Chereads / khayalan rakyat jelata / Chapter 3 - Aku Bukan Cinderella

Chapter 3 - Aku Bukan Cinderella

hari pertama aku mulai jadi kekasih Dimas..aku masih belum memiliki rasa apapun ke Dimas. dari pada aku sendirian dan merasa kesepian, lebih baik aku menjalani drama ini perlahan. Dimas baik sekali kepada ku, walaupun aku belum bisa membalasnya sedikitpun... kemanapun aku pergi dia selalu menemaniku. suatu saat Dimas bertanya kepadaku, apa boleh dia membuat pesta untuk perayaan kencan kita. aku tidak mengijinkan hal itu, kerena itu membuang waktu dan uang sia-sia. lebih baik gunakan yang lain yang lebih bermanfaat. Dimas pun menghargai pendapatku. suatu hari saat jam kerja selesai, Dimas menjemputku seperti biasa, teman-temanku melihat kaget saat aku dijemput dengan mobil bagus. teman-teman lainnya berfikir ada sesuatu yang mencurigakan denganku. Mereka penasaran, dan timbullah segmen-segmen negatif dari mereka. aku berusaha berfikir positif. nanti juga mereka akan tau dan bertanya langsung padaku. esokan harinya mereka menanyakan langsung kepadaku.

"Fanny,,, Fanny,,.?"

"iya... ?"

"kemaren itu pacarmu?"

" iya mbak,, kenapa mbak? " mbak kenal?"

" nggak,, kita gak ada yang kenal cuman penasaran aja, kok bisa km punya pacar tajir, jangan-janagn kamu simpenan om-om ya?" ( tanya mereka, dengan nada meremhkan)

" nggak kok mbak, pacarku bukan om-om, dia seumuran aku kok mbak,, cuman lebih tua dikit!" tegasku pada mereka.."

" masak sih,, kapan-kapan kenalin kita donk sama pangeranmu itu... "

" masih pacaran kok mbak, plgak tau kapan putus, buat apa dikenalin, gak penting juga"

" ah.. Fanny gitu.. "

" Hehe,,, aku kerja dulu ya mbak.. "

" enaknya ya Fanny, jadi Cinderella.. dapet cowok tajir..." hihi iya... beruntung banget dia, palingan gak lama, cuman diambil uangnya aja sama dia, duh gak nyangka ya, cewek good looking, kayak dia ternyata gitu."

aku sekilas mendengar bisikan- bisikan mereka, tiada henti membicarakanku, seolah aku membuat kesalahan. aku abaikan omongan itu. entah mereka mau membicarakan aku seperti apa, terserah pada mereka.

jam pulang pun tiba, Dimaspun menjemputku seperti biasa.dan mereka teman kantorku masih penasaran dengan orang yang ada didalam mobil itu. akhirnya aku tetap diam berdiri sampai Dimas keluar dengan sendirinya. untuk mengobati rasa penasaran mereka agar mereka tidak meremehkanku dan menganggapku Cinderella yang beruntung. Dimaspun keluar dari mobilnya tanpa kusuruh. akupun terdiam dengan sedikit mood yang kurang baik.

"sayang, tunggu apa kenapa belum masuk ke mobil?" ( tanya Dimas penasaran )

" iya,, orang-orang kantor bilang aku Cinderella ketemu pangeran kaya, ada yang bilang aku jalan sama om-om"

"ya ampun,,, kamu mikirin itu dari tadi..?"

"iya, giman aku masukin hati, aku gak kayak gitu, aku gak miskin-miskin banget sampe harus manfaatin cowok gitu.. "( dengan nada kesal aku menceritakan ke Dimas)

"yaudah ayo masuk mobil dulu, kita bicarakan baik-baik."

kitapun berjalan sambil membicarakan masalah yang aku terima di kantor. Dimas menyuruhku untuk berhenti bekerja dan bekerja di tempatnya. aku sedikit kesal dengan dengan jalan keluar yang Dimas kasih. dia membuatnya sangat mudah.

"gimana kalo kamu kerja ditempatku aja. jadi aku lebih gampang buat lindungi kamu sayang.."

" Hank...? gampang sekali kamu bicara. sama aja aku lari dari masalah donk."

