Chereads / Vorfreude: Rachel Richmann / Chapter 9 - Akses Eksklusif Niels

Chapter 9 - Akses Eksklusif Niels

Ruang Bedah Saraf

Laboratorium Utama Cyclops Intelligence

Distrik 13, Mazsea

24 Januari 2157

01.00 NPM

Pintu pemisah antara ruang bedah dan ruang persiapan pasien terbuka, Rachel muncul dengan pakaian khas kamar rumah sakit berwarna hijau muda selutut. Rambutnya yang semula tergerai panjang itu sudah tak tampak, menyisakan kepalanya yang plontos siap dibedah.

Lars yang melihat penampilan barunya itu hanya tersenyum, "Kau bahkan tetap cantik tanpa rambut seperti itu," ujarnya memuji. Pujian tulus yang sama sekali tidak menyentuh Rachel.

"Rasanya masih untung kau tidak menelanjangiku, Lars." Rachel membentangkan tangannya begitu robot medis mengangkatnya ke atas meja bedah, menguncinya disana sebelum Lars memberikan dosis anestesi total.

Lars tersenyum simpul, mulai memeriksa tanda-tanda vital Rachel yang tertera di layar hologram di depannya, "Rupanya kau beristirahat dengan baik semalam, Rachel. Tanda-tanda vitalmu normal, biasanya tekanan darah dan kadar gula tubuhnya selalu bermasalah sebelum bedah."

"Tentu saja. Aku juga memperbaiki pola hidupku demi umur yang panjang."

Lars menegakkan sandaran meja bedah, menegakkan Rachel dari sebelumnya berbaring seratus delapan puluh derajat. Seingat Rachel, itu bukan satu dari delapan belas prosedur yang harus dilakukan, seharusnya dalam beberapa menit ke depan, ia sudah tak akan sadarkan diri dan Lars membedahnya.

Semakin aneh lagi ketika Lars menopang tubuhnya di atas meja bedah, pun mendekatkan dirinya pada Rachel, "Aku tidak akan memulai bedah ini jika kau masih merasa takut meski sedikit, Rachel Richmann..."

Rachel terdiam, tatapan Lars mengunci matanya.

"Kau percaya padaku, bukan?"

"Ya. Kenapa kau terus bertanya?"

Lars menggeleng, "Tidak, aku hanya memastikan bahwa aku tidak akan ragu apalagi takut jika Kau saja mempercayaiku penuh sebagai doktermu."

"Begitu bedah ini selesai, kau mungkin akan menjadi orang yang mengubah dunia. Semuanya akan berubah, tapi jangan lupa bahwa lawan-lawanmu saat ini tengah menantikan kegagalan eksperimen hari ini dibalik wajah suportif mereka..."

Rachel menghela, "Aku tahu. Sebab itu, lakukan yang terbaik dan jangan gagal, Lars."

Lars tersenyum simpul, "Kau juga, lakukan yang terbaik, kelola kesadaranmu dan jangan menyerah jika terjadi sesuatu. Aku akan terus disini menunggumu," ujarnya.

Rachel menghela nafasnya dalam, memejamkan mata, memeluk pria yang merupakan teman dekatnya itu. Oh, hangatnya tubuh Lars selalu berhasil menenangkannya di saat-saat seperti ini, "Kita pasti berhasil. Kau dan aku, kita tidak suka kegagalan. Mari berusaha sebaik mungkin, demi bumi manusia yang lebih layak ditinggali..."

Lars menggeleng, "Aku tidak memikirkan orang lain, apalagi bumi ini, aku hanya memikirkanmu. Kau dulu, dan kau lagi. Selalu seperti itu."

****

Ruang Peneliti Ahli

Universitas Cohlin

24 Januari 2157

02.01 NPM

Niels mengetuk-ngetukkan tangannya di atas meja, matanya memperhatikan sebuah tautan dan deret kode di monitor tipis miliknya. Pria itu sedikit gugup ditengah pertimbangannya yang tak kunjung selesai sejak setengah jam lalu, usai Rachel mengimkan surat elektronik berupa akses eksklusif untuk menyaksikan eksperimen itu dari jarak jauh.

Niels tidak mengerti mengapa Rachel sampai mengirimkan akses dengan privasi tinggi seperti itu padanya. Padahal siapa dirinya? Kenal saja tidak, bahkan Ia tak kunjung sempat mencari tahu bagaimana rupa seorang Rachel Richmann sang ilmuwan, pebisnis, sekaligus pegiat mode yang terkenal itu.

Apakah segitu berterima kasih Rachel padanya, karena Niels membantunya keluar dari gangguan panik malam itu? Itu saja seingat Niels yang dilakukannya, dan balasan sikap Rachel yang seperti ini jelas mengundang tanda tanya, sungkan, dan segan secara bersamaan.

