Adi menggoyangkan tubuhnya ke kiri dan ke kanan, ia melakukannya dengan perlahan agar bayi yang ada dalam pelukannya semakin terlelap.
Ia memandang wajah putih mulus itu sekali lagi. Ada perasaan puas ketika ia melihat wajah tentram dan nyaman terpancar dari bayi itu.
"Sini, kalau sudah lelap tidurnya, biar ditaruh di tempat tidur saja!" kata salah satu perawat itu kepadanya.
Adi mengangkat kepalanya dan berkata, "Sebentar lagi! Sepertinya masih gerak-gerak!"
Perawat itu tersenyum kecil sambil mengangguk, "Kalau diperhatikan, wajah kalian berdua benar-benar mirip!" kata perawat itu.
"Benar kah?" tanya Adi dengan suara serak.
"Iya!" jawab perawat itu, "Sini, sepertinya sudah tertidur nyenyak!" katanya lagi sambil mengulurkan tangannya, meminta Adi memindahkan bayi itu ke lengannya.
Adi menyerahkan bayi itu kepadanya. Lalu ia meletakkan bayi itu ke atas tempat tidur bayi yang ada di ruangan itu.
"Di mana ibunya?" tanya Adi saat melihat tempat tidur yang besar kosong.
"Mas-nya belum tahu?!" perawat itu balik bertanya dengan nada terkejut.
***
Adi bergegas keluar kamar pasien. Ia setengah berlari menuju ruangan yang dijelaskan oleh perawat tadi. Wajahnya pucat pasi dan jantungnya berdegup keras tak karuan. Di kepalanya bersarang semua kemungkinan buruk yang bisa saja terjadi.
"Tidak mungkin!" ujarnya dalam hati, berusaha meredam semua pikiran buruk itu.
Napasnya tersenggal-senggal saat tiba di depan ruangan yang dituju. Dengan segera ia mendobrak masuk melalui pintu masuk ruangan itu. Beberapa orang perawat yang terkejut menoleh ke arahnya.
"Kamu siapa?" tanya seorang perawat dengan nada tidak suka.
Adi tidak langsung menjawab, otaknya bingung antara menjawab pertanyaan perawat itu atau memperhatikan perempuan yang tengah terbaring di kelilingi oleh beberapa orang tenaga medis.
"Ada keperluan apa?" tanya perawat itu lagi sambil berjalan menghampirinya.
Mata Adi bergantian antara melihat perawat itu dan perempuan itu.
"A..a..," Adi mencoba bersuara.
Tetapi ia bingung kenapa suaranya seperti tertahan di tenggorokan! Sekali lagi ia mencoba tetapi tetap saja suaranya tidak keluar. Akhirnya ia hanya mengangkat tangannya dan menunjuk ke arah perempuan yang terbaring di ranjang, tengah mendapat perawatan itu.
"Kamu keluarga pasien, ya! Tunggu di luar saja!" ucap perawat itu sambil mendorong Adi keluar.
Lalu ia menutup pintu, tepat di depan muka Adi. Ketika pintu ditutup, Adi tersentak sedikit. Ia seperti kembali ke alam sadarnya. Sesaat tadi, bayangan tentang kehidupan masa lalunya melintas dengan cepat. Ia menghela nafas panjang dan duduk di bangku yang ada di dekat situ.
Adi mengedipkan matanya beberapa kali dengan cepat. Bayangan masa lalu itu pun kembali hadir, bayangan tentang sesosok perempuan yang sedang melakukan sesuatu sambil membelakanginya. Ia memandangi punggung itu untuk beberapa saat, tersenyum kecil dan merasa lega. Kemudian ia mengalihkan kembali pandangan dan perhatiannya kepada mainan yang ada di hadapannya. Setelah asyik bermain beberapa menit, Adi kembali mengalihkan pandangannya ke arah perempuan itu. Setelah yakin kalau perempuan itu tidak akan kemana-mana, ia kembali asyik bermain. Ia kembali mengulangi hal itu lagi beberapa menit kemudian dan akan terus mengulanginya lagi, lagi dan lagi.
Adi ingat, betapa dulu ia tidak mengerti apa artinya kemiskinan, apa artinya hidup susah atau apa artinya hidup tanpa ayah (seperti yang orang-orang sering katakan mengenai dirinya). Ia tidak paham maknanya ketika orang-orang menyebutnya 'anak tanpa ayah', 'anak haram', 'anak hasil hubungan gelap', dan sebagainya. Selama 'perempuan itu' masih bersamanya, Adi merasa 'aman' dengan kehidupannya. Masalahnya, suatu ketika, tiba-tiba saja, perempuan itu menghilang. Padahal baru saja tadi Adi melihatnya berdiri di dekatnya, lalu tiba-tiba ia sudah tidak ada! Adi panik! Tiba-tiba saja hidupnya serasa tidak aman!
Adi kecil saat itu hanya mampu menangis sekuat tenaga!