Chapter 8 - PDW 08

Keesokan harinya disaat langit masih terselimuti oleh awan gelap, Raja Owen pun terbangun oleh suara yang sangat bising di luar kamar daruratnya saat itu.

Ia bisa merasakan kehadiran aura yang memang tidak asing baginya semakin mendekat dari balik kamar daruratnya itu.

Raja Owen kemudian segera bangkit dari tempat tidurnya untuk menyambut kedatangan orang yang ia kenal dengan wajah sedikit khawatir.

Ia pun keluar dengan masih mengenakan pakaian seadanya untuk menemui orang itu seraya memastikan keadaannya.

"Panglima, kau sudah kembali rupanya." Kata Sang Raja menyambut kedatangan panglima perangnya beserta ratusan pasukan yang sebelumnya berperang di perbatasan untuk melawan para iblis.

"Terimalah hormat saya Yang Mulia." Kata Panglima itu kemudian memberikan hormatnya sebelum menjawab sapaan dari Sang Raja.

Penjaga yang lain juga langsung memberikan hormat pada Sang Raja bersamaan dengan Panglima perang sebagai bukti kepatuhan mereka terharap Raja Owen III yang memerintah di Kerajaan Grizelle.

"Kenapa kalian sudah kembali? Bagaimana dengan perang yang seharusnya masih berlangsung itu?" Tanya Sang Raja.

"Kami telah berhasil mengusir mereka dari perbatasan, Yang Mulia. Sebagian dari mereka memang berhasil kami bunuh setelah Yang Mulia pergi.

Namun, ada juga yang entah mengapa mereka seperti diminta untuk kembali ke tempat asal mereka.

Saya tidak mengerti dengan hal itu Yang Mulia. Yang pasti untuk sementara ini, bisa dikatakan kita telah memenangkan perang ini." Jawab Panglima menjelaskan situasi perang yang ia pimpin itu.

"Bagus, aku bangga padamu dan pada kalian semua. Tidak sia-sia aku memberikanmu tugas seperti ini, nyatanya kau telah berhasil memimpin mereka hingga bisa meraih kemenangan seperti sekarang ini." Kata Sang Raja sembari menepuk pundak Panglimanya.

"Tapi, kita tidak boleh lengah. Untuk sementara kita memang telah berhasil mengusir mereka. Namun bisa saja suatu hari mereka akan kembali dan menyerang Istana lagi.

Kita telah kehilangan Sang Ratu dan Pangeran, untuk itu aku harap tidak ada lagi nyawa yang hilang kemudian hari.

Sudah cukup banyak pasukan kita yang tumbang di medan perang, aku tidak ingin kehilangan lebih banyak dari ini." Kata Sang Raja sembari menatap kedua mata Panglimanya itu.

"Saya mengerti Yang Mulia. Saya akan memperketat penjagaan di seluruh istana yang masih tersisa serta meminta beberapa pasukan kita untuk tetap menjaga daerah perbatasan.

Saya takut iblis-iblis itu akan datang lagi tanpa sepengetahuan kita." Jawab Panglima dengan nada bicara yang sopan.

"Baik, aku percayakan semua padamu.

Sekarang yang menjadi masalah adalah bagaimana kita akan membangun ulang istana yang sebagian besar sudah hangus terbakar ini?

Sang Raja kemudian memikirkan berbagai cara di dalam pikirannya hingga ia menemukan yang paling tercepat yaitu meminta bantuan kepada warganya untuk membantunya membangun ulang istana.

Memang pekerjaan itu bukanlah kewajiban bagi warganya namun karena Sang Raja sendiri yang meminta bantuan, tidak mungkin warganya bisa menolaknya begitu saja bukan?

Sang Raja kemudian memerintahkan kepada beberapa penjaga untuk menyebarkan kertas berisi permohonan bantuan untuk membangun kembali Istana itu.

Sementara Sang Raja memeriksa sekali lagi puing-puing istanya dengan harapan setidaknya ia akan menemukan jasad anaknya yang baru lahir disana.

Setidaknya jika ia menemukan jasadnya, ia bisa berhenti berharap dengan kemungkinan anak itu masih hidup di luar sana. Mengingat saat ini jasadnya masih belum ditemukan, Sang Raja bisa jadi masih mengharapkan kemungkinan anaknya untuk hidup di suatu tempat.

