"Tiket apakah sudah dibawa?"
"Sudah sayang," jawab seorang wanita dan mereka berdua tertawa sambil turun dari dalam mobil. Hari ini Sepasang suami istri itu akan berlibur membawa anak mereka ikut bersama. Bagi wanita itu ini adalah waktu untuk dia memikat hati suaminya itu lagi. Karl Alexander, Pengusaha brand ternama di Asia itu akan membawa keluarga kecilnya berlibur ke Negara tetangga yang tidak jauh dari Indonesia. Mereka akan ke Thailand, sebenarnya itu adalah destinasi pilihan istrinya Silvia Anggraini.
Dia melihat wajah Silvia yang sangat bahagia, mereka akhirnya sampai di ruang tunggu dan tidak lama masuk kedalam pesawat setelah ada pengumuman. "Begitu sampai disana kau bebas untuk meluangkan waktu beberapa hari seorang diri, aku akan membawa Sasha ke rumah teman lama ku." Silvia mengingatkan Karl salah saatu tujuan wanita itu.
Pesawat lepas landas, selama dalam perjalan Karl melihat Silvia yang tidak hentinya menghibur putri kecil mereka. Barry ingin membantu, tapi apa daya Sasha lebih suka berada di pangkuan Mamanya.
"Kalau lelah biar aku pangku saja," kata Karl ingin mengambil alih Sasha yang tidak mau duduk di kursinya sendiri.
"Tidak apa-apa sayang, aku sudah terbiasa." Karl tersenyum kecil mendengar panggilan yang sudah lama tidak pernah dia dengar lagi selama empat tahun ini. Sedikit geli mendengarnya, tapi Karl terhibur. Diaa memilih membaca beirta dari ponselnya ketika sudah melihat Sasha dan Silvia tidur selama sisa perjalanan mereka.
Karl ingin masuk ke dalam toilet, dia pergi untuk menuju ruang kecil yang berada di bagian belakang pesawat. Ketika membuka pintu dia terkejut karena seorang wanita masih berada didalam sana. "HEI KURANG AJAR!" umpat wanita itu kemudian Karl langsung menutup pintunya. Ya, dia akui dia melihat sedikit bagian dada wanita tersebut, sepertinya dia baru mengganti pakaian atau hal lainnya. Salah siapa juga pintunya tidak wanita itu kunci.
"Main masuk aja, gak tau apa didalam ada orang."
"Maaf Nona, pintunya tidak anda kunci jadi saya pikir tidak ada orang." Saat wanita itu menatapnya barulah Karl sadar itu adalah wanita yang pernah diantarkan pulang. Wanita yang menangis didalam mobilnya, dan mengira dia adalah supir taksi.
"Alasan saja," kata wanita tersebut. Pembicaraan mereka berdua terhenti karena seorang Pramugari datang mengingatkan mereka untuk tidak membuat keributan. "Lain kali punya mata itu dipakai," kata wanita itu tadi dengan wajah yang terlihat sangat marah.
"Ya tentu saya pakai, barusan sudah saya gunakan dengan sangat baik." Karl tidak tahu mengapa dia mengucapkan hal gila tersebut. Mata wanita itu melotot kearahnya, Karl langsung meminta maaf, tapi wanita itu pergi begitu saja. Tidak menghiraukannya lagi, juga wanita itu tidak mengingat wajahnya. Berbeda dengan Karl yang masih sangat hapal akan wajah seperti rembulan itu.
"Ada yang bisa saya bantu Pak?" tanya Pramugari kepada Karl dia sudah berdiri beberapa detik diluar sana terpaku akan wanita yang dua kali tidak sengaja bertemu dengannya. Karl mengakui dia terpesona dengan wanita tersebut, bukan karena sudah melihat sedikit bentuk aset wanita itu, bukan. Dia hanya sangat menyukai wajah dan binar mata dari si wanita.
"Tidak ada Mbak, terima kasih."
