Hadi adalah orang yang keras kepala, jadi dia bersikeras menyodorkan kartu itu ke tangan putrinya.
Mungkin bagi orang lain, tindakannya ini akan dianggap sebagai ekspresi cinta seorang ayah.
Tapi Hilda melihat rasa bersalah di mata ayahnya yang jernih.
Meski begitu, ayahnya tidak pernah berhutang apa pun padanya. Bahkan ketika dia sibuk dengan pekerjaan, dia selalu memastikan Hilda memiliki semua yang dia butuhkan.
Hilda mengatakan bahwa jika ayahnya bersikeras memberikan kartunya, maka dia lebih suka menggunakan semua uang yang ada di kartu itu untuk membeli semua waktu yang digunakan ayahnya untuk bekerja di masa depan.
Pada saat inilah Hadi akhirnya bisa memahami perasaan putrinya yang sebenarnya.
Baru kemudian Hadi akhirnya mengambil kartunya kembali.
Setelah dia menutup pintu kamar putrinya, Hadi berdiri di dekat tangga untuk mengobrol tanpa henti dengan istrinya di telepon. Sekarang ujian masuk SMA telah berakhir, warna rambut Hilda bukanlah satu-satunya hal yang telah berubah. Pada banyak aspek lain, dia juga sudah tumbuh dewasa.
Hadi menginstruksikan istrinya di ujung lain telepon. Sudah cukup lama sejak keluarga mereka pergi keluar untuk berlibur bersama. Tidak peduli seberapa sibuknya istrinya, istrinya perlu meluangkan waktu untuk kembali ke rumah dan mereka bisa berlibur bersama.
---------------------------------------------
Keesokan harinya.
Hilda telah mengatur untuk bertemu Lucas pada waktu yang disepakati. Jadi, dia bangun pagi dan bergegas mandi.
Namun ketika dia melewati ruang tamu, dia terkejut melihat ayahnya masih ada di rumah. Dia dengan santai bertanya, "Ayah, mengapa Ayah belum berangkat kerja?"
Hilda tiba-tiba muncul di belakang Hadi, membuatnya terkejut.
Ternyata setelah percakapan tadi malam, Hadi memutuskan bahwa mulai hari ini dan seterusnya, dia akan menjadi orang tua yang penuh kasih. Selain itu, dia akan menjadi ayah yang baik yang akan menemani anaknya setiap waktu makan.
Oleh karena itu, dia secara khusus mengambil cuti dari perusahaannya hari ini. Tidak ada yang bisa membantah alasan yang dia berikan.
Hadi menyatakan bahwa anak perempuannya yang berharga baru saja menyelesaikan ujian masuk SMA. Dia khawatir putrinya akan kesepian di rumah dan dia ingin mengambil hari libur untuk mengantar putrinya dan temannya ke taman hiburan untuk bersenang-senang.
Hadi jelas percaya kalau Jessica dan Hilda masih sedekat saudara perempuan. Sebelumnya, dia bahkan secara khusus menelepon untuk mengundang Jessica agar mengunjungi rumahnya guna sarapan.
"Hilda sayang." Namun, ketika Hadi berbicara, dia secara bertahap menyadari bahwa dia sedikit terlalu bersemangat. Kemudian, dia berdeham, "Apakah kamu tidak senang? Bagaimana kalau kita pergi ke tempat yang lain. Jangan pergi ke taman hiburan…"
"Aku bukannya tidal senang." Hilda menggelengkan kepalanya. Dia tidak tega mengecewakan ayahnya.
Dia senang.
Dia senang sampai pada titik di mana dia hampir mati.
Awalnya, dia berencana untuk bertemu Lucas di sekolah setelah ayahnya berangkat kerja.
Tetapi seringkali rencana tidak dapat mengikuti perubahan mendadak.
Dia tidak punya waktu untuk memberi tahu Lucas dan meminta agar dia tidak menunggunya hari ini. Sedangkan, Jessica sudah menekan bel pintu mereka.
Anak-anak di masa pubertas sangat rentan terhadap kecemburuan.
Setiap kali Jessica melihat rumah besar keluarga Sugiharto, pikirannya akan berubah penuh keirian.
Dalam kehidupan Hilda sebelumnya, dia bodoh dan tidak pernah memperhatikan pikiran yang disembunyikan Jessica dalam-dalam.
Hilda selalu dengan naif percaya bahwa dia membantu Jessica. Namun, Jessica selalu memutar 'bantuannya' menjadi tindakan amal yang berlebihan.
Orang-orang dari dunia yang berbeda akan selalu mengalami kesulitan berhubungan satu sama lain.
Itu adalah kesempatan langka di mana Hadi secara pribadi memasak. Ketika dia melihat Jessica, dia menyambutnya dengan hangat, "Jessica, apakah kamu sudah makan?"
"Ah, paman. Aku khawatir aku akan terlambat karena ini adalah jam sibuk orang berangkat kerja dan sekolah. Jadi aku datang lebih awal…"
"Jika kamu ingin menumpang makan di rumah kami, katakan saja secara langsung. Apa gunanya mengatakan banyak omong kosong?!"
Hilda langsung mengungkapkan pikiran Jessica. Dia berusaha menyingkirkan Jessica sehingga dia memiliki waktu untuk mengirim pesan kepada Lucas.
"Hilda." Namun, kulit Jessica jauh lebih tebal dari yang dia bayangkan. Kata-kata Hilda secara langsung menargetkannya, namun dia masih duduk di dekat meja makan untuk menunggu makanan enak yang dibuat Hadi. Tatapannya bahkan agak muram, "Apakah kamu belum bisa mengatasi depresimu karena gagal dalam ujian masuk SMA?"