"Bodohnya dirimu, Victor! Apa kau tak ingat bahwa mereka itu prajurit dari kerajaan Discworld, huh?" Faramir memakinya. Namun, seketika dia terdiam melihat wanita yang sedang mengobati tubuh Lucas. Matanya membelalak; seketika bibirnya tak dapat berbicara.
Victor memandang Faramir dengan tatapan bingung, "Ada apa denganmu, Faramir?"
Faramir tak menanggapi pertanyaan Victor, pandangannya tak lepas dari wanita. Terlebih ketika wanita itu merapalkan sebuah mantra yang membuat lebam itu seketika hilang.
"Sudah selesai. Maaf jika perlakuan prajuritku membuat kalian terluka," ucap wanita itu.
Victor pun mematung seperti halnya Faramir. Menatap tak percaya; lebam di tubuhnya seketika hilang.
"B-bukan kah kau adalah Putri dari Kerajaan Discworld, Putri Charlotte?" ucap Faramir gugup.
"Ya, memang benar. Aku meninggalkan kerajaan diam-diam karena ingin menghirup udara segar dan sesekali melihat para wargaku. Namun, para prajurit Ayahku ternyata melihat kepergianku. Lalu mereka memaksaku untuk pulang. O ya, jika boleh tahu, siapa kalian?"
"Namaku Faramir dan dia adalah Victor, m-maksudku Lucas. Kami dari Desa Asgard," ucap Faramir.
Wanita itu beranjak dari tempatnya,"Sepertinya aku harus kembali ke kerajaan, tetapi kuda yang kutunggangi entah berlari ke mana. Bisakah kalian menolongku mencarikan kudaku?"
Faramir dan Victor menganggukkan kepalanya serentak. Mereka menganggap sebagai balas budi karena telah menyembuhkan lebam di tubuh Lucas.
Selangkah demi selangkah, mereka terus mencari kuda itu. Tampak sekali wajah ceria yang terpancar dari Putri Charlotte. Ia menikmati tiap langkah kakinya, tak nampak lelah di wajahnya sedikit pun.Setelah berjalan cukup lama menyusuri hutan, mereka beristirahat sejenak.
"Ah, lelah sekali," keluh Victor.Namun, wanita itu seperti tak kenal lelah.
"Sepertinya kudaku di tepi sungai, aku dapat mendengar suaranya. Terima kasih telah membantuku. Aku tak akan melupakan kebaikan kalian berdua," ucapnya dengan lengkungan di bibirnya; sungguh manis.
Putri Charlotte melenggang pergi meninggalkan Faramir dan Victor. Mata Victor masih tetap memandangnya sampai punggung wanita itu tak terlihat lagi.
Plak!
"Kau itu ingin bunuh diri?" Faramir kembali memakinya.
"Maaf, aku tak tahu jika mereka dari kerajaan Discworld. Lagi pula ... putri dari kerajaan itu sangat cantik sekali. Senyumnya pun sangat manis," ucap Victor seraya membayangkan Putri Charlotte.
"Umm Faramir, apakah yang dia gunakan adalah sebagian sihir yang diwariskan dari Raja Otto?"
Faramir menggelengkan kepalanya, "Bukan."
Dahi Victor berkerut melihat Faramir yang menjawabnya dengan singkat.Tak ada penjelasan lebih dari Faramir.
"Lantas menga—"
"Sudah lah, ayo kita berlatih hari ini. Aku akan mengajarimu teknik dasar untuk bela diri." Faramir segera memotong ucapan Victor. Ia melangkah lebih dulu, membuat Victor yang masih duduk, berdiri dengan tergesa-gesa mengejar Faramir.
"Huh, dasar kau ini!" umpat Victor.
---
'Apakah Ayah akan marah kepadaku?' pikir wanita yang tengah menunggangi kuda ke tempat tinggalnya yang penuh dengan aturan. Ia mempercepat laju kudanya hingga sampailah di depan gerbang kerajaan Discworld.
Para prajurit membukakan pintu gerbang, dengan perlahan wanita itu memasuki kerajaan.
"Beraninya kau keluar dari kerajaan tanpa sepengetahuan Ayah dan Kakakmu ini!" Suara menggelegar itu datang dari arah berlawanan. Ia adalah Pangeran Ares, kakak dari Putri Charlotte.
Putri Charlotte terdiam, ia melihat ke arah Pangeran Ares yang kini tengah murka karena perilakunya. Ia mengepalkan kedua tangannya, "Apa salahnya jika aku ingin keluar dari Kerajaan?" ucapnya dengan lantang, tetapi tidak dengan jantungnya yang kini berdegup dengan cepat.
Pangeran Ares melangkahkan kakinya; menghampiri adiknya yang nampak tak merasa bersalah sedikit pun. Tangan Pangeran Ares sudah bersiap untuk menampar adiknya, tetapi itu ditahan oleh panglimanya.
