Apa masalah yang membuatmu pindah sekolah secara mendadak?", tanyanya.

Aku terdiam sejenak sebelum memutuskan jawabanku. Lalu...

"Um.. Jika tidak ada hubungannya, maka lebih baik aku pergi. Aku disini hanya menghabiskan waktu saja.", ujarku sembari langsung berdiri dan mulai meninggalkan ruangan.

"Hei!", teriaknya terdengar dari jauh.

Aku memberhentikan langkahku sejenak, dan..

"Jika ada masalah yang berkaitan dengan kertasmu yang entah buat apa itu, aku baru balik lagi kesini. Dah!", ujarku sembari berbalik dan melambaikan tangan.

Belum sempat ia melanjutkan pembicaraan, aku sudah melarikan diri darinya. Aku tidak ingin diinterogasi lebih lanjut.

Akupun akhirnya bisa berjalan balik ke kelasku tanpa ada satu orangpun yang menggangguku. Bahkan lorong sekolah inipun terlihat jadi surga dunia karena semua orang lagi ada di kelas. Memanfaatkan momen waktuku yang tinggal sedikit lagi sebelum masuk kelas, aku ingin menyempatkan waktu sebentar untuk melihat-lihat sekolah ini. Setidaknya hanya berkeliling di lantai dasar saja. Tidak masalah kan ;)?

Oke, dimulai dari 'lorong kiri sekolah'. Ada 3 jenis kelas 1 yang ada disini, mulai dari A, B, dan C. Aku sendiri adalah siswa kelas A, jadi memiliki kelebihannya tersendiri yakni bisa dekat aksesnya dengan pintu keluar. Setelahnya mari kita pindah ke 'lorong depan sekolah'. Seperti yang mungkin biasa anda temui di sekolah, ada loker sepatu, mading, dan sejenisnya. Lalu bagaimana dengan 'lorong kanan'nya? Ada tempat ruang guru, UKS, dan OSIS disini. Untung saja tidak ada orang yang menyebalkan itu.

Tersisa satu lagi yang harus aku liat, yakni lorong.. belakang..

Akupun mulai melangkahkan kaki kesana. Awalnya aku mengira bahwa lorong belakang sekolah ini akan biasa-biasanya seperti pada umumnya. Lorong dengan jendela yang banyak namun pemandangan yang disajikan hanya kebun atau tanaman hijau lainnya. Namun, tunggu.. ketika aku sampai disana, aku hanya bisa diam terperangah melihat pemandangannya.

'Perasaan.. aku tidak pernah liat pemandangan sebagus ini dari lorong belakang sekolah manapun.', gumamku dalam hati.

Dengan banyak jendela sebagai pembatas dan pohon yang tumbuh besar sendirian disana, menjadikan pemandangan ini jauh lebih enak untuk dipandang!

"Ah.. Sepertinya tidak akan bermasalah jika waktunya kupakai sebentar untuk duduk santai menikmati pemanda-", ujarku.

!, apa itu. Apa ada seseorang berdiri di bawah pohon rindang itu? Seseorang yang bolos? Aku langsung buru-buru mendekati jendela untuk melihatnya dari dekat. Namun setelah ku perhatikan dengan seksama, ternyata tidak ada satupun orang disana.

"Apa aku hanya berkhayal?", ujarku sembari memikirkan kejadian tadi.

Setelahnya, aku mulai beranjak berdiri dan pergi berjalan menuju ke kelasku.

Saat sampai ke kelas, aku mulai ditanya guruku tentang apa urusan dia tiba-tiba menyeretku keluar dari kelasnya. Akupun hanya menjawab bahwa ada urusan administratif tadi. Aku bilang kepada gurunya bahwa mungkin saja kertas administrasi yang berkaitan dengan aku hilang entah kemana karena kecerobohannya. Ya, guru itu menerima alasan itu tanpa komplain atau bertanya lebih lanjut.

Selama guru menjelaskan tentang pelajaran hari ini, aku hanya membolak-balikkan buku pelajaran tidak jelas tanpa tahu maksudnya. Yang ada di pikiranku saat ini, hanyalah seseorang yang aku sangat yakin ada di bawah pohon itu. Namun siapa dia? Apa dia siswi sini? Apakah dia bolos? Apa..

"Akira! Sepertinya daritadi kau mendengarkan penjelasan gurumu dengan sangat menghayati sekali ya. Sekarang ibu mau tanya. Diketahui ada klasifikasi sistem 5 kingdom, tumbuhan paku sendiri menjadi dibedakan atas 3 divisio. Apa saja kah itu?", ujar ibu guru sembari tersenyum.

"Um.. Lychophyta, Sphenophyta, Pterophyta?", ujarku.

"Oh! Kau benar.. ehem.. selanjutnya, kau..", ujar ibu guru yang terkaget-kaget.

Mudah.. Aku pernah membaca hal itu sebelumnya.

Namun, seperti yang aku pikirkan tadi. Siapa gadis yang ada dibawah pohon rindang itu?

Seiring berjalan waktu, jam istirahat yang dinanti-nanti banyak siswa pun akhirnya tiba. Kali ini, aku ingin menghabiskan bekal yang ku bawa dari rumah sendirian di kelas. Namun, aku tiba-tiba kepikiran sama orang itu. Teringat akannya, aku langsung bergegas ke pohon rindang di bawah sekolah. Mana kali, karena ini waktunya makan siang, dia akan ada disana.

Dalam perjalananku kesana, aku mulai gugup dan keringat dingin. Aku bingung memikirkan sapaan pertama untuknya yang pas apa (apakah yo? halo? hei? Ya Hallo!), topik pembicaraan seperti apa yang cocok untuknya. Lalu, apakah aku harus membelikan dia bekal? Takutnya dia hanya duduk sendirian disana tanpa membawa bekal apapun. Ah, padahal hanya ingin memastikan saja, kenapa aku harus gugup.

Sempat terlintas di pikiranku untuk mundur, dan makan saja di dalam kelas sendirian. Namun, hati kecilku mengatakan bahwa aku tidak boleh mundur. Selain karena sudah dekat langkahku dengan tempat itu, aku harus berani. Jika aku tidak berani sekarang, maka aku akan menyesali keputusanku dan berurai air mata karena memikirkan ini. Tunggu, darimana aku tahu akan hal ini?

.

..

Setelah aku sampai di sana, aku kembali melihat seseorang disana. Namun, kali ini dia hanya duduk di bawah pohon itu. Apakah aku harus mundur? Jujur, aku sangat gugup kali ini. Namun, orang yang dicari sudah di dalam jangkauan pandanganku.

Tidak! Aku tidak boleh mundur! Aku harus terus melangkah!

Perlahan tapi pasti, aku mendekatinya. Dengan diriku yang bercucuran keringat dingin, hatiku yang berdegup cukup cepat, muka menunduk ke bawah, aku berkata padanya.

"Ha.. Halo! Namaku Gou Akira! Aku siswa pindahan di sekolah ini. Namamu siapa? Sa..Salam kenal!", ujarku dengan gugup.