"Baiklah Pak, jika butuh bantuan bisa panggil saya disana." Karl melihat gelagat tidak baik dari wanita yang masih berdiri didekatnya ini. Buru-buru dia masuk kedalam toilet dan menguncinya. Menghembuskan napas Karl melihat pantulan dirinya di depan cermin, dia masih terlihat tampan dan gagah di usia tiga puluh empat tahun.
Darah Eropa yang dia miliki dari ayahnya membuat wajah dan postur tubuh Karl berbeda dengan warga negara disini. Banyak yang menganggap dia adalah turis, padahal dia sudah lama tinggal di Indonesia dan berpindah-pindah dari satu kota ke kota lainnya. Ibunya merupakan warga Negara Indonesia sementara sang Ayah masih berstatus warga Negara asing. Orang tuanya tinggal di Bali, dan terkadang kembali ke London rumah keluarga mereka yang sesungguhnya.
Karl memiliki mata biru, rambutnya juga coklat gelap, dengan kulit putih pucat layaknya orang-orang yang tinggal di Inggris. Namun, karena belakangan dia lebih sering berada di Indonesia warna kulitnya berubah menjadi lebih coklat, dan dia sangat menyukai itu. Karl keluar dari dalam toilet, dia berharap bisa menemukan tempat duduk wanita tersebut dan sayang harapannya tidak terkabul.
"Kenapa lama sekali?" tanya Silvia, tapi Karl tidak menjawab. Dia kembali fokus kepada layar ponselnya. Silvia menyandarkan kepala dibahunya juga Karl tidak terusik, dia terus fokus pada gawainya tersebut hingga pesawat sampai di tempat tujuan mereka.
***
Begitu sampai di Bandara Silvia menelpon orang yang akan mengantar mereka kemanapun selama di Thailand. Tujuan mereka saat ini langsung ke Phuket, lebih tepatnya ke selatan pulau Phuket. Mereka akan menginap di salah satu villa disana, berlokasi di semenanjung Tanjung Panwa. Saat akan memasuki mobil jemputan mereka, Karl kembali melihat wanita tadi. Dia sedang mengikat rambut panjangnya yang tertiup angin, wanita itu tidak melihatnya. Sepertinya dia pergi rombongan dengan teman-temannya.
"Karl, ayo." Silvia mengejutkan Karl yang masih fokus menatap wanita lain. "Karl nanti kami turun di apartemen Ayuni ya. Dia sedang sakit, aku tidak enak jika menyuruh dia yang datang lebih dulu ke tempat kita menginap."
"Jadi maksud mu aku seorang diri ke Phuket begitu?" tanya Karl memastikan.
"Ya, tidak apa-apa bukan. Aku sudah siapkan tas kecil untuk keperluan ku dan Sasha dua hari saja. Sisa lima hari lagi akan aku gunakan untuk bersama mu." Silvia tersenyum lebar dan Karl menggelengkan kepalanya.
"Lakukanlah apa yang ingin kau lakukan, tapi kau harus ingat jaga Sasha dengan baik. Jangan pergi ke sembarang tempat, hubungi aku jika kau butuh bantuan."
"Siap sayang," ujar Silvia memberikan jempolnya.
Mobil berhenti untuk menurunkan Silvia dengan Sasha, Karl tidak enak untuk meninggalkan istrinya itu seorang diri sebenarnya, tetapi Silvia memaksa karena dia merasa akan canggung jika bertemu teman lama ditemani oleh Karl. Sehingga Karl akan pergi ke Phuket seorang diri saja dengan supir yang sudah disewa Silvia. "Mr.Long apakah anda punya teman yang bisa dipercaya untuk menjadi supir istriku selama dia di Bangkok?"
"Ya saya punya Tuan."
"Boleh hubungi dia, minta dia untuk menjadi supir istriku. Sekalian menjadi tour guide-nya sama seperti tugas mu saat ini. Berikan saja nomor Silvia kepadanya, aku akan membayarnya jika dia mau." Supir itu mengangguk untuk melakukan permintaan Karl. Setelah mengantarkan Silvia, Karl berhenti di sebuah gedung hotel. Hotel tersebut milik keluarganya, selama empat jam Karl disana sampai waktu sore barulah dia kembali lagi pergi dengan Mr.Long ke Bandara dimana pesawat kecil yang sudah dia sewa untuk pergi ke Phuket akan mengantarkannya ke Vila yang akan mereka tempati.
