Mereka berpelukan lagi. Liesel yang duduk di samping Emre hanya menatap bingung.
Emre membawa Liesel ke pangkuannya.
"Kakek, kenapa kalung Nenek dan mommy sama?" Liesel menolehkan kepalanya.
"Karena kalung itu adalah hadiah, Nak."
"Aku juga mau punya kalung, Kek. Biar sama seperti punya Nenek dan mommy." Liesel tertawa kecil.
"Boleh. Besok kita beli kalung yang sama." Emre mencubit gemas pipi Liesel.
"Aku tak pernah melepaskan kalung ini, Mama. Kakakku, Melysa, pernah mengatakan kalau kalung ini tidak boleh dijual sesulit apa pun keadaan yang aku alami. Karena kelak, kalung ini akan membawa keberuntungan." Genevieve tersenyum getir. Ucapan sang Kakak tenyata mengandung makna yang sangat dalam.
"Mama bahagia sekali. Bisakah kau memakaikan kalung ini?" Adrianne menyodorkan kalungnya.
"Boleh." Genevieve langsung memenuhi keinginan itu.
"Emre, tolong ambil foto kami dengan posisi sedang menunjukkan kalung." Adrianne tersenyum dengan mata yang masih basah.