"Bungamu, Ginny," ucap Irmina.
Genevieve tersenyum tipis. "Terima kasih. Apa aku boleh ke ruangan Anda, Nona Mina?"
"Ayo." Irmina merangkul bahu Genevieve.
Batin Genevieve berkecamuk. Dia setengah mati merindu, tetapi juga takut. Ketika semua telunjuk mengarah mengadili perbuatan yang tidak dia lakukan, apa yang bisa Genevieve pertahankan? Tidak ada.
Terlebih saat ini, karena Genevieve memang mencintai Adler. Bukannya semua orang akan lebih leluasa menghakiminya dengan label perebut calon suami orang?
Irmina tidak masuk ke ruangan. Dibiarkannya Genevieve yang seakan-akan berjalan tanpa sadar seraya mendekap buket bunga itu.
Genevieve duduk di kursi biasa. Dipandanginya buket bunga itu dengan hati sedih. Dia tahu ada cinta yang berbalas di sini. Namun, Genevieve juga takut.
Jemari kurusnya gemetar ketika terulur untuk membaca kartu yang terikat cantik dengan pita beludru.