Chereads / Nanairo no Tenmondai / 七色 の 天文台 [Re-Published] / Chapter 61 - Chapter 4: Pengunduran Diri

Chapter 61 - Chapter 4: Pengunduran Diri

Beberapa hari setelah karyawisata ...

"Akhirnya tiba juga hari Jumat, hari paling menyenangkan dalam satu minggu," ucap Xavier tak lama setelah bel pulang berbunyi.

"Hahaha, kamu ini memang selalu seperti ini ya. Setiap hari Jumat pasti langsung pergi entah ke mana," balas Henry.

"Tentu tidak lah, hari ini kan spesial. Memangnya kamu tidak tahu?" tanya Xavier.

"Hah? Spesial bagaimana?" tanya Henry.

"Hari ini kan seleksi lomba matematika tingkat nasional. Aku mau ikut acara tersebut," kata Xavier.

"Hah? Kamu serius? Kamu kan biasanya hanya makan dan tidur di kelas, mana mungkin bisa terpilih," balas Henry.

"Jahat sekali ya. Asal tahu saja, aku ini cukup kompeten loh di kelas ini. Yah walaupun begitu, aku masih kurang yakin kalau untuk mengalahkan nilai Lavina," ujar Xavier.

"Kenapa?" tanya Henry.

"Kamu ini apatis banget sih. Lavina itu peringkat satu mata pelajaran matematika di sekolah kita loh," jawab Xavier.

"Kan belum tentu dia terpilih juga," kata Henry.

"Mana mungkin dia tidak terpilih," balas Xavier.

Beberapa saat setelah Xavier mengatakan hal itu, Lavina muncul entah dari mana.

"Wah sedang bahas apa nih?" kata Lavina.

"Kebetulan sekali. Kamu habis dari mana?" tanya Xavier.

"Habis ikut seleksi lomba," jawab Lavina.

"Hasilnya?" tanya Xavier.

"Seperti biasa saja, aku akan diikutsertakan dalam lomba," jawab Lavina.

"Tuh kan, kubilang juga apa," kata Xavier pada Henry.

"Kalian belum pulang?" tanya Lavina.

"Kalau aku sih mau langsung ke tempat seleksi. Kalau Henry sih ... Ya terserah dia," jawab Xavier. Ia kemudian pergi meninggalkan kelas.

"Selamat ya, sudah bisa terpilih," kata Henry pada Lavina.

"Terima kasih," jawab Lavina.

"Mau pulang bareng?" tanya Henry.

"Dengan senang hati," jawab Lavina.

Henry dan Lavina kemudian berjalan bersama menuju ke rumah masing-masing. Keduanya pulang sambil mengobrol dengan suasana hati yang gembira. Namun, mendadak semuanya berubah drastis saat keduanya sampai di sebuah perempatan tempat mereka biasanya akan berpisah jalan.

"Kebakaran! Kebakaran!" teriak beberapa warga sekitar.

Lavina dan Henry pun langsung menjadi panik seketika, karena berdasarkan perkiraan Lavina, kobaran api terletak di sekitar rumahnya.

"Oh tidak. Sepertinya lokasi kebakarannya berada di dekat rumahku," ucap Lavina.

"Lalu bagaimana sekarang?" tanya Henry.

"Entahlah. Kurasa kalau aku ke sana akan hanya menambah masalah bagi warga yang sedang memadamkan api nya," jawab Lavina.

"Jadi kamu mau di sini sampai besok?" tanya Henry.

"Ya nggak lah. Palingan aku akan mencari tempat tinggal sementara," jawab Lavina.

"Memangnya kamu mempunyai uang untuk menyewa kamar?" tanya Henry.

"Kalau menggunakan tabunganku sih, sepertinya cukup. Tetapi kalau aku tidak menemukan tempat tinggal tetap, aku akan berada dalam masalah," jawab Lavina.

"Bagaimana kalau tinggal di rumahku saja untuk sementara?" tanya Henry.

"Eh?" balas Lavina kebingungan.

"Apa kamu yakin?" tanya Lavina.

"Tentu saja aku yakin. Kalau tidak, aku tidak akan berkata seperti itu," jawab Henry.

"Tetapi bagaimana kalau sesuatu terjadi?" tanya Lavina.

"Tidak akan. Aku bisa menjaminnya," jawab Henry.

"Bagaimana dengan orangtuamu?" tanya Lavina.

"Aku akan mengabari mereka. Sekarang kedua orangtuaku sedang berada di luar negeri," jawab Henry.

"Kamu kok sampai sebegitunya sih?" tanya Lavina.

"Aku hanya ingin membantumu. Aku mau keuanganmu tetap terjaga untuk ke depannya. Aku tidak mau kamu terlalu memikirkan hal ini," jawab Henry.

"..." Lavina terdiam.

"Ayo ikut aku, kita ke rumahku," ajak Henry. Ia kemudian menggandeng Lavina menuju ke rumahnya.

Sesampainya di rumah Henry, Lavina menaruh barang bawaannya di ruang tamu. Ia kemudian bertanya apakah Henry lapar atau tidak. Setelah Henry mengatakan bahwa dirinya sedikit lapar, Lavina langsung melihat isi kulkas dan memasak makanan untuk mereka berdua. Tak lama setelahnya, makanan pun siap dan mereka berdua duduk di ruang makan.

"Terima kasih ya sudah mau memasak untukku. Jarang-jarang loh aku dibuatkan makanan oleh orang lain. Biasanya aku hanya makan makanan kalengan," kata Henry.

