Jade yang kebetulan hendak berjalan keluar tanpa sengaja mendengar suara yang kedengarannya samar – samar dan melihat bayangan Ivory yang sedang terkulai dan dibopong oleh beberapa mafia bertubuh besar, membuatnya segera berlari keluar untuk mengejar sosok orang – orang yang telah membopong tubuh kecil gadis tersebut dan telah berjalan menjauh. Ia sekilas melihat sebelah sepatu Ivory yang tertinggal bersamaan dengan tasnya yang terjatuh di depan pintu apartemen. Tanpa berpikir panjang lagi, Jade segera menghampiri motor kesayangannya yang sedang terparkir dengan megah di halaman depan apartemen tersebut, lalu segera berusaha mengejar mobil besar yang telah membawa pergi gadis itu. Jade terlihat masih berusaha mengejar mobil tersebut namun sialnya, sebuah mobil telah menghalanginya di persimpangan jalan. Sesaat kemudian, kumpulan para mafia lainnya dengan wajah beringas telah berjalan keluar dengan gagahnya dan segera menghajarnya habis – habisan. Jade terus mencoba untuk melawan namun tubuhnya yang sudah tidak berdaya membuatnya semakin melemah dan sesaat kemudian ia telah kehilangan kesadarannya ketika seorang mafia menusukkan sebilah pisau ke bagian perut kanannya. Tidak berapa lama kemudian, dari arah berlawanan terlihat sebuah mobil sport biru telah meluncur dan berhenti seketika. Ternyata pemilik mobil sport tersebut adalah Franklyn beserta beberapa anak buahnya yang segera menuruti perintah tuannya untuk menghajar mafia tersebut. Aksi baku hantam pun tidak terelakkan, namun pada akhirnya tim Franklyn berhasil memenangkan perselisihan dan membuat semua anak buah Nathan telah jatuh terkapar. Melihat keadaan Jade dengan darah segar yang telah mengalir keluar dari bagian perut kanannya, membuat pria botak tersebut khawatir dan segera membawanya menuju rumah sakit untuk mendapatkan pengobatan intensif dan segera menghubungi James.
James yang mendapatkan kabar buruk tersebut segera terbujur kaku bagaikan petir yang menyambarnya. Ia segera memberitahu Cynthia dan Moniq untuk bersama – sama menuju rumah sakit yang telah dikabarkan oleh Franklyn dan sesampainya di sana, James bahkan tidak lagi bisa berbasa basi dengan sosok lelaki botak tersebut dan langsung menyerangnya dengan pertanyaan yang telah membuatnya penasaran.
"Frank, gimana keadaan Jade? Apa yang sebenarnya telah terjadi?"
"James, tenang dulu. Aku tadi gak sengaja juga bertemu dia di jalan dan udah dalam keadaan terkapar. Aku lihat ada beberapa orang yang menghajarnya habis – habisan dan saat ini bekas luka tusukan yang dilakukan salah seorang dari mereka tersebut sedang ditangani oleh dokter. Aku begitu yakin orang – orang itu udah pasti suruhan Nathan. Saat ini, pihak kepolisian udah menerima laporan dariku dan pihak bank. Mereka telah melakukan penyelidikan dan akan segera melakukan penangkapan terhadapnya namun sialnya orang itu begitu licik dan udah sempat melarikan diri. Sampai saat ini jejaknya masih belum juga bisa ditemukan. Jadi dugaanku sepertinya orang – orang itu adalah anak buah yang diutusnya untuk menangkap salah satu dari kita."
"Celaka. Jangan – jangan Jade dihajar begitu karna…"
"Ivory! James, tadi Ivory gak ada di rumah kan?" ujar Cynthia panik.
"Iya benar kak, Ivory udah gak keliatan dari tadi, jangan – jangan…nggak, nggak mungkin. Ivy…aku gak mau dia kenapa – napa. Tolong bantu selamatkan dia kak," ujar Moniq yang tidak bisa menahan gejolak perasaannya lagi yang membuatnya segera jatuh terkulai lemas.
"Moniq, tenangkan dirimu dulu. Kami akan membantu pihak kepolisian untuk mencari orang tersebut dan Ivory. Frank, aku bisa minta tolong pada anak buahmu gak untuk tolong bantu selidiki dan lacak keberadaan orang itu, lalu cari tau ke mana dia bawa Ivory?"