"Tahan amarahmu, Pangeran Ares."
Tak lama setelah itu, Raja Otto kembali pada singgasananya.
"Ada apa ini? Putriku, kau sudah kembali?" tanya Raja Otto dari singgasananya.
"I-iya, Ayah. Ayah, mengapa aku tak diperbolehkan pergi dari kerajaan? Apakah aku salah, Ayah?"
Raja Otto hanya terdiam. Namun tidak dengan Pangeran Ares. Ia mencengkram leher adiknya lalu ia angkat ke atas, membuat adiknya sulit bernafas bahkan untuk berbicara.
"Argh ...."
Tangan Putri Charlotte berusaha melepaskan cengkraman Pangeran Ares, tetapi tenaganya tak cukup kuat. Ia menatap panglima kerajaan yang tengah berdiri di belakang Pangeran Ares, matanya mulai berair.
"Lepaskan dia, Ares!" ucap Raja Otto pada anak tertuanya itu.
"Tetapi dia sudah melanggar aturan yang Ayah buat. Dia harus dihukum karena tak menghormati Ayah dan agar dia tak melakukannya lagi," jelas Pangeran Ares yang mencengkramnya semakin kuat.
"Sudah, lepaskan dia."
Mendengar perintah kedua dari Ayahnya, Pangeran Ares melepaskan cengkramannya hingga membuat Putri Charlotte terjatuh. Ia masih menatap geram terhadap adiknya, sedangkan Putri Charlotte berusaha bernapas kembali dengan rasa perih di lehernya.
"Jika kau ingin pergi dari kerajaan, pergi saja. Jangan pernah kembali ke sini dan mulai saat ini, kau bukanlah Putriku lagi."
Seketika Putri Charlotte menatap Ayahnya yang duduk di singgasana dengan tatapan dingin dan keji. Ia tak percaya jika hal ini membuatnya diusir dari kerajaan. Ia melirik ke arah Pangeran Ares, terlihat wajah Pangeran Ares yang gembira dengan senyum miring terhadapnya.
Putri Charlotte bangkit dengan tertatih, panglima kerajaan membantunya untuk berdiri. Tanpa berpamitan, Putri Charlotte membalikkan tubuhnya dan berjalan keluar dari kerajaan. Baru saja satu langkah, tangannya kembali di genggam oleh Pangeran Ares.
"Dia adalah panglima kerajaan ini, kau tak boleh membawanya pergi."
"Saya mengundurkan diri sebagai panglima kerajaan ini dan saya akan pergi bersama Putri Charlotte. Saya akan menjaganya dengan nyawa saya," ucap panglima itu di hadapan Pangeran Ares.
Dengan senyum sinisnya, Pangeran Ares melepaskan genggamannya, "Baiklah jika itu keputusanmu, William. Silahkan pergi bersama manusia pembangkang dan tak berguna ini."
Napas Putri Charlotte memburu mendengar perkataan kakaknya. Ia mengepalkan tanganya dengan erat; ingin memukul kakaknya.
"Mari, Tuan Putri," ajak panglima kerajaan—William.
'Lihat saja,kau akan menderita di luar sana,' batin Pangeran Ares yang melihat mereka keluar dari kerajaan. Mereka melenggang pergi dari kerajaan Discworld dengan membawa satu kuda.
Di perjalanan, Putri Charlotte hanya terdiam, sesekali melihat ke arah William yang tengah mengendarai kuda.
"Ada apa, Tuan Putri?" tanya William tanpa melihat ke arah Putri Charlotte.
Tak ada jawaban dari Putri Charlotte, hingga William memutuskan untuk berjalan sedangkan Putri Charlotte tetap di atas kuda. William merasa di awasi, ia melihat sekeliling, tetapi tak ada apa pun. Posisinya kini bersiaga, harap-harap cemas ada yang ingin melukai Putri Charlotte.
"William ... Maafkan perbuatanku karena aku, kau harus kehilangan pangkatmu sebagai panglima kerajaan discworld," ucap Putri Charlotte. Kali ini, ia mengeluarkan air matanya.
"Tenang saja, Tuan Putri. Saya akan menjaga Tuan Putri sampai kapan pun karena itu adalah pesan terakhir dari Ratu sebelum kepergiannya."
Putri Charlotte mengusap air matanya. Dalam dirinya, ia berjanji akan menjadi lebih kuat dan membuat aturan wilayahnya sendiri. Ia ingin dunia ini hidup dengan damai.
William melirik ke arah Putri Charlotte, "Sepertinya kita akan beristirahat sejenak."
Putri Charlotte hanya menganggukkan kepalanya tanpa sepatah kata. Ia menghembuskan nafas panjang; melepas sedikit bebannya.