Ketiga iblis yang tadinya menyerang gerbang depan dan belakang rupanya sudah berhasil mengalahkan penjaga Istana yang melawan mereka.
Ibaratkan sedang melawan semut, ketiga iblis itu hanya membutuhkan waktu sebentar untuk menumpas para penjaga itu. Sungguh malang karena mereka sudah berjuang keras, namun nyatanya kekuatan keduanya berada di level yang berbeda.
Untuk itu setelah ketiganya berhasil mengalahkan semuanya, mereka meninggalkan jasad para penjaga tergeletak tidak berdaya di tempatnya masing-masing.
Ketiga nya pun langsung menuju ruangan dimana sumber kekuatan yang mereka cari berada, yang tidak lain adalah Pangeran yang baru lahir itu.
BRAK!!
Iblis itu mendobrak pintu dengan kekuatan hitam mereka sampai kedua daun pintu itu terlempar jauh ke sembarang tempat. Sontak hal itu langsung membuat Pengawal dan Ratu Arrabelle langsung panik sehingga mereka saling menatap dengan tatapan penuh ketakutan.
Ya, siapa yang tidak akan merasa takut jika iblis yang jarang naik ke permukaan tiba-tiba menyerang istana yang damai itu?
Mereka pastilah tidak akan siap dengan kemungkinan semacam itu.
"Dimana anak itu?! Cepat berikan!" Kata salah satu iblis itu ketika sudah berhasil masuk ke ruangan Ratu.
Kini ketiga iblis itu sudah bertatap muka dengan Ratu Arrabelle dan pengawal setianya itu. Entah apa yang akan terjadi, yang pasti situasinya sangat mencekam.
Mereka bisa merasakan aura gelap dari ketiganya, aura itu bercampur dengan aroma darah segar. Sudah pasti karena ketiganya tadi sedang melawan penjaga, secara tidak langsung darah penjaga pasti menyiprat ke badan iblis-iblis itu.
"Tidak akan aku serahkan! Kau harus melangkahi mayatku dulu!" Teriak Ratu Arrabelle tidak terima dengan perkataan iblis itu yang meminta anaknya untuk diserahkan begitu saja.
"Yang Mulia, biar saya yang melindungi Yang Mulia. Mohon jangan memancing kemarahan mereka Yang Mulia." Kata Pengawal itu berbisik di dekat Sang Ratu.
"Huh? Kau bisa apa dengan melawan kami?! Jangankan melawan kami, melawan anak buahku saja kau tidak akan sanggup." Kata salah satu dari iblis itu.
Memang benar mereka adalah pilar dari iblis tingkat menengah, yang secara langsung juga membawahi puluhan iblis di bawah kendali mereka.
Para Iblis itu sepertinya dapat mendengar pembicaraan Pengawal dan Ratu Arrabelle saat itu padahal mereka sudah berbisik pelan untuk menghindari bocornya pembicaraan mereka.
"Hei kau, cari di setiap sudut istana ini. Jangan sampai bayi itu dibawa kabur sebelum kita berhasil membunuhnya."
Salah satu iblis memintq kedua rekannya untuk pergi menyusuri setiap sudut istana untuk menemukan Damian yang baru lahir itu.
Sementara di ruangan Ratu masih ada satu iblis lagi tengah duduk santai sembari memandangnke arah pengawal dan Sang Ratu seolah mereka hanyalah sebuah mainan semata.
"Terlalu lemah, sayang untuk langsung dibunuh." Pikir iblis itu di dalam hatinya.
Tentunya ia tidak langsung melawan keduanya melainkan memperlakukan mereka seperti tawanan di ruangan itu.
"Masih tidak mau bicara huh?! Kalian sembunyikan dimana bayi itu?!"
Kata iblis itu tegas, ia sudah tidak bisa menahan kesabarannya lagi mengingat waktu mereka untuk berada di dunia manusia sudah semakin menipis.
"Tidak akan aku katakan! Lagipula kau tidak berhak untuk tau itu!" Jawab pengawal itu tanpa takut sedikitpun.
Ia sudah siap mengorbankan nyawanya, jadi kalau hanya sebatas melawan perkataan iblis itu maka ia sudah tidak peduli lagi.
SLASH!
Sial!
Tangan kiri pengawal itu terpotong!
