Emre membuka kotak kue itu. Semerbak aroma kue jahe dan manisnya rempah menyeruak. "Ini kue kesukaan yang selalu kau buat untuk merayakan hari spesial kita, kan?"
Genevieve ingin sekali meminta maaf kepada Emre karena sudah salah menduga. Genevieve juga penasaran dengan wajah wanita yang sedang dibujuk itu.
"Maaf, aku terlambat menyadari semuanya. Betapa besar cinta yang kau punya sampai akhirnya aku kehilangan segalanya." Emre tersenyum perih, lalu diambilnya kue itu untuk disuapkan ke mulut Adrianne. "Makanlah."
Adrianne membuka mulutnya sedikit. Tiba-tiba sama seperti kue sebelumnya, air matanya menetes.
"Suster, lihatlah! Adrianne bereaksi," pekik Emre.
Perawat itu mendekat dan tersenyum haru melihat air mata Adrianne. "Ah, Tuan. Ini seperti keajaiban. Nyonya Adrianne, bisakah Anda mendengar kami?"
Adrianne hanya menatap hampa. Seakan-akan tidak ada tanda kehidupan di matanya dan reaksi sebelumnya itu hanyalah fatamorgana.