Tidak ada yang tahu pasti tentang itu selain Sang Pencipta.

---

Setelah menyusuri beberapa bagian istana yang habis dilalap api itu, ia ternyata tidak menemukan apapun selain puing-puing bangunan saja.

Tidak ada jasad atau manusia yang tertinggal disana. Sungguh malang, mengingat Sang Raja sedikitnya berharap kemungkinan ada jiwa yang bisa ia selamatkan disana.

Disaat Raja Owen tengah berkeliling, tiba-tiba seorang penjaga menghampirinya dengan sangat terburu-buru. Penjaga itu bahkan tidak sempat mengatur nafasnya kemudian memberitahukan kabar baik pada Sang Raja.

Ia berkata jika puluhan warga bersedia membantu mereka untuk membangun istana kembali.

Sontak kabar itu membuat Raja Owen senang dan langsung menghampiri puluhan warga yang sudah menunggu di pintu gerbang istana saat itu.

Raja Owen kemudian menyapa mereka dengan ramah mengingat ternyata masih ada banyak orang yang peduli dengan kesulitan yang dialami Rajanya saat itu.

Sang Raja sangat berterima kasih dengan niat baik warganya itu dan bantuan mereka yang sangat berarti bagi Sang Raja.

Untuk itu, mereka kemudian memulai pekerjaan sukarela itu dengan membersihkan puing-puing bangunan serta menyingkirkan barang-barang yang terbakar habis disana.

Sang Raja tentu saja tidak berdiam diri saja melihat warganya sibuk dengan pekerjaan mereka. Ia kemudian ikut membantu agar pekerjaan itu bisa selesai dengan cepat, setidaknya hari itu puing-puing bisa mereka singkirkan dari sana.

Begitulah akhirnya pekerjaan mereka selesai pada siang hari. Saat itu Sang Raja beserta beberapa pelayan kemudian menyuguhkan makanan pada warga yang sudah dengan baik membantu pekerjaan mereka.

Walaupun Sang Raja belum bisa membayar mereka dengan layak karena kondisi kerajaan bisa dikatakan masih belum stabil, setidaknya menyuguhkan makanan sudah sangat berarti bagi warganya itu.

"Yang Mulia juga harus makan." Kata Panglima menghampiri Sang Raja sembari membawa sepiring makanan di tangannya untuk ia berikan pada Sang Raja.

"Aku bisa makan nanti, kau makan lah lebih dulu." Kata Sang Raja menolak dengan sopan permintaan Panglimanya.

"Ta-tapi Yang Mulia.." Pungkas Panglima itu lagi.

"Baiklah, baik.. Aku akan makan sekarang. Kalian juga masih membutuhkan pemimpin di Kerajaan ini jadi aku harus makan bukan?"

Raja Owen akhirnya setuju untuk makan siang setelah didesak oleh Panglimanya itu. Ia kemudian mengambil piring yang panglima itu bawa kemudian menikmatinya disana dengan dilihat oleh warganya itu.

Sungguh jarang bisa melihat Sang Raja menikmati makan siangnya bersama dengan warganya karena biasanya ia menikmati makan siangnya bersama dengan Sang Ratu.

Namun sayangnya semua itu sudah tidak bisa ia lakukan lagi mengingat Sang Ratu sudah pergi meninggalkannya untuk selamanya.

Tidak ingin berlarut dalam kesedihan terlalu lama, ia pun menyelesaikan makan siangnya itu kemudian melanjutkan pekerjaannya kembali siang itu.

Hingga sore hari pun tiba, warga yang sedari tadi membantu di istana satu persatu kemudian kembali ke rumahnya masing-masing.

Hal itu sangatlah wajar mengingat mereka tidak mungkin tinggal di istana yang tidak utuh itu terlebih mereka pasti harus kembali ke keluarga tercinta mereka sembari menikmati makan malam bersama.

Sementara Sang Raja pun kembali ke ruangan daruratnya untuk beristirahat disana. Ia juga haruslah memulihkan dirinya mengingat ia sudah menggunakan tenaganya secara berlebihan tadi.

Setelah makan malam, ia pun beristirahat disana dengan dijaga oleh beberapa penjaga untuk menghindari kemungkinan buruk yang bisa saja terjadi saat Sang Raja tengah tertidur itu.