Adler mengambil kesempatan itu untuk segera mengunci pintu. Ditatapnya wajah cantik Genevieve yang mulai tampak cemas.
"Kau mau apa?" tanya Genevieve dengan suara serak.
Adler mendorong tubuh Genevieve hingga menyentuh dinding kamar. "Hanya meminta upah atas semua usahaku ini."
Genevieve mulai gugup, tetapi tidak ingin terlihat lemah di mata Adler. "Kau sungguh perhitungan!"
Adler menyibak rambut Genevieve lalu menyusup ke ceruk leher jenjang itu. "Aku belum bisa melakukan hal lebih, Genna. Aku hanya rindu."
Satu minggu ini, memang keduanya jarang bersama. Adler harus mengejar target pembangunan hotel, juga renovasi mansion.
Genevieve berusaha menahan keinginan untuk larut dalam perasaan. "Kenapa kau mempercepat rencana pernikahan? Bukannya aku harus belajar untuk mengejar ketertinggalan?"
Adler yang tadinya hendak mencium bibir Genevieve, mendadak berhenti. "Aku berubah pikiran, Genna. Aku ingin menghabiskan waktu dengan istriku di sini."
