"Iya Edi.. Karena aku hamil.. Dan nikahnya nikah bohongan" aku menjawab pertanyaannya.
"Hamil benih pacarmu?" ujar Edi sekarang dengan muka tenang.
"Iya.." ujarku singkat.
"Hahahaha.. Nirmala.. Nirmala.. Kalian yang berbuat saya yang disuruh bertanggung jawab.. Kita kan sama- sama orang bisnis. Jadi to the point aja ya.. Kompensasi dan tawaran keuntungan apa yang kamu bisa berikan kepada saya apabila saya setuju dengan permintaanmu itu? Berat lho beban dan tanggung jawab saya menjadi suami kamu walau itu kata kamu suami bohongan demi untuk menutupi hubungan kamu dengan Tommy.. Lagipula.. Kenapa kamu tidak mengaku saja kamu dihamili oleh Tommy. Selesai kan masalahnya? Hahahaha.." ujar Edi sembari tertawa.
"Aku ga mungkin bicara aku dihamili Tommy.. Karena mamaku pasti tidak setuju.. Selain itu bila aku kekeh untuk tetap bersamanya aku bisa dianggap putus hubungan keluarga dengan Mama dan Papaku. Kamu tahu Mamaku orangnya keras kepala."
"Ya tapi kan kalau cinta memang harus berkorban. Kamu cinta kan sama Tommy? Masa ga mau berkorban?" Edi memberi tanggapan sekaligus pertanyaan kepadaku.
"Aku cinta mati sama Tommy. Tapi aku juga cinta dengan orantuaku." ujarku.
"Hahahaha.. Ya.. Ya.. Ya.. Aku mengerti.. Aku pernah merasakan perasaan itu beberapa tahun lalu. Tapi.. Bagaimanapun aku ini orang luar.. Tidak ada urusan dan hubungan dengan kamu, Tommy bahkan keluargamu. Jadi aku punya hak untuk menolak tidak mau ikut campur urusan kalian. Apa untungnya buat aku?" ujarnya kepadaku memberi pendapatnya terkait masalah urusan asmaraku.
"Aku mengerti Edi.. Sebenarnya memang ga ada untungnya buat kamu.. Makanya aku mengajukan beberapa proposal untukmu sebagai kompensasi untukmu dan juga persyaratan terkait apa yang bisa membatalkan pernikahan palsu kita itu."
"Oke.. Aku dengar dulu.. Kalau menguntungkan aku akan mempertimbangkan.. Silahkan bicara" ujar Edi mempersilahkan aku mempresentasikan tawaran untuknya sebagai kompensasi agar ia mau bekerja sama dengan kami.
"Oke.. ada 4 tawaran yang kami berikan dan 6 syarat ketentuan berlaku yang mengikat pernikahan ini untuk tetap berlangsung. Yang pertama kamu berhak memakai semua fasilitas perusahaan mama aku tanpa persetujuan aku selama aku menjadi istri bohonganmu" ujarku.
"Ya lanjutkan.." ujar Edi mendengarkan dengan seksama.
"Ke dua, kamu boleh bersetubuh dengan wanita manapun tanpa aku akan melarang dan mengintervensi." ujarku memberikan tawaran kedua.
"Kalau aku meninggal selama aku masih menikah denganmu, kamu berhak menerima semua warisan yang orangtuaku berikan dan tawaran terakhir adalah kamu boleh poligami dengan perempuan lain setelah 5 tahun menikah denganku" lanjutku menjabarkan tawaranku hingga tawaran terakhir.
"Syarat ketentuan pengikat perjanjiannya apa?"
"Syaratnya, pertama kamu tidak boleh memberitahukan dan membocorkan hubungan asmaraku dengan Tommy, kedua kamu tidak boleh mengintervensi atau ikut campur mengenai hubunganku dengan Tommy, ketiga kamu tidak boleh menghamili pasangan kencan kamu, keempat kamu tidak boleh melakukan kekerasan fisik kepadaku apalagi sampai mencelakaiku, kelima kamu tidak boleh ketahuan selingkuh dengan wanita lain oleh keluargaku dan ke enam kamu harus bersikap dan berprilaku seperti benar- benar suamiku saat ada keluargaku. Kalau syarat ini kamu langgar maka pernikahan ini batal dan semua tawaranku itu juga hangus" ujarku menjabarkan panjang lebar semua syarat yang mengikat pernikahan dan tawaran fasilitas yang bisa aku berikan kepada Edi selama pura- pura menikahiku.
"Hanya itu? Oke.. Terkait syaratnya sih aku ga masalah.. Tapi aku menolak kerjasama kecuali aku bisa mengajukan tambahan permintaan untuk kamu berikan yang aku akan ajukan kalau kamu setuju" ujar Edi mulai mencoba bernegosiasi.
"Apa permintaanmu.. Aku akan coba fasilitasi.." ujarku kepadanya.
"Yang pertama.. Terkait saham yang diberikan kepadamu oleh pamanku.. Kamu harus serahkan semuanya kepadaku apabila sudah dihibahkan kepadamu" ujar Edi mengajukan permintaan pertama.
"Oke.. Aku ga masalah.. Aku setuju untuk permintaan pertamamu" ujarku kepadanya.
"Kedua.. Tommy tidak boleh melawanku apapun selama aku menjadi suamimu dan wajib menjadi bodyguardku juga saat aku membutuhkannya" ujar Edi mengajukan permintaan kedua.
