Adler mendengkus. Saat ini, ia merasa sudah menjadi pecundang besar. Ia tak bisa memasang iklan karena akan jadi bahan gosip yang empuk. Tetapi pada saat yang sama, ia juga tak bisa melacak jejak. Ia merasa sangat frustasi.
"Aku seperti menemukan jalan buntu. Sudahkah kau kerahkan orang khusus untuk melacak jejaknya?"
"Sudah. Nihil. Tidak ada yang pernah melihat wajahnya."
"Tidak mungkin. Kau pasti salah membayar orang. Mereka tidak becus!" Adler mengumpat dengan bahasa kasar.
Victor hanya melirik sekilas. Adler yang sedang mengamuk bukanlah tandingannya. Jadi lebih baik didiamkan saja. Nanti mereka akan melampiaskannya di ring tinju.
Saking tumpang tindihnya pemikiran, Victor lupa kalau letak gym mereka itu bersebelahan dengan supermarket. Tempat di mana semua kisah cinta Adler dimulai.