Chapter 13 - Jurang

Hilda menatap Lucas. Dia merasa linglung sejenak sebelum dengan patuh mengatakan alamat rumahnya.

Yang mengejutkan Hilda, Lucas membawanya ke sebuah toko penyewaan sepeda listrik yang ada di dekat situ.

Kemudian dia mengambil uangnya, meletakkannya di telapak tangan gadis yang belum bisa memproses situasi dengan baik.

Dia menjelaskan kepada Hilda bahwa dia tidak dapat melakukan pembayaran e-money dengan ponselnya. Namun, penundaan ini disebabkan oleh kesalahannya dan dia tidak akan membiarkan Hilda membayarnya.

Meskipun dia tidak pernah mengendarai salah satu sepeda listrik ini, dia telah melihat orang lain melakukannya.

Selain itu, Lucas juga sangat memahami rute di kota ini.

Pada malam musim panas ini, Hilda duduk di belakang Lucas dan menghirup aroma mint yang sudah sangat familiar baginya.

Mungkin demi menghilangkan suasana canggung, Lucas mulai menyenandungkan musik pop yang telah diputar di salah satu toko yang mereka lewati.

Hilda dengan lembut menggumamkan nama lagu yang ingin dia dengar, Memories lagu milik Maroon 5.

Meskipun, Lucas tidak menanggapi secara lisan, dia dengan cepat mulai menyenandungkan lagu yang dia minta.

----------------------------------------------------

Saat Lucas sedang bernyanyi, tiba-tiba Hilda teringat kenangan dari kehidupan sebelumnya. Saat itu, Lucas berdiri di panggung sekolah dengan pakaian bagus untuk menyanyikan lagu ini.

Pada saat itu, dia telah menyatakan di depan seluruh sekolah bahwa dia bersedia meninggalkan mimpinya untuknya.

Namun, Hilda telah menolaknya demi Heri Wijaya, orang yang dia sukai, dan Jessica. Dan karena itu hati Lucas berubah menjadi dingin.

Setelah berbelok di tikungan, sepeda listrik itu tiba-tiba berhenti sehingga membawa Hilda kembali ke masa kini.

Untungnya, dia sekarang memiliki kesempatan untuk menebus semuanya.

Meskipun dia mengetahui latar belakang keluarga Sugiharto yang kaya, setelah Lucas melewati lampu-lampu kota yang semarak dan memasuki deretan rumah mewah di daerah perumahan ini, dia menyadari betapa miskinnya dia.

Mereka berdua adalah dua individu yang berasal dari dunia yang berbeda.

Walaupun mereka kadang-kadang berinteraksi, tetapi dia hanyalah kerikil kecil yang biasa-biasa saja dalam hidup ini. Ketika dilempar ke sungai, riak-riak yang dia buat di permukaan akan segera menghilang.

Hilda tinggal di rumah mewah dengan gaya barat. Tinggal di tempat seperti itu yang berada di pusat kota, itu artinya keluarganya telah menjadi keluarga kaya sejak beberapa generasi yang lalu.

Sementara Lucas…

Mungkin dia akan tetap dalam kemiskinan selama sisa hidupnya dan tak peduli seberapa keras dia bekerja dia tak akan bisa menjadi seperti Hilda.

Lucas tiba-tiba berhenti, menyebabkan Hilda, yang tidak siap, menabrak punggungnya yang ramping.

Dia mengusap tanda merah di dahinya dan mendengar Lucas berbicara di depannya, "Kamu masih punya dua menit lagi. Cepat masuk!"

"Hmm. Terima kasih." Hilda melompat dari sepeda listrik. Hanya setelah gadis itu memindai wajahnya untuk bisa masuk, Lucas mengingat bahwa ponsel gadis itu masih dia bawa.

Di bawah sinar bulan, dia mengambil ponselnya. Di belakangnya ada logo Apple. Marcus sebelumnya mengatakan tentang ponsel ini padanya. Jika dia tidak salah ingat, ini adalah ponsel model baru dari merk ini yang dirilis tahun lalu. Kalau dia mencoba membelinya sekarang, harganya bisa lebih dari sepuluh juta.

Lucas tiba-tiba merasa sangat kesal di dalam hatinya.

Perasaan kesalnya ini tidak lain berasal dari kesenjangan besar antara kekayaan mereka. Tapi juga dari pemikiran di hatinya, 'Hilda lahir dengan sendok emas di mulutnya. Bahkan jika aku menghabiskan seluruh hidupku dan bekerja keras mengejarnya, dia mungkin tidak akan pernah menjadi miliknya.'

Meskipun mereka berdua telah berdiri berdampingan sebelumnya, jurang yang sangat dalam akan memisahkan mereka. Ini adalah salah satu masalah yang tidak mungkin diatasi.

Orang-orang sering mengatakan bahwa dunia orang kaya adalah dunia yang tidak dapat dibayangkan oleh rakyat jelata.

Lucas tidak bisa membayangkannya dan dia juga tidak berani memikirkannya.