Emre membaringkan Liesel di atas ranjang, tidak menjawab apa pun ucapan Adrianne. Biarlah urusan rumah tangga Genevieve, tidak dicampuri oleh orang tuanya. Emre hanya merasa terpanggil jika sudah menyangkut tentang Liesel saja.
"Ayo, kita keluar. Biar Liesel bisa istirahat." Emre menggenggam jemari Adrianne.
"Ya. Apa kau ada rencana bepergian lagi?"
"Tidak. Aku akan menemanimu seharian di rumah. Kau mau minum teh bersamaku di taman belakang?"
"Dengan senang hati, Emre."
Ada rasa gundah di dalam kepala Emre yang tak bisa diceritakan kepada siapa pun, termasuk Adrianne. Maka Emre hanya bisa meredamnya dengan berada di dekat Adrianne.
***
Adler masih belum beranjak dari kursi kerjanya di dalam apartemen. Berulangkali ia mencoba menghubungi nomor telepon yang tadi dipakai Liesel, tetapi tidak kunjung tersambung.
"Genna, kenapa begitu gigih menjauhi aku? Siapa Kakek dan Nenek yang dimaksud Lily?" Adler berbicara sendiri pada ponselnya.