Namun lama-lama Niels jadi tak menghargai kebaikan Rachel jika Ia tidak membuka tautan akses eksklusif itu. Maka dengan mantap Ia membukanya, hingga lekas monitornya itu menampilkan prosesi bedah yang nampaknya sudah berjalan hampir setengah dari proses keseluruhannya.

Niels yang tidak terlalu peduli dengan teknologi dibuat kagum oleh bagaimana sistem infografis dan AI di Cyclops Intelligence bekerja intuitif, membuatnya paham dalam sekali tayangan tentang apa yang sedang dijalani Rachel di atas meja bedah itu.

Rachel dalam balutan kain tipis berwarna hijau diposisikan tengkurap, wajahnya tak terlihat. Nampak kepala Rachel yang plontos telah disayat membujur dari bagian yang sejajar telinga ke bawah, berpotongan dengan satu lagi sayatan melintang di sepanjang tengkuk. Robot-robot berbentuk tangan dengan solder pemanas berukuran sebesar jarum halus bekerja rapi di titik perpotongan sayatan itu.

Penyisipan gen dan microchip itu mulai dilakukan, lalu visualisasinya diperjelas untuk Niels yang menyaksikan prosedur bedah itu dengan dahi mengkerut sedari tadi. Pria itu merasa ngilu, apa yang disaksikannya saat ini sungguh sangat tidak lazim, setidaknya bagi dirinya yang lebih sering berurusan dengan benda mati dan alat-alat manual.

DRING!

[Sistem Notifikasi]

[Sinapsis sel saraf tepi nomor 87 telah terhubung pada sirkuit microchip 88]

[Protein genetik ICNG-257 telah bereaksi dengan sel saraf di sirkuit microchip 1-34]

[Saturasi oksigen: 96. Tekanan darah: 120/100 mmHg. Kondisi vital pasien: normal]

Notifikasi timbul muncul di layar laptop Niels, memberikan informasi proses yang telah diselesaikan oleh sistem bedah dan rekayasa terkomputerisasi itu. Niels jelas tidak mengerti, kode-kode angka itu tentunya dibuat khusus oleh Rachel.

"Rupanya kau menyaksikannya, Niels. Maaf belum menyapamu."

Suara Lars tiba-tiba terdengar, pria itu berbicara dari ruang kontrol dan membuat Niels terkesiap. "Ah, ya. Aku jhga tidak tahu jika kau ada disana."

"Ya, tidak masalah. Tapi aku penasaran kenapa Rachel mengizinkanmu menyaksikannya sementara Lore dilarang sama sekali. Apa yang kau katakan padanya malam itu?"

"Kenapa kau mempertanyakan hal itu sedang pasienmu sedang dibedah diantara hidup dan mati, Lars?" Niels balik bertanya sinis.

"Kau tenang saja, robot itu akan bekerja sampai selesai dan aku hanya perlu memantaunya. Pekerjaan yang agak membosankan, sebabnya aku bertanya padamu yang kebetulan datang hari ini."

Niels menghela, "Ya, terserah kau saja. Aku sendiri tidak tahu kenapa Rachel mengizinkanku masuk. Aku tidak mengatakan apapun malam itu," tuturnya menjawab semua pertanyaan Lars. Niels memang tidak suka berbasa-basi.

"Kau yakin tidak mengatakan apapun?"

"Tentu saja. Kami tidak saling mengenal, bukankah itu aneh jika tiba-tiba banyak bicara?"

Lars terkekeh pelan, "Aku tahu, kau mengatakan soal Lore Hasenclever padanya, bukan?"

Niels terdiam, rupanya Ia salah bicara. Lars itu bermulut seperti wanita, Ia tahu banyak informasi terkini, pun gosip terbaru.

"Kau yang meminta Rachel menjauhinya selama eksperimen, bukan?" tebak Lars tepat sasaran.

Niels akhirnya menghela, "Ya, aku yang melarangnya. Karena aku tidak bisa menerima begitu saja rencana Perdana Menteri soal dirinya. Tidak ada yang tahu apa yang sebenarnya diperintahkan Philips pada Lore. Bagaimana jika itu sesuatu yang mengancam nyawanya?"

"Kau sangat peduli padanya, Niels. Kau benar, aku pun mengkhawatirkannya.'

"Kalau begitu lakukan saja tugasmu, aku juga akan kembali bekerja."

"Tunggu, Niels."

"Ada apa lagi?"

"Kau yakin tidak akan menyaksikan eksperimen ini sampai akhir? Kurasa Rachel akan kecewa jika tamu spesialnya... tidak menyaksikannya dengan benar."

"Spesial? Yang benar saja." Niels berdecih, "Sampaikan saja salamku padanya, dan minta dia untuk memberitahuku ketika eksperimen ini sukses..."

"Aku ingin membicarakan banyak hal dengannya."