"Baik Frank. Biar masalah orang itu dan Ivory, aku yang urus. Kalian tunggu di sini dan temani anak itu. Aku khawatir akan keadaannya saat ini. Semoga aja dia bisa segera melewati masa kritisnya. Aku akan mengabarimu lagi nanti untuk perkembangannya."
"Thanks Frank, take care."
Akhirnya Jade kini telah kembali sadar tatkala kedua mata abu silver milik pria tersebut terbuka dan segera mencari sosok keberadaan gadis itu, namun tidak kunjung ditemukannya. Ia hanya melihat keberadaan James, Cynthia dan Moniq yang sudah uring – uringan menunggu hingga kesadarannya kembali.
"Ivy…mana Ivy? Ivy…gawat. Aku harus mencarinya. Shhh…ahh…" Jade yang mencoba untuk bangkit tiba – tiba merasakan sakit di sebelah perut kanannya.
"Jade? Kamu udah sadar nak? Kami akan panggilkan dokter dulu."
"Gak perlu paman, aku harus segera pergi dari sini. Ivy sedang membutuhkan bantuanku. Aku harus segera menyelamatkannya."
"Bagaimana kamu mau pergi menyelamatkannya kalo keadaanmu aja masih seperti ini Jade? Kamu aja dibuat terkapar sama mereka tadi. Kamu tenangkan dirimu dulu, Mr. Franklyn udah mengutus beberapa anak buahnya untuk membantu kita mencari keberadaan Ivory dan juga Nathan. Kita akan segera mendengar kabar darinya dan juga dari pihak kepolisian. Mereka semua udah bersatu untuk mencari keberadaan orang tersebut."
"Tapi paman…" sebelum Jade berhasil melanjutkan pembicaraan tersebut, tiba – tiba sebuah panggilan masuk membuat nada dering ponselnya berbunyi. Nomor tidak dikenal. Merasa penasaran ia segera menjawab panggilan tersebut dan terdengar suara yang tidak asing baginya.
"Halo anakku, apa kabarmu? Ngomong – ngomong apa kamu masih ingat dengan suara ayahmu ini? Hm?"
"Apa lagi maumu?"
"Dasar anak gak tau diuntung dan gak sopan sama orang tua. Bukannya menyapa orang tua malah nyari masalah. Hei anak muda, apa kamu pikir kamu masih bisa berlagak seperti itu terhadapku andai kamu bisa menyaksikan langsung apa yang akan kulakukan pada gadis yang paling kamu cintai ini?"
"Jade…! Tolong…! Lepasin aku gak?! Jade…Jangan dengarkan dia! Lepasin!"
Jade yang mendengarkan suara gadis yang sedang menjerit dari seberang sana merasa begitu geram dan segera bergetar dengan segala puncak amarahnya.
"Bajingan…Biadab! Lepasin dia sekarang juga! Jangan pernah sakiti dia…! Apa maumu?"
"Oh…putraku sekarang galak banget…Hei, kamu kira aku bakalan takut sama ancamanmu? Kamu tau sendiri kan kalo aku bisa melakukan apa saja yang kuinginkan. Sekarang tugasmu hanya satu. Kalo kamu memang mau gadis tercintamu ini kubebaskan dalam keadaan selamat dan kembali ke tanganmu, sekarang juga kamu suruh anak buah si botak itu mundur dan jangan mengganggu ketenanganku, lalu jangan pernah ada yang melibatkan kepolisian, atau gadis ini akan habis juga di tanganku. Apa kamu lupa bagaimana keadaan terakhir Robin kemarin? Kali ini kamu harus membayar mahal karna kemarin kamu udah berani – beraninya membawa tahananku pergi dari sini! Dasar kurang ajar! Sekarang pilihan ada di tanganmu! Aku akan memberitahumu tempat di mana kamu bisa jemput dia dengan catatan kamu harus melakukan apa yang kuperintahkan barusan. Paham?" bentak Nathan lalu segera menutup sambungan.
"Halo! Hei, jangan macam – macam kamu! Lepasin Ivory gak? Halo! Arrghhhh…" Jade yang telah tersulut emosi atas kelakuan ayahnya membuatnya segera naik tensi."