Jarak 830 kilometer dari Bangkok ke Phuket hanya memakan waktu tidak sampai dua jam jika dia menggunakan pesawat, sementara jika menggunakan bus akan memakan waktu tiga belas sampai enam belas jam. Ada satu jenis transportasi lagi yang bisa digunakan untuk sampai ke Phuket, yaitu menggunakan kereta api. Namun, tidak bisa langsung mereka harus berhenti di sebuah kota lalu melanjutkan perjalanan lagi menggunakan bus ke Phuket.
Karl yang lebih suka hal simpel dan tidak merepotkan meminta Silvia agar mereka menyewa pesawat kecil saja agar bisa sampai di Phuket tepat waktu, bisa saja mereka menggunakan pesawat komersil, tetapi Karl yang punya keperluan di hotel merasa lebih baik jika dia menyewa pesawat saja. Untuk apa uang hasil kerja kerasnya jika tidak bisa dipakai untuk mempermudah hidupnya.
Karl sampai di villa tersebut malam hari Mr.Long yang merupakan supir sekaligus tour guide juga ikut menginap di vila mahal itu. Ada beberapa kamar, sehingga hal itu tidak masalah bagi Karl, dia bahkan lebih senang karena ada teman berbincang. Setelah membersihkan tubuhnya, Karl menatap indahnya pantai langsung dari kamarnya. Sungguh sangat nyaman ketika dia mendengar deburan ombak. Perutnya mulai terasa lapar, dia akhirnya memutuskan untuk makan di restoran hotel itu saja daripada di kamar seorang diri karena Mr.Long sudah dia minta beristirahat tadi.
Restoran resort tersebut juga menghadap ke pantai, sepertinya sedang ada acara dipantai karena banyak orang. "Apa ada acara di tepi pantai," tanya Karl pada salah satu staff resort dalam bahasa Inggris.
"Ya, ada acara dari rombongan yang datang ke sini dari Indonesia." Karl mengangguk, karena mendengar Indonesia dia ingin melihat lebih dekat. Melewati kolam renang Karl masih melihat ke arah kerumunan orang tersebut. Seorang wanita berlari mendorong tubuhnya, Karl yang berniat ingin berpegangan pada wanita itu agar tidak terjatuh menyebabkan mereka berdua terjebur ke dalam air.
Karl mengumpat dan langsung naik ke atas, dia benar-benar kesal karena ponselnya juga ikut masuk kedalam kolam renang itu. Karl melihat wanita yang mendorongnya tadi tengah bersusah payah, sepertinya dia tidak bisa berenang. Dia kemudian masuk kedalam kolam, menarik dan menggendong tubuh wanita itu ke atas. Karl terkejut karena wanita itu adalah wanita yang sama dengan di pesawat. Karl menegakkan tubuh wanita itu membantunya untuk mengeluarkan air yang masuk ke mulutnya.
"Maaf," kata wanita itu terlalu kecil hingga Karl tidak bisa dengan jelas mendengarnya. Dia tidak bertanya, hanya membantu menarik tangan si wanita agar bisa berdiri. Karl juga mengambil baju handuk yang diberikan salah satu staff hotel yang ingin membantu mereka tadi. Dia memakaikan handuk itu agar menutupi tubuh si wanita. Mereka duduk di bangku yang ada disana.
"Siapa namamu, rasanya tidak baik sudah bertemu tiga kali dengan mu tapi belum berkenalan." Karl mengulurkan tangannya sambil tersenyum. Dia pikir wanita itu akan bersikap acuh, tapi ternyata dia menyambut uluran tangan tersebut.
"Aku Marwa," jawabnya dengan senyuman tipis.
"Hai Marwa, aku Karl."
Bersambung....