Suasana pantai, makanan lezat, dan ditemani oleh seorang wanita cantik bernama Marwa. Ya, bagi Karl Marwa sangat cantik. Wajahnya terlihat manis dengan lesung pipi yang menghiasi wajah seindah rembulan tersebut. Karl mengajak Marwa makan bersamanya setelah pesanannya tadi datang. Marwa tentu saja awalnya menolak, tapi Karl memaksa denngan alasan dia tidak memiliki teman untuk makan.
Marwa sepertinya terpaksa setuju karena merasa bersalah sudah membuat ponsel Karl terjebur ke dalam air. Satu steak yang dipesan Karl sudah nyaris habis, begitu juga dengan minumannya. Namun, Marwa tidak berbicara sepatah kata kepadanya selain tadi mengatakan maaf sudah emmbuat ponsel Karl nyaris rusak.
Suara seorang wanita memanggil nama Marwa, Karl mengenali wanita itu. Mungkin juga bisa dibilang mengenal dekat wanita yang tengah tertawa menyapanya ini. "Kau bagaimana bisa disini Aletta," tanya Karl kemudian melihat wajah Marwa lagi.
"Aku ada acara rombongan dari tempat ku bekerja. Tunggu kalian berdua bagaimana bisa bersama disini?" Aletta memicingkan matanya hingga Marwa langsung berusaha menjelaskan. "Tidak masalah Marwa, dia temanku dan aku pastikan dia Pria yang baik." Aletta mengedipkan mata, dia kemudian berpamitan untuk memberitahu kepada Erlina kalau Marwa sudah dia temukan. Ya, tadi Aletta memang mencari Marwa bersama Erlina juga Mirna.
"Karena kau sudah selesai makan, boleh aku pergi sekarang?" tanya Marwa kepada Karl, sebenarnya Karl tidak ingin Marwa pergi, tapi mau bagaimana lagi. Dia tidak memiliki alasan untuk menahan Marwa lebih lama. "Atau jika kau ingin ke Bar bersama ku malam ini." Marwa dengan berani menawarkan hal yang tentu saja disetujui oleh Karl.
***
Marwa bisa dikatakan nekat karena meminta seorang Pria menemaninya untuk ke Bar. Dia sebenarnya hanya ingin bersenang-senang dan membalas sakit hatinya kepada Rayhan. Setelah melihat foto Rayhan dengan wanita lain yang diberikan Aletta kepadanya, Marwa masih berusaha tenang. Dia ingin melihat sejauh apa Rayhan membohonginya, dia tidak ingin gegabah. Namun, malam saat dia pergi menonton dengan Nindy adiknya itu melihat Rayhan bersama seorang wanita yang wajahnya sama dengan di foto Aletta. Mereka sepertinya juga ingin menonton, Rayhan melingkarkan tangannya di pinggul wanita tersebut.
Marwa tidak lagi bisa diam, dia datang dan menampar wajah Rayhan. Pria itu berlari mengejarnya, tapi percuma tidak ada lagi yang ingin Marwa dengar. Hanya satu kalimat yang Marwa berikan yaitu "Aku sudah selesai dengan hubungan tujuh tahun ini." Marwa meneteskan air mata karena kembali mengingat itu semua. Dia pergi bersama rombongan kantornya yang memang akan berlibur ke Phuket. Tadinya dia tidak ingin ikut, tapi bujukan Erlina serta Nindy adiknya membuat dia mau bergerak untuk pergi.
Setidaknya dia akan sedikit melupakan rasa patah hatinya. "Kau yakin ingin pergi ke Bar dengan Pria itu?" tanya Erlina saat dia sudah dikamar mengganti pakaiannya yang basah.
"Ya. Dia teman Aletta, dan Aletta juga mengatakan dia Pria yang baik." Marwa memang satu kamar dengan Erlina, sementara Aletta dengan Mirna. Dalam satu Villa yang mereka tempati itu terdapat sepuluh kamar, sehingga masing-masing diisi dengan dua orang karyawan yang ikut pergi berlibur acara kantor ini.
"Aku tidak bisa pergi menemani mu," ujar Erlina merasa bersalah.
"Aku tidak apa-apa, lagi pula tadi Aletta dan Mirna akan menyusul katanya." Marwa kasihan kepada Erlina yang sedang sakit perut. Sepertinya perut Erlina tidak cocok dengan makanan yang dia makan tadi. Marwa keluar setelah dia melihat dress pantai bermotif bunga kecil-kecil yang dia gunakan saat ini terlihat sangat pas di tubuhnya.
