Chereads / The Last Of Knight / Chapter 2 - Negeri Earthland

Chapter 2 - Negeri Earthland

Dari jauh terlihat kakek tua dengan jubah dan rambut panjangnya yang putih serta tongkat kayu di tangannya. Nampak ia berjalan mendekat ke arah wujud Lucas, tetapi jiwa Victor. Tiba-tiba ia duduk di sampingnya, Memandang kosong ke depan. Victor merasa takut sekaligus heran kepada kakek tua itu yang datang tiba-tiba lalu duduk disampingnya tanpa mengucapkan sepatah katapun.

'Siapa dia? Apa dia buta, tak bisa melihat? Kenapa dia diam saja seperti tak melihatku? Oh, jangan-jangan dia penunggu pohon besar ini?' batin Victor nyeleneh dan bergidik ngeri.

Pletak, "Hei! Aku dengar ya apa yang kau katakan di dalam hatimu!" Kakek tua itu memukul kepala Victor hingga ia hanya meringis kesakitan.

'Dia bisa mendengar aku bicara dalam batin? Yang benar saja, itu tak mungkin,' batin Victor lagi.

"Hei, aku tahu kau bicara apa dalam hatimu, aku dengar anak muda," ucap kakek tua itu membuat Victor membelalakkan matanya tak percaya jika kakek tua di sampingnya itu memang bisa mendengar isi hatinya.

Kakek tua itu seketika membalikkan badannya dan menghadap Victor. Victor mundur sedikit, memandang takut pada wajah tua itu, "Kenapa kau mundur?" tanya kakek itu dengan menatap tajam.

"Ah, tidak. Aku harus pergi, permisi, Kek."

"Tunggu!"

Langkah kaki Victor terhenti ketika kakek itu menghentikannya.

"Duduklah!" Perintahnya. Victor berjalan mundur sedikit dan kembali duduk disamping kakek itu. Ia menghela napas panjang, menunggu kakek tua itu yang tak kunjung bicara.

"Ada apa, Kek? Aku harus pergi."

Diam. Kakek itu hanya terdiam, "Ya sudahlah, aku akan pergi saja!"

Victor melangkahkan kakinya dan kakek itu tiba-tiba berkata, "Kau, Victor Lexander, kalahkan Raja Otto di selatan sana!" Serunya dengan menunjuk arah selatan, "Maka, jiwamu nanti akan keluar dan meninggal dengan tenang!" lanjutnya membuat langkah Victor lagi-lagi terhenti.

Victor membalikkan tubuhnya dan kembali mendekat; duduk di sebelah kakek itu lagi dengan pikiran yang penuh dengan pertanyaan-pertanyaan.

"Benar, kau sudah meninggal, tetapi jiwamu tak tenang dan kini berada dalam raga Lucas, pemuda petani di negeri Earthland ini. Jiwamu akan tenang setelah kau berhasil mengalahkan kekejaman sang raja kegelapan, Raja Otto di kerajaan Discworld dan sekarang, kau berada di desa Asgard. Desa dibawah kekuasaan Raja Oliver, Raja bijaksana nan baik hati, sekaligus kakak dari Raja Otto," jelasnya tetapi Victor masih tak mengerti.

"A-aku tak mengerti, Kek."

"Kalahkan Raja Otto, maka jiwamu akan kembali ke tubuhmu! Dan Lucas, pemuda yang kau pinjam tubuhnya pun akan hidup normal kembali," jelasnya lagi, kali ini dengan memejamkan matanya.

"Kau paham?" tanya kakek itu, tetapi Victor hanya menggeleng.

"Dasar bodoh! Begitu saja tak mengerti? Padahal, sudah panjang lebar aku menjelaskannya!" sungut kakek itu kesal.

Victor masih terdiam dengan berpikir keras. Mencoba mencerna apa yang kakek itu katakan.

"Kenapa harus aku yang mengalahkannya? Aku bukan warga sini, dan aku juga tak bisa bela diri," ujar Victor.

Kakek itu menjelaskan pada Victor bahwa ia telah diramal lima ratus tahun lalu oleh Raja Vortigern pertama.Kakek itu juga memberitahunya bahwa Victor berada di tiga ribu tahun dari masa depannya. Mata Victor membelalak dengan mulut yang terbuka lebar, tubuhnya sedikit lemas.

'Jadi aku di masa lalu?' batin Victor.

"Astaga, jika aku tahu akan begini jadinya, maka aku tak mau mati duluan!" ujar Victor sembari menepuk pelan kepalanya dengan sedikit menyesal.

"Mintalah bantuan pada Faramir, lelaki yang mengajakmu mengambil jerami tadi. Dia sahabat Lucas. Mintalah ia untuk mengajarimu bela diri dan sedikit kekuatan," ujar kakek itu dingin, lalu pergi menghilang dengan sekejap bagai ditelan bumi.

"Ta--" ucapan Victor terputus ketika melihat kakek itu sudah tak ada, "Oh, astaga, siapa dia? Kenapa dia tiba-tiba menghilang begitu saja?" Victor lari terbirit-birit takut. Ia beberapa kali menepuk pipinya dan mencubit lengannya. Sakit. Hanya itu yang ia rasakan.

