Adrianne menunduk karena masih memandangi jepit rambut Liesel. Ada rasa yang bercampur, antara mulai jatuh hati dengan gadis kecil itu dan sedikit kesal karena Emre begitu mudahnya peduli kepada orang asing.
"Sayang."
Adrianne menghela napas panjang. "Kenapa datang ke sini?"
Emre tersenyum, tetap memilih untuk duduk di samping istrinya. "Karena aku peduli, Sayang. Ketika istriku merajuk, masa aku diam saja?"
"Bukannya selama ini kau memang abai kepadaku?" Bibir Adrianne mengerucut.
Emre disindir terang-terangan. Bukannya marah, malah ditariknya tubuh Adrianne ke dalam pelukan. Obrolan seperti ini sudah lama sekali dirindukannya.
Adrianne tentu merasa terkejut dengan sikap Emre. Biasanya sang suami tidak akan tinggal diam dan balas berkomentar dingin. Ada rasa malu yang dirasakan Adrianne.
"Maaf. Aku sudah banyak menyakiti hatimu. Tapi ke depannya, aku akan berusaha menjadi lebih memahami kau lebih baik lagi."