Chereads / Because of Love / Chapter 2 - Acacia dan Vaclav (2)

Chapter 2 - Acacia dan Vaclav (2)

Leuco yang datang setelah mengantarkan orangtua Vaclav, ingin mencoba menghentikan Vaclav.. tetapi melihat Vaclav yang tidak ada tanda-tanda amarahnya menurun membuatnya tidak punya pilihan lain. Satu-satunya jawaban disaat seperti ini adalah Acacia.

Leuco bergegas ke lantai 2 untuk membangunkan Acacia, tepat saat akan mengetuk pintu kamar. Pintu tersebut sudah terbuka sendiri, terlihat Acacia yang masih mengantuk tetapi terbangun karena suara bantingan barang-barang yang sekarang tidak tau bagaimana nasibnya.

"Apa yang terjadi? Kenapa Vaclav marah seperti itu?" Tanyanya lemah, dia masih mengantuk.

Leuco menatap Acacia, "Orangtua, Tuan muda.. baru saja datang."

Jawaban Leuco sudah lebih dari cukup untuk membuat Acacia terbangun, dia langsung berlari dan turun ke lantai 1, diikuti dengan Leuco.

---

Acacia melihat barang-barang yang sudah hancur berkeping-keping, dia berjalan mendekati Vaclav sambil menghindari pecahan kaca sebanyak yang dia bisa. Tetapi tetap saja, dia terluka.

"Akhh.."

Rintihan itu membuat Vaclav langsung menoleh, "Cia, apa yang kamu lakukan? Berhenti disana, jangan mendekat lagi."

Acacia tidak berhenti dan tetap berjalan mendekat, membuat Vaclav langsung berlari kepadanya dan mengangkat tubuhnya, "Aku sudah bilang untuk berhenti, kenapa kamu tidak mendengarku?"

Acacia menyentuh sisi wajah Vaclav lembut, "Kamu juga tidak mendengarkanku, aku sudah mengatakan jika kamu melakukan ini lagi, kamu akan terluka. Lihat dirimu sekarang, untung kamu menggunakan sandal rumah."

Sambil mengangkat Acacia yang berada di dalam pelukannya, Vaclav membawa Acacia ke sofa terdekat, "Bawakan kotak P3K kesini, setelah itu pergilah. Aku akan berurusan denganmu nanti."

Leuco menelan ludahnya, dia paham apa yang dimaksud oleh Tuan mudanya. Meskipun bukan salahnya membuat Nona Acacia terbangun, tetapi dia hanya bisa mengangguk. Nasib seorang butler. Leuco tetap menjalankan tugasnya, dengan sigap dia sudah membawa kotak tersebut ditangannya, dan menyerahkannya ke Vaclav. Sesuai perintah, Leuco pergi meninggalkan ruangan tersebut setelah menyerahkannya.

Vaclav dengan hati-hati mengambil pecahan yang menempel pada kaki kecil Acacia tanpa bersuara. Setelah selesai, dia mengoleskan obat yang diperlukan dan memelilitkan perban dengan rapi.

Vaclav menatap Acacia dengan matanya yang berkaca-kaca, "Jangan biarkan dirimu terluka untukku lagi."

Acacia mengelus rambut Vaclav, "Kalau begitu, kamu jangan marah dan lepas kendali lagi."

"Akanku coba, tapi apapun itu. Jangan pernah mendekat disaat terdapat sesuatu yang berbahaya untukmu."

Acacia mencium dahinya lembut, yang otomatis membuat Vaclav menutup matanya. Itu seperti segel untuknya, "Kalau jawabanmu seperti itu. Aku akan menjawab sama, akanku coba."

Vaclav merubah posisi mereka, dia mengangkat Acacia sejenak dan memindahkannya dipangkuannya. Dia membenamkan wajahnya dalam pelukan Acacia, "Aku tidak ingin jawaban seperti itu, aku ingin jawaban -Ya-, Cia. "

Berada di dalam pelukan Acacia adalah tempat ternyaman untuknya, dan itu juga membuatnya lupa tentang apapun selain Acacia. Silahkan saja kalau kalian mengatakan dirinya terobsesi dengan Acacia, karena memang benar itu adanya. Hidup tanpa ada Acacia disisinya itu Neraka.

Acacia terkekeh kecil, "Kamu ingin aku menjawab -Ya-, disaat kamu sendiri tidak menuruti perkataanku. Bagaimana aku harus menghukummu?"

Vaclav mendongakkan wajahnya untuk menatap Acacia, tatapan berubah menjadi menggoda, "Kamu bebas memberiku hukuman apapun, Cia. Apapun yang kamu lakukan kepadaku akan aku terima dengan senang hati."

Acacia tersenyum kecil, menyentil pelan dahi Vaclav. Setelah itu, dia memeluk leher Vaclav, "Hmm.. Kalau begitu, bagaimana dengan membuatmu tidak boleh menyentuhku selama dua hari? Aku rasa itu sesuatu yang pantas."

Mata Vaclav yang awalnya menggoda, langsung berubah. Vaclav mengeratkan pelukannya kepada Acacia, "Kamu ingin membuatku menghancurkan seluruh rumah?"

"Tentu saja tidak, bukankah kau sendiri yang mengatakan aku boleh melakukan apapun kepadamu?"

"Tidak, untuk yang ini. Bagaimana bisa aku tidak boleh menyentuhmu selama dua hari?"

Acacia tertawa kecil, "Baiklah. Aku tidak akan menyuruhmu itu, aku hanya ingin jangan pernah kamu mengulangi hal ini lagi. Aku sudah bilang berapa kali kepadamu."

Vaclav menatapnya lembut, "Selama kamu bersamaku, aku akan melakukan apapun."

Suara Vaclav berubah saat mengatakan itu, Vaclav mendekatkan wajahnya ke Acacia dan menutup matanya, kemudian mencium Acacia lembut. Acacia terkejut, ini pertama kalinya Vaclav menciumnya. Tak lama Acacia menutup matanya, dia tidak tau harus bagaimana. Ciuman itu berlangsung cukup lama, Vaclav bisa saja lepas kendali apabila ini dilanjutkan. Akhirnya, dia menghentikan ciumannya. Hanya suara nafas mereka yang terengah-engah mengisi ruangan itu.

Pipi Acacia memerah, Vaclav tersenyum melihatnya. Apa yang akan terjadi kepadanya, jika tidak ada Acacia disisinya?

Acacia mengalihkan pandangannya, ini pertama kalinya Vaclav menciumnya selain di dahi, dan pipinya, detak jantungnya tidak bisa bekerja sama, "Kenapa kamu.. ini tidak benar, kita bukan sepasang kekasih."

"Aku selalu merasa kamu adalah kekasihku dari dulu. Aku tidak akan menunggu dengan sabar lagi kali ini. Jadi, apa kamu mau menjadi kekasihku?"

Acacia terdiam, apa yang harus dia jawab? Detak jantungnya berdegup kencang, apa dia juga menyukai Vaclav? Dia yakin, dia memang sayang dan suka kepada Vaclav, tetapi hanya sebatas teman. Tetapi dia ingin bebas, karena Vaclav sendiri selalu mengawasi semua orang yang berada disekitarnya. Jika dia menjadi pacarnya, bukankah peluangnya untuk bebas semakin kecil?

- To Be Continued -