Setelah satu milenia sejak alam semesta mengulangi siklus kehancurannya, peradaban manusia telah bermunculan kembali. Berbagai kerajaan dan pemerintahan telah muncul dan berjaya selama lebih dari ratusan tahun. Mereka semua berkumpul di sebuah sektor antariksa bernama Alsteltania. Kisah ini akan berfokus pada perjalanan Yuka Hanagia, sang pewaris takhta Alsteltania, yang terpaksa melarikan diri karena ancaman kudeta dari dalam negerinya sendiri. Dalam keheningan malam di istana negara Alsteltania, langkah kaki penjaga istana terdengar dari dalam gelapnya koridor istana. Pintu kamar sang putri, Yuka Hanagia, ditembus ketukan lembut. Suara halus sang putri menyambut, "Masuklah. Aku tidak mengunci pintunya."
Aisaka Momonoka, sang penjaga setia sekaligus sahabat Yuka, melangkah masuk ke dalam kamar. Kehadirannya seakan memecah kesunyian malam. "Maaf mengganggumu malam-malam begini. Aku mendengar suara bising dari kamarmu dan aku kira kamu membutuhkan sedikit bantuan," ucapnya dengan penuh kekhawatiran.
"Tak apa, aku sedang menyiapkan pakaianku. Sebentar lagi aku akan selesai," jawab Yuka tanpa meninggalkan pekerjaannya.
Pandangan Aisaka tertuju pada kekacauan yang ada di dalam kamar. Ia bertanya, "Apa yang sedang kamu lakukan? Mengapa kamarmu berantakan seperti ini? Apakah kamu akan hadir di acara di gedung senat hari ini? Waktumu hanya lima menit sebelum acaranya dimulai."
"Tidak, aku menyiapkan semua ini bukan untuk pertemuan senat. Untungnya, kamu datang di waktu yang tepat. Aku butuh bantuanmu, Aisaka. Aku ingin pergi dari Alsteltania, selamanya. Tanpa ada yang tahu, jika memungkinkan," jawab Yuka, raut wajahnya memperlihatkan kesedihan yang bercampur dengan rasa takut.
"Mengapa? Apakah ada sesuatu yang terjadi?" tanya Aisaka, dengan mata yang memandang tajam.
"Aku tidak punya waktu untuk menjelaskannya secara detail. Aku hanya perlu keluar dari tempat ini," jawab Yuka dengan nada yang tidak meyakinkan.
"Pergi dari sini? Bukankah semuanya sudah sangat baik di sini? Semua kebutuhanmu sudah terpenuhi di istana. Kamu juga bebas untuk bepergian kemana pun kamu mau," ujar Aisaka, mencoba memahami.
"Memang benar. Tetapi, semua yang aku nikmati adalah hasil dari kesengsaraan rakyat Alsteltania. Aku tidak bisa tidur dengan tenang selama aku berada di sini," kata Yuka, suaranya penuh dengan kesedihan.
"Yuka, katakan saja hal yang sejujurnya padaku. Pasti ada hal lain yang membuatmu ingin meninggalkan Alsteltania, kan? Hal yang mungkin ... Menyakitkan untukmu. Kita sudah lama bersahabat, jadi tidak ada gunanya kamu menutupi semuanya. Aku akan berada di pihakmu," desak Aisaka.
Seketika itu juga, Yuka berhenti mengemas pakaiannya. Ia membalikkan badannya dan berdiri menghadap Aisaka. Tampak air mata mengalir dari matanya.
"Yuka ... Kenapa kamu menangis?" tanya Aisaka dengan penuh kepedulian.
Yuka terdiam sejenak sebelum akhirnya melepaskan semua perasaannya. Ia pun berkata, "Keputusan senat ..."
"Keputusan senat? Ada apa dengan keputusan senat?" tanya Aisaka, wajahnya penuh dengan kekhawatiran.
"Mereka ingin melenyapkan seluruh keluarga kerajaan Alsteltania," jawab Yuka, suaranya hampir tenggelam oleh rintihan pilu.
"Apa kamu yakin? Tidak mungkin mereka melakukan hal sekeji itu. Mereka adalah pejabat yang loyal, kan? Keluargamu lah yang memilih mereka bertahun-tahun yang lalu," ujar Aisaka, mencoba menolak kenyataan yang mengejutkan.
"Loyal, katamu? Kamu sebut mereka loyal ketika Dewan Daerah Alsteltania menyetujui hukuman mati ayahku hanya karena kegagalan penanganan kebakaran hutan yang bahkan ia tidak terlibat sama sekali?" balas Yuka dengan penuh emosi, mata berapi-api.
"..." Aisaka terdiam.
"Aisaka ... Mereka ingin membuat eksekusi ini seolah-olah kecelakaan," ujar Yuka, suaranya penuh dengan kebencian.
"A-a-aku sulit untuk memercayainya. Bagaimana bisa demikian? Bagaimana dengan ibumu? Apakah dia tahu tentang hal ini?" tanya Aisaka, mencoba mencerna berita yang mengerikan.