"Sudah kutepuk pipiku, sudah kucubit lenganku, semua terasa sakit. Jadi, apa ini semua nyata?" tanyanya kepada dirinya sendiri.

"Hei, Lucas! Kau dari mana saja? Baru saja aku akan mencarimu!" Panggil seseorang yang tak lain adalah seorang lelaki yang tadi mangajaknya mengambil jerami.

Victor masih terdiam, "Ada apa, Kawan?" tanya lelaki itu lagi.

"Apa kau yang bernama Faramir?" tanya Victor hati-hati. Lelaki itu terdiam sejenak, sampai akhirnya ia tertawa terbahak-bahak.

"Hei, kau kira aku siapa, hah? Aku memang Faramir? Nampaknya kau memang amnesia betulan ya? Dengan wajahmu dan namamu saja kau tak tahu, hahaha!" Lelaki itu kembali tertawa dengan memegang perutnya yang sakit karena terus tertawa. Sedangkan Victor hanya menatap dingin lelaki di depannya.

"Dasar, sinting!" Victor lalu pergi meninggalkan lelaki itu yang masih terus tertawa sambil mengejarnya.

"Hei, aku hanya bercanda, Kawan. Ya, aku Faramir, ada apa memang? Kau masih tak ingat siapa diriku?" tanya Faramir lagi dengan menahan tawa.

"Ajari aku bela diri," cetus Victor dingin dengan terus berjalan.

"Apa? Hei, Lucas, ayolah, tak usah bercanda melulu. Kau itu pandai bela diri, kenapa masih memintaku untuk mengajarimu?"

Victor lalu berjalan lebih cepat tanpa arah, tak menggubris pertanyaan Faramir yang menyebalkan menurutnya.

"Hei, kau mau ke mana, Lucas? Rumahmu disebelah timur, bukan utara!" Teriak Faramir lalu kembali tertawa dan mendekati Victor.

Victor pun langsung pergi ke arah timur meninggalkan Faramir tanpa memperdulikan teriakan Faramir yang terus memanggil dan menggodanya.

"Hai, Lucas, datanglah ke rumah, aku akan membuatkanmu kue gandum dan beberapa buah yang selesai kupanen," sapa salah seorang gadis dengan penutup kepala di atasnya. Wajah putih dengan rambut sedikit bergelombang dan berwarna pirang nampak mendekatinya dengan senyum malu.

Gadis itu mengambil apel merah dari keranjangnya."Makanlah ini, buah apel pertama yang kupanen," ucap gadis itu lagi dengan menyodorkan apel merah pada Victor. Namun, belum sempat tangan Victor meraihnya, tangan Faramir duluan yang mengambil buah apel itu.

"Hei, dasar kau ya, Faramir!" teriak gadis itu kesal.

"Apa? Buah ini sangat manis, Lucy," jawab Faramir enteng, sedangkan Lucy menatapnya horor.

"Tak apa L-Lucy," jawab Victor dengan tersenyum kikuk dan kembali melanjutkan perjalanannya.

Dari jarak yang cukup jauh, Lucy sedikit berteriak pada Lucas yang sebenarnya adalah Victor untuk mampir ke rumahnya. Victor menoleh ke arahnya lantas menganggukkan kepala.

"Ini rumahku?" tanya Victor kepada Faramir.

"Ya, dan sebelah adalah rumahku."

Victor menatap rumah di depan matanya itu dengan tatapan aneh. Rumah yang terbuat dari kayu dengan atap jerami itu membuatnya terdiam beberapa saat.

"Hei, kau tak menyuruhku masuk? Ayolah masuk, aku sangat lapar." Faramir langsung masuk dan membuka pintu tanpa seizin si tuan rumah.

Victor menggelengkan kepalanya,melihat tingkah laku Faramir yang tak sopan padanya.

"Hei, bisakah kau ajariku bela diri?" tanya Victor lagi dengan teh hijau di tangannya.

"Kau ini sangat lucu, Lucas. Dirimu kan lebih unggul bela diri dibandingkan aku. Kenapa malah kau memintaku untuk mengajarimu," jawab Faramir dengan daging panggang yang sedang disantapnya.

Glek

Air liur Victor seperti menetes begitu saja melihat enaknya Faramir memakan daging panggang dengan ukuran besar di depannya.Victor menanyakan daging yang Faramir makan dengan tatapan lapar.Faramir memberitahunya dengan mulut penuh makanan bahwa yang ia makan adalah daging rusa.

"Apakah enak?" tanya Victor mengangkat sebelah alisnya.

"Tentu. Haha! Kau seperti tak pernah makan saja!"

Dengan ragu, Victor pun mengambil secuil daging rusa panggang itu. Ragu, ia memasukkannya ke dalam mulut. Dan ,...

"Astaga! Ini sangat lezat!" Tanpa berpikir lama, Victor langsung memakan daging itu dengan lahapnya, membuat Faramir menggelengkan kepala melihatnya.

'Beritahukan pada Faramir, jika kau bukanlah Lucas, tetapi Victor Lexander. Kau diperintahkan di negeri Earthland ini untuk mengalahkan Raja Otto, sang penguasa raja kegelapan!!!'

Suara bisikan di telinga Victor membuat Victor menghentikan makannya. Sampai akhirnya ia merasa ada benda tumpul yang menghantam punggungnya dan saat itu pula ia tak sadarkan diri.