"Jade! Ada apa? Tenangkan dulu dirimu nak…Itu barusan siapa?"
"Orang itu ma…dia mengancam untuk mencelakakan Ivory kalo kita mengutus pihak kepolisian dan anak buah Mr. Franklyn untuk menangkapnya. Sekarang dia meminta kita semua untuk mundur. Gimana ini ma? Aku begitu khawatir dengan Ivory…"
"Iya Jade, mama tau. Mama sendiri juga sedang khawatir banget sama keadaannya. Tapi kita semua harus memikirkan cara lain agar gimana kita tetap bisa memantaunya dan menangkapnya sesegera mungkin tapi kita juga bisa menyelamatkan anak itu."
"Benar sekali. Paman juga berpikir begitu. Begini saja, aku akan menghubungi Frank sekarang dan menanyakan pendapatnya untuk memikirkan plan B selanjutnya."
Diskusi antara James dan Franklyn pun kembali dilanjutkan dengan menyusun plan B selanjutnya. Franklyn segera meminta nomor yang telah digunakan oleh Nathan untuk menghubungi Jade barusan agar ia bisa melacak keberadaan psikopat tersebut, lalu ia akan menjebaknya kembali dengan Jade sebagai umpannya. James yang seakan telah mengerti akan maksud yang disampaikan oleh Franklyn lantas segera meminta kepada Jade untuk menghubungi kembali nomor tersebut untuk mengabari Nathan bahwa mereka setuju dengan permintaannya dan Jade akan menjemput gadis itu sendirian di tempat yang akan ditentukan oleh Nathan nantinya. Jade segera menghubungi kembali nomor tidak dikenal tersebut dan membuat mode loudspeaker agar semua penghuni ruangan tersebut juga bisa turut mendengar.
"Halo, aku udah menanyakannya dan semua yang ada di sini udah menyetujui permintaanmu, asalkan anda gak bohong dan menepati janjimu. Aku yang akan ke sana sendiri untuk menjemputnya. Sekarang juga kamu kirimkan lokasimu dan aku akan segera ke sana."
"Apa jaminannya kalo kamu gak sedang berbohong padaku?"
"Nyawaku taruhannya."
"Sungguh pemuda yang berani. Baiklah, aku akan memegang ucapanmu. Tapi kalo kamu ketauan berbohong, maka bukan cuma nyawamu saja taruhannya, tapi juga gadis ini," ujar Nathan segera mematikan ponselnya untuk mengirimkan lokasinya kepada Jade.
"Jade, apa kamu yakin dengan apa yang kamu katakan barusan? Kamu hanya akan membahayakan dirimu sendiri nak,"
"Paman, bibi, mama, andai nyawaku sekalipun yang menjadi taruhannya, aku udah siap dan aku rela, yang penting Ivory bisa selamat dari cengkeraman orang itu dan bisa kembali pada kalian. Andai pun terjadi sesuatu terhadapku nantinya, aku ingin kalian membantuku untuk menyampaikan padanya bahwa aku akan tetap mencintainya sampai akhir hayat hidupku dan sampai dikehidupan selanjutnya, aku pun tetap akan menunggunya," ujar Jade seraya melayangkan senyuman kecil yang terlihat begitu menyedihkan, membuat seisi ruangan pun turut merasa terharu akan perjuangan cinta anak muda tersebut.
"Kamu jaga diri baik – baik ya Jade, mama akan selalu mendukungmu dan mendoakan keselamatanmu. Semoga kamu bisa membawa Ivory kembali dengan selamat," ujar Moniq seraya memeluk Jade, lalu disusul oleh James dan Cynthia yang juga memberikan dukungan semangat pada pemuda tersebut.
"Terima kasih, kalian juga jaga diri ya. Aku akan menjalankan bagianku sekarang," ujar James seraya meninggalkan ruangan rumah sakit tersebut tanpa menunggu persetujuan dari pihak manapun lagi, meskipun lukanya masih dalam keadaan dibalut dan dalam masa pengobatan. Baginya rasa sakit yang dirasakannya di bagian perut saat ini tidaklah seberapa jika dibandingkan dengan rasa sakit yang harus diterimanya jika terjadi sesuatu pada gadis itu dan mungkin ia tidak akan pernah bisa memaafkan dirinya sendiri jika tidak bisa menolong Ivory.