Penyiksaan untuknya kembali saat ia berada di rumahnya.
Adiknya Yoona Song melakukan hal yang sama kepadanya seperti yang dilakukan ibunya kepadanya.
Akhirnya ia merasakan ketenangan saat ia berada di dalam kamarnya yang memiliki nuansa gelap sesuai tipe ideal yang ia mau.
Yohan Song, seorang pemuda dari keluarga Song, pemilik iris mata biru savir yang indah namun bisa berubah menjadi hitam legam dengan ilmu sihir yang dipelajari pemuda tersebut.
"Hari ini kamu kelihatan lelah yah Tuan?" Earl keluar dari tubuh Yohan Song tuannya yang dulunya bernama Collis Daxter seorang Penyihir Kegelapan sejati. Ya, dialah penyebab kehancuran dunia 10.000 tahun yang lalu dan sekarang dirinya kembali pada masa depan bereinkarnasi menjadi Yohan Song, pemuda yang lahir di rahim seorang wanita bernama Gracia Walker, wanita paru baya yang tetap cantik diusianya yang sudah kepala tiga.
Earl dia bawahan setia Yohan Song, satu-satunya bawahan yang tersisa dan mengikutinya saat ia kembali lahir.
Tentu tidak ada jawaban dari Yohan, pemuda itu tetap diam membisu meski bawahan setianya bertanya.
Bawahannya itu seekor kucing putih yang sebenarnya dia itu Harimau Putih Bersayap, Harimau legendaris yang hanya ada beberapa di dunia ini.
"Kau kebiasaan," katanya sedikit berdesis.
Earl meloncat ke kasur empuk Yohan. Pemuda itu tampak mengacuhkannya, ia tengah sibuk membuka seragam sekolahnya yang lumayan ribet.
"Tuan, aku merasakan hawa keberadaan Eren ketika perjalanan pulang tadi."
Earl sengaja berucap agar tuannya mau memperdulikannya. Dan kebetulan perkataannya memang benar.
"Eren sudah mati bagaimana dia hidup?" Yohan berkata pelan setelah mencernanya ia merasa tidak percaya dengan perkataan Earl barusan.
Rasa senang Earl begitu mendalam. Ia sampai begitu antusias membahasnya lagi. "Tuan dia Penyihir Kegelapan juga, jika kamu saja bisa bereinkarnasi, tentu dia juga bisa melakukan hal yang sama dengan yang kau lakukan. Aku dengar sekarang ada namanya Perserikatan Penyihir Jahat, bisa sajakan dia pendiri Perserikatan itu atau tidak dia bagian dari mereka."
Yohan kini hanya memakai celana pendek dan kemeja putih berlengan pendek setelah membuka pakaiannya dan hanya menyisakan pakaian itu saja.
"Mereka sudah membentuknya ternyata. Apa mereka tidak bodoh?" Yohan tersenyum miring. "Sekarang sangat banyak Penyihir dalam berbagai kalangan atas jika hanya Perserikatan mereka saja tentu bisa dihancurkan dengan mudah."
"Tuan tidak tau saja bagaimana cara licik Eren dalam melakukan semua ini. Meski sedikit bodoh caranya, dia pasti dengan mudah mengatasinya." Kucing putih itu melipat kaki depannya sebagai bantalan tidur. "Hoam! Aku kelelahan, Tuan perkembangan mu sangat lambat berkembang, tidak seperti dulu. Aku sampai menghabiskan banyak mana hanya dengan urusan sekolah sihir mu."
Yohan menghela pelan nafasnya. "Siapa juga yang mau seperti ini?" batinnya dalam kekesalan.
Ia berjalan menuju ke arah kamar mandi berniat membersihkan diri.
Di malam harinya.
Yohan Song berkumpul dengan keluarganya mereka tengah menyantap hidangan makan malam yang dibuat ibunya. Mereka tinggal di rumah yang sederhana namun semua perlengkapan sehari-hari mereka telah dipenuhi dengan banyak.
Menurut yang ia ketahui sejak kecil Ayahnya dan Ibunya bekerja seperti manusia pada umumnya. Ayahnya akan ngantor setiap pagi sampai menuju sore hari dan ibunya hanya seroang ibu rumah tangga yang biasa tugasnya melayani suami dan anak-anaknya.
Mereka terlihat keluarga kecil yang hidup harmonis, hidup bersama-sama sejak Yohan masih kecil.
"Yohan bagaimana dengan sekolah mu tadi, apakah ada masalah?" Jun Song bertanya kepada putranya yang memilik wajah papan datar tidak seperti dirinya, istrinya dan putri kecilnya.
Ia memilik kecemasan terhadap Yohan putranya, semenjak kecil pemuda yang memiliki wajah duplikat darinya, hanya berbeda dia terlalu minim ekspresi. Yohan Song adalah anak yang tak memiliki bakat sihir, bahkan saat ia kecil kegagalan selalu ia dapatkan dan banyak laporan dari sekolahannya, pemuda itu sering mendapatkan perundungan dari teman-teman sebayanya kecuali anak dari temannya dan juga tetangga sebelahnya, Flint.
