Chereads / GASKANA / Chapter 5 - Chapter 5 :Kenapa Sih Ngehindarin Aku Terus?

Chapter 5 - Chapter 5 :Kenapa Sih Ngehindarin Aku Terus?

"Eh, sorry sorry. Gentian aku yang nggak liat kamu. Hahahah" goda Gaska menabrak Ana didepan tangga menuju ruang kelas XI yang berada dilantai 2.

"Iya nggak papa" jawab Ana dengan acuh meninggalkan Gaska yang sedang tertawa receh.

"Kenapa si yang?" tanya Zoya berpura-pura tidak tahu.

"Nggak tau tuh, kok dingin amat kaya es" kata Gaska heran melihat tingkah Ana.

"Yaudah si yang, biarin aja. Emang dasarnya dia aja yang sombong" jawab Zoya puas.

"Nggak kok, biasanya nggak gitu. Ah yaudahlah, aku kekelas dulu ya" jawab Gaska berbelok ke kelasnya. Sedangkan Zoya tetap menaiki tangga untuk menuju kelas XII.

Gaska masih penasaran dengan sikap Ana yang berbeda dengannya. Ana yang biasanya ekspresif dan terkesan malu-malu saat berbicara dengan Gaska berubah menjadi Ana yang cuek dan seakan menghindari Gaska. Gaska yang penasaran akan hal itu mencoba bertanya kepada Raina saat sudah sampai dikelasnya.

"Rain, aku mau tanya deh?" kata Gaska memutar badan menghadap Raina.

"Aku lagi nggak ngegame" jawab Raina sibuk mengerjakan tugas rumah yang belum ia kerjakan.

"Bukan itu maksudku" kata Gaska bingung.

"Bentar, bentar. Satu baris lagi. Yaaaaap, oke. Apa? Mau tanya apa?" tanya Raina sembari menutup buku tugasnya dan merespon perbincangan Gaska.

"Temen mu kenapa sih?" tanya Gaska.

"Siapa? Ini? Lah, mana aku tau" jawab Raina yang menunjuk teman sebangkunya.

"Bukaaan, Ana maksudku" kata Gaska sedikit berbisik

"Capek kali, dia kan kalo malem jualan angkringan. Atau bete sama Alma, kadang kalo pagi kan susah banget dibangunin dan bikin Ana telat. Tapi nggak mungkin sih, soalnya Alma lucu banget, nggak sampe hati juga sih kalo Ana bete gara-gara itu" jelas Raina panjang lebar.

"Emang kenapa?" tanya Raina penasaran.

"Oooh, nggak papa sih. Tadi kaya cuek gitu" jawab Gaska.

"Hayolooooh, suka kan sama Ana. Aku laporin Kak Zoya looooohhh" goda Raina.

Sedang asyik bercanda, tiba-tiba bel masuk berbunyi dan guru mapel pun masuk ke kelas Raina. Raina dan Gaska mengikuti jam pelajaran secara bergantian. Begitu pula dengan Ana, dengan pikiran yang melayang-layang dan perasaan yang gundah gulana. Ana mengikuti pelajaran hingga jam pelajaran selesai. Dibukalah hpnya yang sedari tadi bergetar didalam tas sembari melirik jam yang berada dihpnya. Pukul 15.00 WIB dan beberapa pesan masuk atas nama Raina.

"Ntar sore ke rumah ya, Mba Ipah masak banyak" isi pesan terakhir yang dikirm Raina.

"Liat ntar ya" jawab Ana mengirim pesan jawaban.

Ana memutuskan menjemput Alma terlebih dahulu dan pulang ke rumah. Ana memutuskan pergi ke rumah Raina membawa Alma bersamanya. Dengan menaiki ojek online yang ia pesan, mereka pergi menuju rumah Raina yang lumayan jauh dari rumahnya. Sekitar 15 menit lamanya berkendara, sampailah mereka berdua disebuah rumah besar dengan gerbang berwarna hitam tinggi. Dari sela kunci gerbang, Ana melihat sepeda motor yang tak asing baginya. Ana yang merasa kaget memutuskan pergi dari rumah Raina menggunakan ojek online yang tadi ia pesan sebelumnya.

"An! Ana! Ana!" seru Raina sambil berlari saat mengejar Ana yang pergi meninggalkan rumahnya.

"Kenapa Rain? Kok kamu teriak-teriak manggil Ana" tanya Gaska berlari menyusul Raina.

