Liesel mengangguk senang. Jemari itu pun dilepaskan oleh si gadis kecil.
Liesel membalik badan lalu memeluk Adler. "Hadiah Natal yang aku inginkan, datang jauh lebih awal."
Adler mencubit gemas ujung hidung Liesel. "Kau adalah hadiah terindah bahkan sebelum aku meminta kepada Tuhan."
Emre mengamati semua ketulusan yang terjadi. Sebagai Ayah dan Kakek, Emre tahu pasti semua bukanlah rekayasa. Hanya rasa penasaran yang masih belum hilang, penyebab Genevieve pergi.
"Kakek, apa malam ini, Daddy akan makan bersama kita seperti Paman Dannie dan Paman Aldo?"
Emre menyeringai. Mencoba menutupi rasa bersalah. Adler tak menyangka kalau ia adalah orang yang sengaja dihindari, demi persekongkolan menyembunyikan keberadaan Genevieve dan Liesel.
"Tidak, Nak. Malam ini Daddy masih ada sedikit pekerjaan yang harus diselesaikan, sebelum tinggal bersama kalian."
Awalnya wajah Liesel tampak kecewa, tetapi sekejap kemudian, muncul anggukan kecil tanda menerima alasan yang dikemukakan Adler.