Lima belas kemudian, Alfred muncul di restoran Chinese food lalu menghampiri Carla yang sedang menyantap nasi goreng dengan lahap. Meskipun saat itu suasana hati Carla tidak terlalu baik, namun dia tidak kehilangan selera makannya.
Sementara itu, di Restoran Bradley Freya baru saja selesai makan. Sehabis bersantap malam dengan menu Sandwich dan kentang goreng, ia pun bergegas melangkah ke Restoran Chinese Food untuk menemui Carla.
Ketika Freya masuk ke restoran itu, ia melihat Alfred tengah memesan nasi goreng telur dan segelas lemon tea dingin di samping meja kasir.
"Pak, saya pesan nasi goreng telur 1 porsi dan ice lemon teanya 1," ucap Alfred.
"Baik, Pak. Saya buatkan dulu pesanannya, tunggu sebentar," balas laki-laki yang duduk di belakang meja itu.
Alfred menganggukkan kepalanya, "Nanti tolong antar pesanan saya ke meja no 12, ya."
"Iya, Pak."
Sesudah memesan makanan dan minuman, Alfred berbalik dan melangkah ke arah meja di mana Carla masih menyantap nasi goreng nan lezat dan harum.
Alfred mendekati Carla, lalu duduk di sampingnya. "Carla Sayang, kamu pasti lapar banget ya, lahap banget kamu makan nasi gorengnya."
"Iya, saya lapar banget," balas Carla ketus dengan mulut penuh berisi makanan.
"Lho kok, kamu jawabnya ketus begitu?? Tadi waktu saya sapa, kamu senyam-senyum sama saya. Sekarang saat saya duduk di sebelah kamu, malah judes sama pacar sendiri," imbuh Alfred, ia tersenyum simpul pada Carla, lalu mencolek hidung mancung pacarnya.
"Ish, kenapa kamu colek-colek hidung saya?" tanya Carla sewot.
"Ehem, ehem ... romantis banget sih kalian berdua," canda Freya yang tiba-tiba muncul di depan kedua temannya itu.
"Hei, Frey. Kamu mau makan di sini juga? Ayo, gabung sama kita," ajak Alfred ramah.
"Terimakasih sudah mengajakku makan bersama kalian, aku baru saja selesai makan," sahut Freya yang juga ramah kepada laki-laki tampan yang sedang duduk di samping Carla.
"Kamu makan malam di mana tadi?" tanya Alfred.
"Tadi saya makan di restoran bradley, Fred." Freya menatap dalam dalam pada Alfred, lantas ia menarik kursi dan duduk di depan kedua temannya.
Mereka bercakap-cakap satu sama lain, begitulah Alfred yang selau bersikap ramah dan manis terhadap siapapun termasuk teman-teman wanitanya. Selama berpacaran dengan Alfred yang sangat tampan dan bertubuh atletis, Carla cuma bisa menahan kecemburuan di hatinya tanpa mampu mengungkapkan perasaannya kepada Alfred.
Ia begitu mencintai Alfred dan berusaha untuk tetap berpikir positif terhadapnya, walaupun pria tersebut kerap kali menebar pesona di kalangan para wanita.
Carla hanya diam ketika Freya dan Alfred mengobrol di depannya, ia mencoba untuk bersikap acuh tak acuh serta mengendalikan diri agar emosinya tidak meledak di hadapan mereka.
Beberapa saat kemudian, Carla menyelesaikan santap malamnya yang sedikit terganggu oleh keakraban antara Freya dan pacarnya. Sehabis makan, ia mengumpulkan seluruh keberaniannya lalu bertanya pada Alfred.
"Alfred Sayang, tadi waktu saya dan Freya lewat di depan ruangan Bu Joanne, tanpa sengaja saya mendengar pembicaraan kalian di sana. Tolong jujur pada saya, apa Bu Joanne hamil?" tanya Carla menatap intens ke arah pria yang sebentar lagi akan menjadi tunangan Carla.
Deg! Deg! Mendengar pertanyaan yang ditujukan kepada Alfred tadi, sontak membuat Freya maupun Alfred terkejut bukan main. Freya mendelikkan matanya, lalu memajukan tubuh dan mendekatkan wajahnya ke arah Carla.
"Benarkah Bu Joanne hamil?? Kamu tahu dari mana, Carla??"
"Saya tahu dari percakapan mereka, Freya. Saya yakin kalau Bu Joanne sedang hamil karena tadi beliau meminta Alfred untuk menemaninya pergi ke dokter kandungan," jawab Carla blak-blakkan, tatapan mata indahnya dipenuhi rasa curiga yang amat besar pada Alfred.
"Ah, pasti tadi kamu salah dengar, Carla. Bu Joanne tidak meminta saya menemaninya pergi ke dokter kandungan, kok." Alfred mengelak, ia tersemyum tipis berusaha menutupi kebohongannya, namun sorot mata Alfred tidak dapat membohongi Carla.
"Saya tidak salah dengar, Fred. Saya tahu kalau kamu berbohong kepada saya," tukas Carla, saat itu wajah dan hati Carla terasa panas, juga sangat ingin menangis.
"Sumpah, La. Saya tidak berbohong kepadamu." Ekspresi wajah Alfred terlihat gugup.
"Kamu bohong! Apa kamu pikir saya adalah wanita yang mudah dibohongi oleh laki-laki semacam kamu?! Saya mencintaimu dengan sepenuh hati saya, tapi kamu malah lebih peduli dan perhatian pada Bu Joanne!" pekik Carla, ia menatap tajam dan dingin kepada Alfred.
"Carla! Please, kendalikan emosimu!" Alfred memegang bahu Carla, ia memperingatkan Carla agar tidak meluapkan amarahnya di tempat umum.
"Apa yang dikatakan Alfred benar, La. Semuanya bisa dibicarakan dengan kepala yang dingin dan hati yang tenang. Sebaiknya, kita kembali ke kantor dan membicarakan masalah kalian di ruangan saya." Freya menyarankan.
"Saya tidak akan kembali ke kantor bersama kalian, sebelum Alfred mengaku kalau dia dan Bu Joanne memiliki hubungan spesial di belakang saya, juga mengakui bahwa anak yang sedang dikandung Bu Joanne adalah anaknya!" Carla membelalakkan matanya, ia menatap bergantian pada Alfred dan Carla.
"Astaga! Bisa-bisanya kamu menuduhku berselingkuh dengan Bu Joanne dan mengatakan bahwa anak yang dikandung beliau adalah anak saya! Kamu keterlaluan, Carla!" sembur Alfred, ia begitu murka sehingga hampir menampar wajah pacarnya di hadapan Freya serta beberapa pengunjung restaurant.
"Kamu yang keterlaluan, bukan saya!" bentak Carla.
Mereka terus saja bertengkar tanpa menghiraukan orang-orang di sekitarnya.
*****