"Nggak papa, nggak papa. Yuk, masuk dulu. Ntar aku certain" jawab Raina dengan nafas yang tak teratur akibat kelelahan mengejar Ana.

"Mba Ipah, bikini minum ya mba. Ada temenku nih. Ke gazebo belakang rumah aja ya, biar enak ngerjainnya".

Gaska hanya menjawab ajakan Raina dengan mengangguk pelan dan mengikuti langkah Raina menuju gazebo yang berada disamping kolam renang rumah Raina.

"Tadi kenapa kamu ngejer-ngejer Ana? Trus ngapain Ana kesini?" jawab Gaska berurutan.

"Jadi cowok nggak peka banget sih hih. Udah yuk kerjain tugasnya. Kamu bawa bahan-bahannya kan? Kertas karton, lem, guntin. Bentar aku ambil gunting".

Raina yang berusaha membuat Gaska dan Ana dekat menjadi gagal. Dilihatnya lagi hp milik Raina, berharap Ana menjawab pesan yang dikirim Raina. Raina sendiri bingung, mengapa Ana harus balik lagi setelah sampai didepan rumahnya. Raina mencoba berpikir positif saja, karena Ana bukan tipe orang yang pergi tanpa sebab kecuali memang sudah sangat terdesak.

Hari berlalu dan semuanya berangkat sekolah seperti biasa. Gaska yang kesusahan membawa tugas prakaryanya memutuskan untuk berangkat sekolah menggunakan mobilnya. Awalnya Gaska tidak mau menggunakan mobil karena ia sudah terbiasa menggunakan sepeda motor untuk berangkat sekolah dan pergi kemana pun. Ia hanya menggunakan mobil, jika Zoya mengajak pergi pacaran atau dalam keadaan terdesak seperti ini. Dilihatnya Ana sedang berjalan kaki dari SD Garuda 4 menuju sekolahnya, inisiatif Gaska membuka kaca dan mencoba menyapa Ana.

"Mau bareng nggak?" tanya Gaska dalam mobil.

"Nggak usah, makasih" jawab Ana yang kaget akan kehadiran Gaska.

Ana yang mencoba menghindari Gaska mencoba membuka hp dan menelfon Yasha.

"Halo, Sha. Iya, kayanya aku agak telat. Masih jalan, ini habis anterin Alma" kata Ana dalam telepon.

"Biar nggak telat, bareng aku aja gimana?" tanya Gaska kembali mencari perhatian Ana.

"Nggak usah, aku mau mampir warung depan bentar. Iya, Sha. Ya nggak sih, pengen aja. Emang nggak boleh?" kata Ana mencoba mengacuhkan Gaska.

"Yaudah, aku duluan ya" kata Gaska yang kembali menutup kaca jendelanya dan pergi meninggalkan Ana berjalan kaki sendirian.

Disisi lain, Yasha kebingungan melihat hpnya bergetar karena telepon dari Ana. Segera ia angkat telpon itu, barangkali ada hal penting yang mau Ana bicarakan.

"Halo, kenapa An?" tanya Yasha bingung.

"Kenapa emangnya? Kan dari sekolah Alma deket, lagian masih pagi juga" jawab Yasha dalam telpon.

"Ngapain telpon? Ada yang penting gitu?" tanya Yasha lagi.

"Yaelah, kurang kerjaan banget sih" jawab Yasha bingung dan langsung mematikan telponnya.

Selang beberapa menit, sampailah Ana dikelas XI MIPA 1. Yasha yang masih bingung mencoba bertanya pada Ana selagi Ana berjalan kekursinya.

"Ngapain sih telpon? Gabut ya jalan kaki sendiri?" tanya Yasha menggoda.

"Iya, emang gabut" jawab Ana cuek.

"Eh sorry, An? Becanda kali" kata Yasha tersenyum garing.

"Hayoloh, Sha. Pagi-pagi udah bikin Ana bete aja" kata Sekha menggoda Yasha.

"Dih, apasih. Kha? Nggak usah kompor deh. Sorry ya An" kata Yasha tak enak.

"Nggak papa, aku nggak marah kok. Cuma lagi capek aja, hahaha" jawab Ana pura-pura tertawa.

Suara bel masuk berbunyi, semuanya duduk dikursi masing-masing. Yasha yang masih tak enak dengan Ana mencoba memperhatikan Ana dengan wajah memelas, Ana yang merasa diperhatikan mencoba meyakinkan temannya bahwa dirinya tidak papa dengan ekspresi wajah tersenyum yang memang terlihat jelas bahwa itu hanya senyum pura-pura. Yasha dan Ana mengikuti pelajaran dengan perasaan canggung dikeduanya.

