Ananta keluar sambil menangis, meski Annabeth sudah berusaha menggapainya, gadis kecil itu terus saja berlalu. Di tengah jalan, ia bertabrakan dengan Alex, membuat pria tampan itu mengernyit heran. Apa yang sudah terjadi pada putri kesayangannya.
"Ada apa, Sayang? Katakan siapa yang melakukan ini?"
"Kak Athalla marah padaku, Daddy. Padahal aku sudah berusaha membujuknya," jelas Ananta.
"Berani-beraninya ia melakukan itu," geram Alex. Ia tak tahan lagi untuk tak memberi pelajaran pada Athalla, gadis kecil itu sudah keterlaluan. Akhirnya, ia berjalan dengan cepat menuju kamar Athalla, ia tak peduli pada Annabeth yang berusaha mencegahnya. Tak peduli ketika Annabeth terlihat terdorong pelan akibat dorongan dari Alex.
Tanpa pikir panjang, ia langsung saja mencubit lengan Athalla dengan kuat, menjawil telinganya hingga gadis kecil itu menangis dan menjerit kuat.
"Hentikan! Apa-apaan ini?" Annabeth berusaha mencegah. Bahkan beberapa pelayan yang mondar-mandir pun terlihat iba pada anak majikannya. Tapi mereka bisa apa? Mereka hanya akan bergerak sesuai perintah Alex dan Annabeth, tapi jika keduanya berbeda pendapat, maka yang harus mereka turuti adalah Alex, pria itu terlalu arogan dan egois.
"Ampun, Daddy! Sakit."
Bahkan tangisan Athalla yang keras, seolah tak Alex dengar, ia seperti tuli dan seketika tak memiliki hati nurani. Annabeth sendiri sudah menangis karena tingkah Alex. Annabeth menoleh pada beberapa pelayan, kemudian menyuruh mereka untuk menjauhkan Alex dari Athalla.
"Apa yang kalian lihat? Cepat bantu saya untuk melerai mereka!" Sebelum pelayan itu mendekat, Alex sudah lebih dulu buka suara.
"Jangan ada yang mendaratkan tangan kotor kalian ke tubuhku atau Athalla!"
"Hentikan, aku bilang hentikan! Kau memang tak punya hati, apa kau tak mendengar tangisannya?"
"Ananta juga menangis dan itu karena dia. Dasar cacat, menyusahkan, berani-beraninya membuat Ananta menangis."
Alex terus saja mencubit, hingga akhirnya ia menampar wajah kecil Athalla hingga terjerembap. Tangisan Athalla bertambah kencang, membuat Annabeth tak tahan lagi dan ...
PLAKKK!!!
Untuk pertama kalinya Annabeth menampar Alex, dan itu membuat siapa pun yang melihatnya terkejut. Annabeth adalah putri raja yang terkenal karena kecantikan dan keanggunannya, tak pernah menyakiti siapa pun, bahkan tersenyum pada pelayan di istananya, satu dunia pun tahu jika Annabeth adalah wanita yang paling mencintai Ezra Alexander Van Lucas. Tapi, hari ini Annabeth sudah melakukan apa yang tak pernah ia lakukan sebelumnya.
"Kau menampar suamimu demi anak ini?" tanya Alex tak percaya. Annabeth terdiam, menunggu kelanjutan kalimat yang akan dilontarkan Alex.
"Aku tak percaya kau melakukan ini. Kau mempermalukanku di hadapan mereka," lanjutnya. Tentu saja para pelayan itu langsung saja keluar, setelah membungkuk dan memberi hormat pada keduanya. Lagi pula mereka juga tak gila, sehingga akan membocorkan masalah ini pada khalayak ramai.
"Kau berani menampar Athalla, bahkan aku pastikan, ibu mana pun tak akan terima jika anaknya disiksa di depan mata seperti ini, meski itu adalah suaminya sekali pun."
"Aku juga tak terima ketika Athalla membuat Ananta menangis."
"Tapi Athalla tak menamparnya apa lagi menyentuh fisik Ananta!" potong Annabeth cepat. Ia tak tahan dengan sikap berat sebelah yang dilakukan Alex pada putrinya ini.
"Dia bahkan terjengkang karena tamparanmu, tidakkah kau lihat ukuran telapak tanganmu dan ukuran pipinya? Kau tak pantas disebut ayah, aku katakan sekali lagi kau sama sekali tak pantas menjadi ayahnya."
"Annabeth, kau ..."
"Kenapa?"
