BRAK!
Adler meninju side table kaca yang ada di samping sofa. Bunyi kaca pecah juga benda di atas meja yang berhamburan membuat Victor juga merasakan sakit dan tak henti mengutuk diri.
Banyak pengandaian yang muncul di kepala Victor. Namun, apalah artinya. Karena Adler sudah tahu dan Nenek pun sedang mengurung diri.
"Apa salahku, Sayang? Kenapa kau setega ini? Kalau aku punya kesalahan, kenapa tak menunggu untuk memperbaikinya?" Adler berucap lirih, sama sekali tidak peduli dengan luka yang mengalir dari buku-buku tangan kanannya itu.
Suzie datang dan langsung membekap mulutnya ketika melihat suasana yang berantakan di dalam ruang baca itu.
"Bereskan," ucap Victor, datar. "Bawa kotak obat juga."
"B-baik, Tuan." Suzie langsung pergi. Tak lama kemudian, Suzie kembali masuk dan membawa dua pelayan lain.
Salah satu dari pelayan itu membawakan kotak obat dan menyerahkannya kepada Victor. "Ini, Tuan."