"Selamat siang buuuu" jawab serentak semua siswa dalam kelas XI MIPA 1 yang sudah selesai mengikuti beberapa mata pelajaran dan saatnya mereka pergi kekantin untuk makan siang atau sekedar jajan.

Raina yang sudah merasa kelaparan memutuskan pergi ke kelas Ana untuk mengajak Ana jajan bersama. Disisi lain, Gaska yang ingin pergi jajan juga mengajak Raina ke kelas Ana, karena temannya, Bayu satu kelas dengan Ana. Itulah sebabnya Gaska beberapa kali pergi ke kelas Ana.

"Ana, jajan yuk. Lapeeer" ajak Raina sambil menunjukkan perutnya yang kelaparan.

"Yok, mau makan apa kita?" tanya Ana kegirangan.

"Bakso!" jawab keduanya bersemangat.

"Wah, ikut dong. Bakso kanting emang the best sih" saut Gaska mendengar perbincangan Ana dan Raina.

"Boleh, yok" jawab Raina semangat.

Inilah saatnya Raina membuat Gaska dan Ana dekat. Sebagai teman bahkan sahabat yang baik, Raina berusaha membantu Ana mendapatkan cinta pertamanya. Namun, lagi-lagi usaha Raina gagal saat Ana sengaja menghindari Gaska.

"Oh ya, Rain. Aku lupa, aku ada rapat OSIS. Kalian duluan ya? Yasha, Sekha. Titip Rain ya, suka ngereok dia kalo liat makanan" kata Ana berjalan meninggalkan gerombolan temannya.

Teman-teman Ana semakin bingung dengan perubahan sikap Ana yang semakin hari semakin menutup diri. Hal itu juga Gaska rasakan saat ini, Gaska merasa Ana benar-benar menghindari dirinya. Sampai suatu ketika, Gaska menemukan ide untuk mengetes Ana. Apakah Ana benar-benar menghindari dirinya atau memang hanya perasaannya saja.

Jam isitaharat selesai, terdengar bel masuk pertanda jam pelajaran akan dimulai. Rain yang belum selesai menghabiskan makanannya menyuruh Yasha dan Sekha untuk meninggalkan dirinya saja dikantin. Karena memang Raina berbeda kelas dengan mereka berdua, meskipun sedikit tidak enak akhirnya Yasha dan Sekha pergi meninggalkan Raina dikantin. Raina mencoba memakan makanannya dan setelah selesai makan, Raina berdiri meninggalkan meja kantin yang ia tempati sedari tadi. Namun, Raina melihat sebuah dompet panjang dengan hiasan bunga dikursi depannnya. Segera ia ambil dompet itu dan bergegas menuju kelas XI MIPA 2, karena dirinya yakin bahwa dompet itu milik Sekha yang ketinggalan saat makan tadi. Setelah sampai ditangga menuju kelas Ana, Raina melihat Ana yang tidak jadi masuk ke kelas dan pergi ke ruang UKS. Raina berusaha sembunyi dibalik papan madding yang cukup besar menutupi tubuhnya hingga Ana tidak melihat kehadiran dirinya. Sayup-sayup Raina mendengar Gaska memanggil Ana dari kejauhan.

"Ana! An! Ana! Tunggu" teriak Gaska dengan terus mengejar Ana.

Raina keluar dari tempat persembunyiannya dan mengahadang Gaska.

"Ada apa sama Ana?" tanya Raina khawatir.

"Astaga, dari kapan kamu disitu?" tanya Gaska kaget.

"Ana kenapa?" tanya Raina kembali.

"Aku nggak tau, ini mau aku tanya. Aneh banget, dari tadi ngehindarin aku terus. Dari kemarin malah" jelas Gaska.

"Udah, biarin aja. Biar dia tenang dulu, sekarang masuk kelas aja sana. Aku yang urus Ana" kata Raina mengahalangi Gaska.

Beberapa waktu yang lalu, Gaska pergi ke ruang guru dan memutuskan untuk tidak pergi kekantin bersama teman-temannya.

"Permisi bu" sapa Gaska sopan.

"Iya, Gaska. Ada apa?" tanya Bu Murni guru sejarah.

"Kemarin saya nggak ikut pelajaran ibu, saya bingung dengan tugas yang ibu berikan, saya malu tanya ke teman-teman. Saya boleh ikut mata pelajaran ibu? Habis istirahat saya ada pelajaran olahraga, tapi kaki saya masih sakit bu. Jadi daripada saya diam di UKS, saya masuk ke kelas ibu ya?" tanya Gaska panjang lebar.