"ya gak gitu, sayangku.."

"terus gimana?gini aja aku gak usah kerja aja sekalian, aku kasih duit tiap bulan, selesai!" "kamu Sama aja gak kayak mereka, malah mau buat omongan mereka itu bener!" (ucapku marah pada Dimas)

"lah kok malah marah besar sama aku, aku kan cuman berpendapat sayang.."

"dahlah... berhenti disini, biar aku pulang sendiri!"

" nggak, biar aku anter sampe rumah, kalo ada apa-apa gimana?"

"dari dulu aku biasa pulang malem sendiri, gak ada apa-apa. dah turunin aku sekarang!"

" gak biar aku anter habis itu kamu mau gimana, terserah!"

Dimaspun tetap mengantarku sampai rumah, tanpa basi basi aku langsung pergi meninggalkannnya.

esokan harinya Dimas sudah menungguku didepan rumah. tak banyak bicara akupun langsung pergi meninggalkannya. dia mengejarku.

"Fanny... Fanny Tunggu..."

Dimas memanggil ku, tapi ku abaikan. aku memberhentikan taksi dan pergi begitu saja.

Dimas mengejarku Sampai kantor, dan terus mengejar.

" Fanny Tunggu... "

" aku mau kerja! nanti aja.. "

" aku minta maaf soal, semalem aku salah..."

" ya sudah aku maafkan pergi sana..." (usirku ke Dimas..)

dia terus mengirim pesan, sampai aku bosan membacanya. sampai tiba jam makan siang, dia belum pergi juga, dari kantorku. aku pergi makan siang sendiri, dia menghampiriku. dan terus berusaha agar aku tidak marah lagi padanya.

" sayang mau makan apa?"

"kamu gak kerja?"

"nggak, aku nungguin kamu, mau mastikan kamu masih marah apa nggak... "

" aku gak marah cuman Kessel aja, pengen rasanya aku pergi dan gak ketemu kamu lagi..."

"jangan... kita baru aja jalan, kamu belum Nerima aku sepenuhnya, kenapa sudah pergi?"

"justru itu,,, buat apa aku pertahankan hubungan gak jelas ini. kamu anggap aku remeh. mungkin kamu sudah biasa ketemu wanita yang sama kayak aku sebelum nya. tapi kamu gak bisa samain perlakuan kamu ke cewek-cewek itu ke aku juga!"

" tapi gak langsung pergi gitu aja Fanny! kita bicarakan baik baik dulu kan bisa."

" apa lagi yang mau dibicarakan..?" kamu sama aja kayak mereka.."

" ok.. ok.. aku salah, kamu nggak usah berenti kerja, kamu lanjutkan kerjaanmu.. aku gak bakalan ikut campur urusan kamu. aku cuman pengen ngelindugin kamu aja."

" kamu pernah mikir gak, kalo aku masuk di perusahaanmu, terus karyawan yang lain pasti lebih banyak mikir negatif tentang kita. dan itu juga tambah beban buat aku. kamu itu terlalu sempurna buat aku. jadi aku emang gak pantes buat kamu Dimas!."

"siapapun pantas berada di sampingku kalo aku benar-benar sayang. bakal aku lakuin apapun buat ngelindugin orang yang aku sayang! sudahlah kita gak usah bahas ini lagi, aku minta maaf.." aku mohon jangan lepasin aku gitu aja ya Fanny.. please... "

" okay!"

perdebatan pertama kitapun selesai, aku kira ini akan selesai, dan aku bisa lepas darinya. entah akan ada drama apa lagi kedepannya. aku ingin menjalankan hidup dengan tenang, tanpa harus ada ini itu. aku dan Dimas sudah berdamai, Dimas kembali bekerja dan akupun kembali bekerja, walaupun keadaan masih canggung. pulang kerja pun tiba, dia sudah menungguku ditempat biasa, dia memanggilku dengan penuh semangat. teman-teman kantor mulai kembali membicarakanku. aku pun tak memperdulikan nya. lebih baik aku menjalani drama baru ini dengan hati yang lebih terbuka lagi. semoga Dimas menerima sifat naifku ini yang benar-benar tidak bisa ditebak.