"Benarkah, kalau begitu lain kali bilang saja padaku. Aku tidak keberatan kok memasak lebih untukmu," balas Lavina.

"Hahaha ... Tidak usah segitunya juga kali. Kamu mau menerima ajakanku saja sudah membuatku senang," ucap Henry.

Lavina kemudian tersenyum.

"Setelah ini kamu mau melakukan apa?" tanya Henry.

"Mungkin aku akan sedikit merapikan dokumen milikku," jawab Lavina.

"Oh begitu, tetapi jangan tidur malam-malam ya. Aku takut kamu sakit," kata Henry.

"Ya, tenang saja," balas Lavina.

Keduanya pun melakukan aktivitas masing-masing setelah makan. Lavina langsung menuju ke kamar atas yang saat itu kosong untuk mengerjakan pekerjaannya. Sementara itu, Henry menonton televisi sampai pukul sembilan malam. Sebelum tidur, Henry pun mengecek kamar Lavina untuk memastikan apakah dia sudah tertidur atau belum. Ketika Henry masuk, ia mendapati Lavina tertidur di kursi yang ada di dekat meja belajar. Ia kemudian ingin membangunkan Lavina. Namun, niat itu diurungkannya setelah melihat sebuah surat yang akan ditujukan kepada pihak sekolah.

Henry lalu membaca surat tersebut. Di situ tertulis,"Surat Pengunduran Diri Lomba Matematika Nasional"

Dalam surat tersebut, Lavina mengisi kolom penyebab pengunduran dirinya dengan "Alasan Pribadi".

"Lavina ... Apa yang kau pikirkan? Mengapa sampai mau mengundurkan diri? Paling tidak ceritakanlah padaku bila ada masalah ...

Keesokan harinya ...

"Wah sial! Aku kesiangan lagi," ucap Henry tak lama setelah bangun dari tempat tidurnya.

Ia lalu segera mandi dan berganti pakaian lalu bersiap untuk berangkat ke sekolah. Namun pada pagi hari itu, Henry masih belum melihat Lavina. Henry hanya melihat barang-barang Lavina yang masih tertata rapi di kamarnya.

"Apa dia berangkat duluan ya?" pikir Henry.

Sesampainya di sekolah, Henry pergi menuju ke kelas seperti biasa. Namun, ia juga masih belum melihat Lavina di manapun.

"Hei, kamu sudah dengar berita kemarin?" tanya Xavier.

"Berita apa?" tanya Henry.

"Rumah Lavina kebakaran. Hangus tak bersisa," jawab Xavier.

Tak lama kemudian, Ernesta dan Violetta datang.

"Wah seru sekali nih sepertinya. Sedang bahas apa?" tanya Violetta.

"Kebakaran kemarin," jawab Henry.

"Oh itu ya ... Kira-kira bagaimana ya kondisi Lavina sekarang?" tanya Violetta.

"Emm ... Dia baik-baik saja kok," kata Henry.

"Kok kamu bisa tahu?" tanya Ernesta.

"Ya ... Itu ... Insting saja kok," jawab Henry.

"Kok agak mencurigakan ya," kata Ernesta.

"Nanti akan aku tanyakan ke Lavina," ujar Violetta.

"Ya sudahlah, pelajaran sudah mau dimulai. Lebih baik kita kembali ke tempat duduk saja," balas Ernesta

Beberapa saat kemudian, bel masuk sekolah berbunyi. Pelajaran berlangsung seperti biasa tanpa ada kendala apapun. Namun, Lavina masih belum terlihat juga selama pelajaran berlangsung. Henry pun menjadi khawatir dengan kondisi Lavina. Sepulang sekolah, Henry langsung berlari kembali ke rumahnya untuk melihat apakah Lavina sudah kembali. Benar saja, Lavina sudah kembali saat Henry sampai di rumah. Tanpa sadar, Henry memeluk Lavina dan berkarta,"Dari mana saja kamu? Aku sangat khawatir tahu!"

Lavina yang tiba-tiba dipeluk seperti itu pun menjadi bingung dan bertanya,"Kamu ini kenapa? Aku hanya ada sedikit urusan hari ini."

"Kenapa kamu mengundurkan diri dari lomba nasional?" tanya Henry.

"Itu karena ..." ucap Lavina.

"Aku sudah tidak membutuhkannya lagi," ucap Lavina lagi.

"Maksudmu?" tanya Henry.

"Apakah besok kamu tidak ada acara? Kalau tidak ada acara, aku mau mengajakmu ke suatu tempat. Di sana aku bisa menjelaskan semuanya," kata Lavina.

"Besok hari Minggu, kan? Boleh saja," balas Henry.

"Kalau begitu, besok bangunlah pagi-pagi," ucap Lavina.

Keesokan harinya, Lavina mengajak Henry ke sebuah tempat yang jauh dari kota dengan menggunakan kereta cepat. Mereka turun di sebuah kompleks yang cukup sepi pada saat itu.Mereka berdua kemudian masuk ke sebuah fasilitas penelitian yang berada di bagian paling belakang kompleks.

"Tempat apa ini?" tanya Henry.

"Ini adalah tempat penelitian yang berafiliasi dengan Akademi Laplacia," jawab Lavina.

"Aku bahkan tidak pernah tahu bahwa tempat ini ada," kata Henry.

"Tentu saja, tempat ini dirahasiakan ke publik. Hanya mereka yang tahu yang bisa datang ke sini. Di sini juga lah tempat ibuku melakukan penelitian," ujar Lavina.

"Penelitian?" tanya Henry.

"Proyek kehidupan abadi," jawab Lavina.