Terpotong hingga tidak dapat diperbaiki kembali membuat cairan merah keluar bagaikan air yang mengalir begitu saja.
Ah, tenyata iblis itu tidak dapat menahan emosinya setelah mendengar ucapan pengawal itu. Ia pun tanpa ragu mengeluarkan kekuatannya lalu mengarahkannya ke tangan kiri pengawal itu tanpa ragu.
Entah kekuatan macam apa yang ia miliki, yang pasti ia bisa mengeluarkannya dari jarak jauh sekalipun tanpa menyentuh si pengawal.
Bahkan yang lebih mengherankan lagi, ia tidak menggunakan pedang untuk melukainya. Cukup dengan kekuatan yang memang berasal dari tubuh iblis itu sendiri.
AAAAGGHHH~!!
Pengawal itu mengerang kesakitan, ia merintih dan terjatuh ke lantai saat menyadari tangannya sudah tidak utuh lagi saat itu.
Sang Ratu yang melihat kejadian itu juga menjerit ketakutan melihat pengawal setianya tiba-tiba kehilangan salah satu tangannya itu mengingat beberapa detik yang lalu kedua tangannya masih utuh melekat di tubuhnya.
Kejadian itu terjadi begitu tiba-tiba dan tidak dapat diperkirakan oleh siapapapun, yang mana setelah melakukan aksinya Iblis itu terlihat sangat bangga dengan dirinya.
"Sudah kan? Bagaimana rasanya darah mengalir begitu deras keluar dari tanganmu itu?
Sakit?
Iya, tentu saja sakit. Begitulah yang harus kau rasakan kalau berani membalas ucapanku ini." Kata Iblis itu sembari masih terduduk di posisi yang sama dari sebelumnya.
Ia tidak bergeming sedikitpun dari tempatnya itu sembari melihat sang pengawal mengerang kesakitan di lantai yang cukup dingin itu. Iblis itu sepertinya menikmati melihat musuhnya tidak berdaya tanpa bisa melawan sedikitpun, yang mana itu sangat membuatnya puas.
Sang Ratu yang masih berbarign di tempat tidurnya itu bahkan tidak bisa bergerak sedikitpun saat pengawalnya terduduk lemas di lantai. Ia menyesali dirinya yang lemah itu karena tidak bisa melindungi siapapun termasuk si pengawal sendiri.
"Pengawal, jawab aku.
Kau bisa mendekat ke arahku sebentar? Aku akan membantu menghambat aliran darah yang mengalir dari tanganmu itu.
Setidaknya usahaku bisa membantumu untuk tidak kehilangan banyak darah."
Sang Ratu meminta Pengawalnya untuk mendekat ke arahnya karena ia berniat untuk mengurangi sedikit saja rasa sakit yang dirasakan si pengawal saat itu.
Pengawal yang sebelumnya terduduk itu pun mengikuti apa yang dikatakan Sang Ratu, ia lalu bangkit dari lantai yang dingin itu kemudian mendekat ke arah Ratu yang masih berbaring di tempat tidurnya.
"Yang mulia, apa yang akan anda lakukan dengan meminta saya untuk mendekat ke arah yang mulia?" Tanya sang Pengawal.
"Diamlah, kau hanya akan mempercepat alirah darahmu keluar kalau terus berbicara." Kata Sang Ratu.
Ia kemudian merapalkan sihir penyembuhan ke arah tangan kiri pengawal yang terputus itu.
Sang Ratu memang bukan seorang tabib yang bisa menyembuhkan penyakit berat seperti tabib istana yang sebelumnya, tapi sedikit tidaknya ia tahu cara untuk mengurangi rasa sakit yang dirasakan Sang Pengawal.
Walaupun tangan yang terputus itu tidak mungkin untuk disambungkan kembali oleh kekuatan Sang Ratu, setidaknya darah merah yang mengalir dari pergelangan tangannya tidak akan mengalir dengan deras seperti sebelumnya.
Begitulah yang Ratu Arrabelle harapkan saat itu mengingat ia tidak tahan melihat pengawalnya merintih kesakitan di tanah.
Beberapa saat kemudian, setelah Sang Ratu selesai merapalkan sihirnya yang baru ia pelajari itu, luka akibat tebasan dari iblis itu perlahan semakin menutup yang mana darah mengalir kini sudah tidak terlihat dari sana.