"Terkait ini, selama kamu tidak menyiksaku atau melakukan kekerasan fisik Tommy tidak akan melawanmu" ujarku.
"Oke.. Deal.. Yang ketiga.. Ini yang paling penting.. Kamu kan tau aku suka menikmati tubuh wanita dan aku punya harga diri tinggi sebagai seorang pengusaha dan orang terpandang di Indonesia. Yang kamu tawarkan ini sebenarnya sudah mencoreng harga diriku. Jadi kalau kamu mau aku bekerjasama dengan mu kita harus sedikit merubah kesepakatan ini.. Yaitu.. Kamu harus rela dan iklash bersetubuh denganku dan menikah beneran denganku serta menjalankan semua hak dan kewajibanmu kepadaku dalam urusan nafkah batin. Bila kamu setuju, maka aku akan setuju semua syarat kamu. Bagaimana?" ujar Edi tersenyum licik.
"Menikah? Tapi.. Aku sudah menikah dengan Tommy" ujarku kepadanya.
"Aku ga peduli.. Gimana? Poliandri? Demi orangtuamu dan demi Tommy? Tapi kalau kamu tidak rela tubuhmu aku sentuh ya tidak apa- apa.. Perjanjian tidak lanjut.. Aku tidak suka memaksa.. Aku suka berhubungan seks tapi aku bukan pemerkosa" Ujar Edi kepadaku
Aku diam berpikir, menikah dengan Edi dia minta menikah beneran, sebenarnya Tommy sempat mengatakan hal itu namun dia bilang bisa diatur agar kepalsuan itu terlihat asli. Karena di KUA pun ia punya kenalan beberapa oknum korup yang bisa bantu hal itu. Masalah berhubungan badan, aku sebenarnya ga masalah, cuma aku ga mau melukai hati Tommy. Karena bagiku Edi boleh saja menikmati tubuhku, tapi hati dan jiwaku milik Tommy.
"Oke.. Dengan syarat tambahan, Tommy tidak boleh tahu kita melakukan hubungan intim. Kalau dia sampai tahu mengenai hal itu. Berarti perjanjian batal, kita langsung cerai.. Bagaimana?" tanyaku menyetujui permintaan tambahan Edi sembari mengajukan syarat baru.
"Oke.. Deal.. Karena sudah deal bisa aku mencicipi tubuhmu sekarang?" tanya Edi dengan muka mesum.
"Setelah kamu tandatangan surat perjanjian dulu" ujarku kepadanya.
"Oke.. Aku tandatangani setelah kamu revisi surat perjanjiannya, di meja belakang kan kelihatan ada laptop dan printer yang sengaja sudah aku siapkan, kamu bisa pakai untuk revisi itu" ujar Edi.
"Oke.. 5 menit kasih aku waktu, setelah kamu tandatangani kita berhubungan intim" ujarku kepadanya.
Aku segera mengetik editan surat perjanjian di ms word, aku membuat 2 surat, 1 surat perjanjian tanpa kesepakatan berhubungan intim dan tanpa syarat ketentuan ketahuan Tommy bila kami berhubungan intim dan 1 surat lengkap semua perjanjian. Setelah selesai tidak sampai 2 menit aku mengedit aku mengeprint dan menempelkan materai ke dua surat perjanjian itu dan menyerahkan ke Edi yang masih duduk di sofa.
"Ini, disitu aku juga tulis tambahan syarat kalau surat perjanjian yang ada sampai hilang atau ketahuan pihak lain maka perjanjian batal, yang perjanjian dan syarat ketentuan lengkap kamu simpan ya, bila aku minta tidak ada atau hilang, otomatis kita cerai, oke?" ujarku kepada Edi.
"Oke.. Aku susah tanda tangani surat yang berisi perjanjian dan syarat ketentuan lengkap yang akan aku simpan. Surat perjanjian yang buat kamu dan Tommy aku tandatangani setelah kamu membuat puas adikku si Edi junior" ujarnya sambil menyibak jubah handuk mandi hitamnya sehingga si Edi Junior langsung mencuat keluar dengan gagahnya setelah menandatangani salah satu surat perjanjian.
"Shit.. Licik sekali orang ini.. Aku coba sepong saja ya.. Kalau orgasme aku bisa lolos disetubuhi dia hari ini" ujarku dalam hati.
"Kok diam saja? Jadi mau aku tandatangi ngga?" tanya Edi tidak sabaran ingin menikmati tubuhku dengan muka mesum dan senyum licik
"Oke.. Biar aku sepong dulu Edi Juniormu, biar libidoku naik dulu" ujarku sembari segera menggenggam sosis Edi yang rupanya diameternya lebih gemuk daripada milik Tommy.
"Kenapa kamu diam? Kaget ya milikku lebih besar dari punya suamimu? panjangnya 20 senti itu, diameternya 8 cm.. Hahahaha.." ujar Edi sembari tertawa mengejek kepadaku saat melihatku hanya diam menggenggam kelaminnya.
"Gila.. Besar banget 8 cm, ukuran juga lebih panjang 2 senti dari milik Tommy.. Punya Tommy saja mentok ke mulut rahimku apalagi punya Edi.. Duh apa ga jebol rahimku ditusuk dia? Aku harus buat dia ejakulasi jangan sampai dia harus memasukan ke kue apemku.. Bisa kesakitan aku" ujarku dalam hati lalu mulai memasukan batang keperkasaannya ke dalam mulutku.