Yohan hanya diam tidak menjawab pertanyaan ayahnya dan sibuk dengan memakan makanannya.
"Jika kamu tidak sanggup kamu bisa ayah pindahkan di sekolah Manusia Biasa bukan sekolah Penyihir. Yohan, kamu dengar ayahkan?"
Yohan mengangguk, tapi ia menjawab dengan tatapan mendalam ke arah pria di hadapannya, "Ayah, aku akan tetap di sekolah itu. Aku juga tidak ingin mengubur impian ku menjadi Penyihir Kuat."
"Yohan tapi kamu lihat sendirikan, sejak kecil kamu tidak memilki teman kecuali Flint seorang, jika kamu seperti ini terus Ayah khawatir kamu akan menjadi orang yang sangat tertutup dan jauh dari sosial." Jun Song mencoba menasehati putra sulungnya ini lagi. Ia tidak ingin satu-satunya putranya menjadi orang terbelakang sosial apalagi di usianya kini yang sudah menginjak usia remaja. Ia tidak bisa terus-terusan tinggal diam melihat jalan takdir menyedihkan yang akan ditempuh putranya, ia ayahnya Jun Song, ia tidak akan membiarkan putranya mengalami hal sulit tanpanya.
"Aku mengerti perasaan Ayah, tapi aku sudah membulatkan keputusan ini baik Ayah maupun Ibu tidak akan bisa membatalkannya."
Kedua pasangan suami istri itu menatap haru putranya. Ternyata putra kecil mereka sudah dewasa. Ulah mereka kembali lagi dengan memeluk Yohan bagaikan anak kecil dan adik kecilnya Yoona Song juga ikut-ikutan memeluknya sampai Yohan merasa sesak dengan perlakuan berlebihan mereka.
'Si-sial!' Ia sangat tertekan akan ini.
Di dalam kamarnya Yohan Song telah menjatuhkan tubuhnya ke kasur dalam posisi telungkup. Ia menenggelamkan wajahnya di bantalnya. Hari ini sangat melelahkan baginya, meski memang harinya selalu melelahkan. Di mulai dari keluarga anehnya yang selalu memperlakukannya bak anak kecil yang menggemaskan padahal dia sudah memasuki usia remaja dan di sekolah tentang keburukannya dalam pelajaran meski sebenarnya Yohan Song tidak seburuk itu. Ia hanya menekan kekuatannya tanpa sepengetahuan siapapun termasuk Earl bawahannya dan menjadi pemuda terlemah. Ia sengaja melakukan itu karena dua alasan, takut musuh lamanya masih ada dan takut langit akan menghukumnya kedua kali. Sebab Yohan mengakui dirinya masih belum apa-apa dibandingkan dahulu.
Mata Yohan telah terpejam. Ia sudah tidak bisa menghindarkan rasa penat di tubuhnya.
Earl si kucing putih ikutan tidur di sampingnya, menjaganya dan mencari tempat nyaman berada di sisi Tuannya. 'Selamat malam, Tuan.'
Di suatu tempat di waktu yang bersamaan seorang pemuda tengah duduk dipinggiran jalan kota yang ramai-ramai orang berlalu lalang. Pemuda pengemis yang hidup hanya mengandalkan makanan orang lain yang dibuang di tempat sampah atau diberikan kepadanya secara cuma-cuma.
Pemuda itu memiliki mata hitam redup yang begitu teduh di tengah terang benderang lampu jalan. Pakaiannya penuh koyak dan jahitan saking tak pernah ganti dengan yang lain. Rambutnya bahkan tak pernah terawat, panjang dan beracak, selain itu wajahnya sangat kotor saking tak pernahnya mencuci wajah.
Tapi siapa akan sangka bila pemuda menyedihkan itu adalah Eren, rival abadi Collis Daxter, pemuda yang kini menyandang status sebagai putra kandung Jun Song.
Tes!
Eren merasakan setetes air jatuh di atas kepalanya.
Ia menyentuh kepalanya, ketika ia pegang air itu mendadak tangan Eren terasa panas.
"Shitt!" Ia merintih.
"Penyihir Kegelapan? Ternyata itu benar kau."
Dua orang gadis dengan jubah kuning tengah berdiri menghadapnya yang tengah duduk.
Eren tanpa melihat siapa gadis itu ia segera berlari cepat meninggalkan tempat itu. 'Sial, siapa mereka?' desisnya.
"Hei tunggu kau dasar pengemis!"
Mereka mengejarnya. Ia tidak ingin tertangkap lagi, mengapa semua orang ingin sekali menangkapnya, sebenarnya siapa ia itu? Mengapa ia tidak mengingatnya.
Akh!
Ini sangat memusingkan. Tetapi Eren mendadak pingsang ketika ia berlari tanpa tau arah, ia merasakan seseorang memukul tengkuk lehernya sebelum kesadarannya benar-benar memudar. 'Siapa?'