"Genna," panggil Adler dengan tatapan lapar.
Jantung Genevieve berdenyut mesra. Tidak ada lagi alasan untuk menjauhi suaminya. Mereka sudah sepakat untuk berdamai dengan masa lalu dan siap menyambut bahagia.
"Aku merindukanmu, Genna."
Genevieve memejamkan mata. Beberapa saat kemudian, tubuhnya terasa panas. Pagutan dari Adler itu membuatnya menginginkan lebih. Tanpa bisa dicegah lagi, mereka melebur menjadi satu.
Lenguhan dan desahan manja menjadi lagu syahdu di antara penyatuan kedua insan yang saling merindukan itu. Adler mempercepat upayanya dalam memuaskan Genevieve.
Jerit kepuasan atas pelepasan itu pun membuat Adler tersenyum bangga. "Sekarang, giliranku, Cantik."
Genevieve pun kembali larut dalam permainan yang membakar hasrat itu. Mereka saling memagut, mendesah dalam mengejar kepuasan.