Mamah Nadira mendapat kabar bahwa Nadira di culik dan dibawa ke hotel oleh seorang laki laki. Ia mencurigai laki laki itu adalah Natan mantan kekasih Nadira. Mamah Nadira pun mencoba menghubungi Natan namun setelah dihubungi via telepon nomor Natan tak aktif, kemudian mamah Nadira mencoba pergi ke kostan Natan bersama supir Nadira untuk mendatangi Natan. Sesampainya mamah Nadira dikostan Natan, ia melihat kostan tersebut terasa sepi dan tak ada tanda tanda ada orang yang beraktivitas. Mungkin karena masih pagi mereka masih tidur. Karena penasaran ia coba mengetuk pintu kamar Natan.
"Tok tok permisi" belom ada respon dari kamar Natan
"Tok tok permisi" mamah Natan coba mengeraskan suaranya
"Ia siapa ya" jawab seseorang dari dalam, terdengar suara seseorang wanita dari dalam kamar.
"Maaf mengganggu, bisa buka pintu sebentar" ucap mamah Nadira mencoba mengontrol emosinya. Ia sebenarnya Marasa sakit jika anaknya disakiti seperti ini. Apalagi sekarang Nadira sedang hancur dan laki laki yang menghancurkan hidupnya sedang asyik kumpul kebo dengan wanita lain.
Setelah itu wanita dari dalam kamar Natan keluar. Ia adalah Alisya pacar Natan sekarang. Sebenarnya Alisya tinggal di apartemen milik orang tuanya, Namun saat ia merasa rindu dengan Natan ia menginap dikostan Natan sampai beberapa hari. Orang tua Alisya tinggal diluar kota hingga dia bebas menginap dikostan Natan tanpa ada yang menggangu dan orang tua Alisya tak tau kebiasaan anaknya tersebut, yang mereka tahu hanya Alisya punya hubungan dengan Natan.
"Iya, ada apa ya, ibu ini siapa" jawab Alisya. Alisya keluar dari kamar hanya menggunakan sehelai handuk. Tampak beberapa tanda merah di leher dan dadanya. Rambutnya pun terlihat acak acak ya. Dari penampilan Alisya sudah terbaca mereka habis bercumbu.
" Maaf mengganggu, saya mamahnya Nadira, Natan ada didalam" ucap mamah Nadira penuh ketenangan. Ia harus bisa menahan emosi agar ia bisa menemukan petunjuk dimana Nadira sekarang.
"Natan lagi mandi Tante" ucap Alisya dengan santai
"Ia saya tunggu" ucap mamah Nadira.
Mamah Nadira bersyukur putrinya tak berada disini bersama Natan, tapi jika Nadira tak ada disini kemana ia pergi. Banyak teka teki muncul difikiran mamah Nadira.
"Tante" panggilan Natan membuyarkan lamunan mamah Nadira. Mereka saling menatap meyatu dalam pemikiran masing masing. Mamah Nadira menahan nafas dan menghembuskan berlahan untuk mengatur emosinya agar tak meledak ledak. Ini pertama kalinya ia ketemu laki laki yang menghancurkan hidup putrinya, selain menghancurkan masa depannya Natan telah mengkhianati putrinya juga.
"Iya Natan, apa kabar" ucap mamah Nadira.
"Baik Tante, Tante saya minta maaf Tante, aku bisa jelaskan semuanya, aku akan bertanggung jawab" ucap Natan sambil menunduk
"Tak perlu minta maaf karena aku tak akan maafkan kamu" ucap mamah Nadira dengan nada menekan
"Maksud Tante apa" ucap Natan
"Aku tau semua nya Natan, dan Tante bersyukur kamu sudah tak bersama Nadira, saya cukup mengenalmu, kamu tak perlu bertanggung jawab karena kami tak butuh kamu. Dan dari sini kami juga tahu bukan laki laki yang pantas untuk anak saya. Saya kesini hanya ingin memastikan kamu tak mengganggu anakku dan saya bersyukur anak saya sekarang tak bersama mu, saya permisi" ucap mamah Nadira menohok.
Mamah Nadira langsung pergi meninggalkan Natan yang mematung di depan pintu. Ia terkejut dan tak terima ucapan dari mamah Nadira. Tiba tiba Alisya datang dari belakang dan memeluknya kembali.