"Boleh boleh aja sih, tapi habis istirahat saya ngajar di kelas XI MIPA 1" jawab Bu Murni.

"Berarti Bayu benar, dia nggak bohong kalo Bu Murni pelajaran dikelasnya" batin Gaska senang.

"Gimana, Gaska? Kok ditanya malah diem aja?" tanya Bu Murni menyadarkan lamunan Gaska.

"Iya bu, nggak papa. Makasih ya bu, saya ijin masuk kekelas dulu ambil buku ya bu?" ijin Gaska yang dijawab anggukan Bu Murni.

Sebelum bel masuk berbunyi, Gaska sudah duduk dikusri belakang kelas XI MIPA 1. Selain mengikuti pelajaran, seperti yang kita ketahui bahwa Gaska ingin mengetes Ana. Apakah benar Ana menghindarinya atau hanya memang perasaanya.

"Gaska, ibu minta tolong ambilkan spidol di TU ya. Spidol ibu hilang" kata Bu Murni meminta tolong Gaska.

Dengan senang hati Gaska melangkah keluar kelas menuju TU, namun baru sampai didepan pintu kelas XI MIPA 1, Gaska berpapasan dengan Ana yang hendak masuk ke kelas. Keduanya saling bertatapan cukup lama, hingga akhirnya Ana tersadar dan berbalik badan meninggalkan Gaska.

"Kamu kenapa sih menghindari aku terus? Kamu mau bolos jam pelajaran?" tanya Gaska.

Ana yang tadinya diam, sekarang berjalan meninggalkan Gaska dan memutuskan pergi ke UKS. Gaska yang melihat Ana pergi mencoba mengejarnya, namun langkahnya terhenti oleh Raina yang menyuruhnya kembali ke kelas. Karena takut Ana semakin membencinya, Gaska menuruti perintah Raina dan pergi ke ruang TU untuk mengambil spidol seperti yang di katakana Bu Murni kepadanya.

"Ngapain disini? Mau jadi kaya aku? Apa iri liat aku tidur di UKS waktu itu?" goda Raina yang berjalan memasuki ruang UKS dan terlihat pula Ana yang sedang duduk diatas ranjang dengan memenang hpnya.

"Loh, kamu kok disini? Emang nggak masuk kelas?" tanya Ana kaget.

"Kamu sendiri? Ngapain disini?" tanya Raina.

Ana yang kebingungan menajwab pertanyaan Raina hanya bisa diam sambil memperhatikan Raina.

"Lagian, siapa sih yang berani ngehukum anaknya Rudi Adiwiyata?" tanya Raina.

"Dih, sombong" ledek Ana sambil tersenyum.

"Aku kesini itu mau ngegosip sama kamu" kata Raina dengan posisi duduk didepan Raina.

"Dasar tukang gosip, jangan-jangan kamu adminnya lambe torah ya?" ledek Ana dengan cengengesan.

"Enak aja, kayanya perlu daftar nggak ya? Ah, udah. Back to tke topic. Denger-denger Gaska putus sama Zoya" kata Raina melirik reaksi wajah Ana.

"Ya, trus. Hubungannya sama aku apa?" tanya Ana pura-pura tidak peduli.

"Bagus dong, kan kamu bisa dapetin Gaska. Asiiik, jangan lupa pajak jadiannya loh" goda Raina dengan terus memperhatikan wajah Ana yang nampak biasa saja.

"Udah, udah, sana. Aku mau tidur, sana masuk kelas" kata Ana sedikit mendorong Raina dan memosisikan tubuhnya rebahan namun memunggungi Raina.

"Ah, dasar. Nggak asik kamu diajak gosip, yaudah aku masuk deh. Oh ya, ini titip dompetnya Sekha. Tadi ketinggalan dikantin" jelas Raina yang semakin curiga dengan Ana.

"Apakah Ana sudah tidak menyukai Gaska? Lalu kenapa? Dulu dia hampir gila karena menyukai Gaska, sekarang kok aneh" begitulah pikir Raina.

Hati pikiran Ana tentu tak sama, pikirannya tentu tak karuan, meskipun hatinya sedikit menaruh bahagia atas perpisahan Zoya dan Gaska. Namun, pikirannya justru menyalahkan Gaska yang terlihat seperti laki-laki pecundang didepan matanya.