"Hati-hati Marwa, jangan sampai mabuk. Jangan mengikuti Aletta, dia sudah biasa minum." Marwa tertawa kemudian pergi dari balik pintu. Andai Erlina tahu kalau sebenarnya Marwa hanya ingin berfoto bersama Karl, kemudian mempostingnya di media sosial yang ia miliki. Biar Rayhan lihat kalau dia sedang bersama Pria tampan di sebuah Bar di Phuket. Dia tidak akan terlihat patah hati, dia ingin Rayhan tahu kalau dia bahagia setelah memutuskan untuk berpisah dengan Pria payah itu. Karl tampan, bahkan lebih dari Rayhan ditambah dia memiliki darah Eropa, pasti Rayhan cemburu.
"Tunggu, kenapa aku masih berpikir dia akan cemburu? Astaga, jelas-jelas dia sudah bersama wanita lain selama ini." Marwa berbicara seorang diri sambil terus menuju letak Bar yang berada tak jauh dari restoran tadi. Marwa melambaikan tangan saat melihat Karl sedang duduk seorang diri dimeja dekat bartender. Dari Bar itu mereka bisa melihat ke pantai, ada musik yang berdentum kuat dan lampu yang menyilaukan mata.
"Mau minum?" tanya Karl dan Marwa mengangguk saja, dia belum pernah mencoba tapi jika sedikit pasti tidak akan mabuk pikirnya.
"Kau seorang diri saja disini?" tanya Marwa kepada Pria itu pertama kalinya. Karl mengangguk, dia terlihat tipe Pria yang menyenangkan. "Maaf karena aku menangis di mobil mu waktu lalu."
"Tidak masalah, lupakan saja. Menangis saja jika kau ingin, daripada berpura-pura kuat hanya akan membuatmu semakin terluka." Marwa membenarkan apa yang Karl ucapkan padanya. Dia menanggapi dengan senyuman tipis, dan meminum cairan dari gelasnya. Pahit, dan panas bercampur dan rasanya Marwa ingin meminum lagi entah mengapa. Dia kembali menenggak cairan itu, yang langsung tangannya di hentikan Karl. "Hei...jangan terlalu banyak jika kau tidak ingin mabuk. Apalagi kau belum terbiasa," ucap Karl begitu perhatian dan kini Marwa membenarkan ucapan Aletta kalau Pria yang tengah bersamanya ini adalah Pria baik-baik.
"Wow, ini musik kesukaan ku. Ayo berdansa," ajak Karl setelah Marwa minum setengah gelas. Karl mengajak Marwa mengikuti irama musik itu di tepi pantai, bersama pengunjung lainnya yang juga berjoget menikmati suasana. Marwa tersenyum kaku saat Karl menyentuh pinggangnya untuk berjoget bersama Pria itu. "Karl ayo berfoto," kata Marwa dan Karl mau saja. Dia bahkan dengan senang hati menampilkan berbagai ekspresi ke arah kamera.
"Kau ingin membuat pacar mu cemburu ya?" tanya Karl hingga Marwa langsung menggelengkan kepala.
"Aku tidak punya pacar."
"Baguslah, kalau begitu tidak akan ada yang marah jika aku mengajak mu menari bersama ku." Marwa tertawa ketika Karl memutar tubuhnya, dan mereka berlompat-lompat bersama. Anehnya Marwa nyaman berdekatan dengan Karl, tertawa dan melakukan hal yang selama ini belum pernah dia lakukan seumur hidupnya. Napas Marwa terengah saat sudah lelah bergerak, sementara Karl masih sangat dekat jaraknya dengan dia. Marwa sadar Karl sangat tampan, dan pasti banyak wanita ingin dekat apalagi menjadi kekasih Pria ini. Apa alasan Karl mau dekat dengannya sebenarnya juga dia tidak tahu, karena Marwa saat ini hanya ingin memanfaatkan kondisi yang datang padanya.
Di tengah terpedaya-nya Marwa akan ketampanan Karl, dia tidak sadar sudah menyentuh wajah Karl dengan sorot memuja. Karl yang melihat itu mencium bibir Marwa, dia menyukai wanita yang kini sangat dekat dengannya. Karl tidak ingin membuang kesempatan itu. Awalnya Marwa tidak membalas, hingga kemudian Karl sangat bahagia karena wanita bernama Marwa itu membalas pagutan mereka perlahan dengan sangat manis.
Karl bersumpah ini adalah ciuman yang paling dia sukai, dan membuatnya begitu menggebu meski baru sekejap menyicip rasanya. Bibir semerah delima, penuh, dan manis milik Marwa membuat Karl lupa diri.
Bersambung...