"Sayang ayok masuk, tenang masih ada aku yang menemanimu disini, bukankah lebih bagus kamu tak dibebani tanggung jawab atas wanita itu, dan hubungan kita tak akan ada yang menggangu" ucap Alisya sambil menggoda Natan dengan memasukan tangan di dalam celana Natan.
Sebenernya Natan merasa bersalah atas kejadian itu, meskipun ia tak dituntut bertanggung jawab, dibalik ini semua ia merasa kehilangan Nadira yang telah mengisi hari hari nya beberapa tahun terakhir ini.
***
Nadira menatap pemuda tampan disamping nya. Ia tak mengenal dia. Dari penampilannya pemuda tersebut terlihat dari keluarga berada. Sorot matanya tajam fokus kejalanan yang mancet. Mungkin karena ini adalah pagi hari kendaraan lebih padat dari biasanya. Alisnya hitam tertata rapi, bibirnya tipi dihiasi kumis tipis terlihat begitu mempesona.
"Hai,," ucap Nadira memecah keheningan sejak tadi. Kali ini Nadira mulai mengalah ia bisa egois, siapa tahu pemuda baik hati yang ingin menolongnya saat kesusahan
"Iyaa" jawab laki laki itu dengan tatapan lurus kedepan.
Dia menjawab dengan dingin, ia tak ramah seperti yang Nadira pikirkan.
"Kamu siapa" ucap Nadira.
Laki laki itu langsung menengok kehadapannya dengan tatapan serius. Nadira merasa takut karena perilaku laki laki ini, kerena dia tak mengenal laki laki ini. Selain rasa takut Nadira juga penasaran siapa laki laki yang bersamanya ini, kenapa ia bisa mengetahui jalan rumahnya. Setelah beberapa lama ia menatap Nadira akhirnya laki laki itu menjawab.
"Farel Dirgantara" jawab laki laki itu dengan singkat
Nadira sangat terkejut, pemuda disampingnya adalah pewaris kerajaan bisnis keluarga Dirgantara. Seorang CEO muda yang sering mendapatkan penghargaan di bidang bisnis, selain penghargaan dari sejumlah ajang award di bidang bisnis, ia juga telah menjadi salah satu saingan bisnis ayah terberat tahun ini.
"Benarkah kamu Farel Dirgantara" tanya Nadira menyakinkan dirinya kembali
"Menurut kamu saya ngaku ngaku jadi Farel Dirgantara gitu Nadira Wijayanto" ucap Farel sedikit meledek
"Tidak begitu, kita kan belum pernah kenalan sebelumnya, dari mana kamu tau namaku, jalan rumahku" tanya Nadira penasaran
"Kapan kapan saya ceritakan" ucap Farel dengan santai
Nadira masih penasaran dari mana ia tahu kalau dia adalah Nadira Wijayanto, dari mana dia tau jalan rumahnya, dan dari mana juga farel tahu jika dia ada dihotel saat itu. Apakah dia yang membawanya kehotel.
"Sekali lagi aku tanya apa kamu yang bawa saya kehotel" Tanya Nadira pada Farel
"Tidak bukan aku yang membawamu kehotel" jawab farel dengan jelas
"Bagaimana kamu tau jika aku membutuhkan kendaraan untuk pulang kerumah, dan kamu tiba tiba datang memberikan aku bantuan, apa semua serba kebetulan seperti ini" jawab Nadira mulai nelesik
"Nadira kamu dengar, tak semua yang kamu lihat itu sesuai dengan kenyataannya, aku tak pernah berniat jahat pada mu, meskipun ayah kamu adalah pesaing bisnis keluargaku. Dan siapa yang tak kenal Nadira Wijayanto anak pebisnis hebat, saya rasa semua orang kenal pada mu. Soal jalan rumah kamu, siapa juga yang tak tahu istana besar bapak Arga wijayanto, semua orang pasti tau Nadira, sudahlah aku tak perlu menjelaskan semuanya, ini sudah sampai depan rumahmu. Kapan kapan kita ketemu kembali. Ini nomor handphone saya" Farel mencoba menjelaskan pada Nadira
"Klung klung" bunyi handphone Nadira saat mendapat pesan dari farel
"Kamu punya nomor handphoneku juga farel" ucap Nadira sambil terkejut tapi farel langsung melajukan mobilnya tanpa memberikan penjelasan.