Alex menatap sekilas pada Athalla yang masih sesenggukan, kemudian berlalu dari sana, tak lupa menutup pintu dengan keras hingga membuat Atha dan Annabeth kaget. Wanita itu memejamkan mata sejenak, tarik napas dan membuangnya secara perlahan. Lantas mendekati Athalla, ia peluk erat gadis kecil itu, sembari menghadiahinya beberapa kecupan sayang untuk menenangkan.
"Mami di sini, Sayang. Kau tak perlu khawatir lagi, mami pastikan kau tak akan disakiti lagi untuk alasan apa pun, maafkan mami, maafkan mami, sekali lagi maafkan mami."
Annabeth menyesal karena terlambat melindungi putrinya. Tanpa ia sadari, mulai detik itu juga, Athalla sudah tak ingin menemui Ananta lagi, ia tak suka memiliki saudara yang tega menyakiti saudara yang lain.
Tak lama kemudian, tangisan gadis kecil itu berhenti, berganti dengan dengkuran halus dari bibir mungilnya. Ternyata, Athalla tertidur pulas. Membuat hati Annabeth teriris sakit. Ia iba pada putrinya yang ini. Sudah terluka fisiknya, batinnya juga turut disakiti oleh sosok yang ia kagumi selama ini. Yah, ia kagum pada Alex yang memiliki ketampanan sempurna, serta sosok pekerja keras, dan cerdas. Tapi sayang sekali, Alex malah tega menyakitinya hanya karena tak rela melihat air mata Ananta.
Lantas bagaimana dengan air matanya sendiri? Ia juga putri kandung Alex sama seperti Ananta, bahkan wajahnya yang lebih dulu terlihat, sepasang kaki mungilnya yang lebih dulu menginjak bumi, baru lima menit kemudian Ananta mengekori dari belakang.
"Tidurlah, Sayang! Kau sudah terlalu lelah hari ini," bisik Annabeth miris.
**
"Daddy menyakiti kakak?" tanya Ananta sembari melipat kedua tangannya di dada.
"Daddy hanya memberinya sedikit pelajaran," balas Alex tersenyum manis.
"Bohong! Lalu, kenapa kakak menangis?" Ia kembali melontarkan tanya yang memojokkan Alex.
"Berhenti menanyakan itu!" peringat Alex sedikit keras, membuat Ananta terkejut dan memasang wajah sendunya, mungkin sebentar lagi ia akan menangis. Melihat itu, membuat Alex merasa bersalah. Dengan lembut ia meraih Ananta dan memeluknya hangat.
"Maafkan, Daddy!" pintanya lembut.
"Daddy udah bentak Ananta," ujarnya menangis sedih.
"Iyaj, Daddy minta maaf, Daddy janji tak akan mengulanginya lagi," ujar Alex. Mereka kemudian terdiam beberapa saat, sampai akhirnya ...
"Bagaimana dengan janji Daddy yang tadi?" Alex terlihat berpikir.
"Janji?"
"Iya, Daddy sudah berjanji akan menyekolahkan kakak di tempat yang sama denganku," ujarnya kemudian.
"Tapi ..."
"Ana tak mau sekolah jika Daddy memisahkan Ana dengan kak Atha."
"Baiklah, kalian akan bersekolah di tempat yang sama," putus Alex kemudian. Ia memang terlalu memanjakan Ananta, menuruti semua permintaannya tanpa sisa, jauh berbanding terbalik dengan perlakuannya pada Athalla. Ia hanya merasa, jika Athalla bukan putrinya hanya karena warna mata yang berbeda, ia tak sadar jika mata Athalla langka adanya, bahkan hanya ada dua orang yang memiliki warna mata istimewa seperti itu, salah satunya adalah Athalla tentunya.
"Benarkah? Daddy tak bohong?"
"Sejak kapan Daddy membohongi Ana?"
"Yeay, terima kasih, Daddy. Ana sayang banget sama Daddy," pekik Ananta kegirangan.
"Ini tak adil, suamiku. Kau akan menyesal suatu hari nanti," ujar Annabeth yang sedari tadi mengamati kedekatan Ananta dan Alex. Ia juga tak tahu apa alasan Alex tak menyukai Athalla, bahkan sejak bayi itu baru dilahirkan. Padahal, Athalla tak pernah melakukan hal-hal yang menyakiti Alex, gadis itu tak pernah meminta ini dan itu, bahkan ketika ulang tahun, hadiah Ananta tetaplah yang paling mewah, berbeda dengan hadiah Athalla yang lebih murah dan sederhana. Padahal, harta keluarga itu tak akan pernah habis tujuh turunan.