"Tidak. Ibuku tidak tahu apa-apa mengenai eksekusi ini. Tapi sebagai bukti, aku berhasil mendapatkan datalog dari pesawat antariksa milik salah satu anggota senat, " jawab Yuka sambil menunjukkan datalog dalam bentuk holodevice yang ia simpan pada sebuah kotak kecil. Dalam rekaman datalog tersebut, terdapat percakapan antara dua orang anggota militer dengan beberapa anggota senat.
"Jika dilihat dari catatan tambahan datalog ini ... Seharusnya eksekusi ayahmu ..." kata Aisaka, matanya membulat menyaksikan kebenaran yang tak terbayangkan.
"Benar. Eksekusinya akan dilakukan di gedung senat saat acara pertemuan hari ini," balas Yuka.
"Apakah ayahmu tahu tentang semua ini?" tanya Aisaka, matanya penuh dengan kekhawatiran.
"Aku sudah memberitahukan semuanya ... Tapi, ayahku berkata bahwa ia sudah memperkirakan bahwa hal ini akan terjadi. Semuanya berawal dari diskriminasi ras yang sudah lama menjadi masalah sosial di Alsteltania. Ia jugalah yang menyuruhku untuk pergi," jawab Yuka, suaranya penuh dengan keputusasaan.
"Pasti ada cara untuk menghentikan semua ini sebelum semuanya terlambat," kata Aisaka, mencoba menemukan solusi di tengah kegelapan.
"Semuanya sudah terlambat, Aisaka. Tidak ada cara lain untuk mengubah takdir. Ini sudah menjadi titik mutlak yang tidak bisa diubah," balas Yuka.
"Apakah karena kenyataan ini kamu tidak menghadiri acara senat hari ini? Bukan karena sakit seperti yang kamu katakan tadi siang?" tanya Aisaka, mencoba menggali lebih dalam.
"Benar. Aku mengetahui bahwa para anggota senat setuju untuk membasmi ras selain manusia di Alsteltania. Aku dan ayahku memiliki ras campuran. Cepat atau lambat aku akan menjadi target mereka. Untuk itu, aku perlu pergi secepatnya dari sini," jawab Yuka, suaranya penuh dengan keputusan yang sulit.
"Maafkan aku ... Karena tidak bisa menepati sumpahku untuk melindungi kalian dan membuatmu harus pergi di usiamu yang masih sangat muda. Aku tak bisa membayangkan jika aku berada di posisimu," balas Aisaka yang saat itu juga ikut terdiam, merasakan kegagalan dalam menjaga orang yang sudah ia anggap seperti keluarga sendiri.
Di saat yang bersamaan, sebuah ledakan hebat terdengar dari arah Gedung Senat Alsteltania. Yuka dan Aisaka kemudian melihat ke arah gedung tersebut.
"Aku harus pergi," kata Yuka, seakan mengakui bahwa keputusannya telah memisahkannya dari kehidupan yang pernah dikenalnya.
Sementara itu, Aisaka masih terdiam melihat keadaan saat ini. Ia masih belum bisa memproses apa yang baru saja terjadi. Tak lama kemudian, terdengar pengumuman darurat dari Gedung Pertahanan Alsteltania yang disiarkan melalui semua frekuensi radio dan televisi, Pengumuman kepada seluruh anggota militer cadangan Alsteltania, diharapkan segera melapor ke pos militer terdekat dan menuju ke Gedung Senat Alsteltania. Untuk warga sipil, diharapkan segera kembali ke tempat tinggal masing-masing dan tidak bepergian ke manapun untuk sementara waktu.
"Pergilah ke hanggar istana nomor 23. Gunakan space shuttle pribadiku untuk pergi dari sini. Saat melewati pos militer antariksa, gunakan kode darurat militer milikku. Selain itu, kamu boleh mengambil semua yang ada di dalam shuttle tersebut," kata Aisaka, memberikan sedikit harapan pada Yuka di tengah kegelapan yang menyelimuti.
"Terima kasih," balas Yuka dengan suara lemah, menggenggam harapan yang diberikan Aisaka.
"Ambil ini," ucap Aisaka sambil menyerahkan sebuah alat komunikasi antarplanet, "Aku telah memodifikasinya agar semua komunikasi lewat alat ini tidak dapat dilacak. Kontak aku jika kamu membutuhkan sesuatu."
"Tentu," kata Yuka, meyakinkan Aisaka bahwa keputusannya bukanlah akhir dari segalanya.
"Apakah kamu akan kembali jika Alsteltania sudah menjadi lebih baik?" tanya Aisaka.
"Aku tidak tahu," jawab Yuka.
"Sampai jumpa," kata Aisaka.
"Semoga kita bisa bertemu di kemudian hari," balas Yuka.
Perpisahan mereka malam itu menjadi awal dari sebuah rentetan peristiwa yang nantinya akan menjadi awal dari sebuah reformasi pemerintahan di Alsteltania. Namun, di balik langit yang telah menjadi panggung perpisahan, ledakan di Gedung Senat Alsteltania semakin intens. Yuka melangkah pergi, meninggalkan Aisaka yang terdiam, terpaku dalam rasa kehilangan dan ketidakpastian. Hanya waktu yang akan membuktikan apakah pilihan Yuka adalah langkah yang benar, ataukah ia hanya sebatas pelarian dari kenyataan yang lebih kelam.