Perasaan gundah, khawatir, gelisah dan kesedihan yang dirasakan oleh James, Moniq dan Cynthia seakan mengiringi kepergian Jade yang telah menyerahkan dirinya dalam misi penyelamatan sang gadis kesayangan yang kini sedang dalam keadaan bahaya. Kepergian Jade membuat James tidak menyerah dan tidak tinggal diam begitu saja. Diam – diam ia segera menghubungi dan meminta Franklyn untuk menjalankan plan C yang mereka rencanakan untuk berjaga – jaga guna melindungi kedua insan muda tersebut. Selesai berdiskusi, Franklyn segera meminta pihak kepolisian untuk bersiaga dan bersembunyi lalu menyerang dari kejauhan agar Nathan tidak mengetahui keberadaan mereka yang berencana untuk mengintai dari jarak dan titik tertentu mendekati lokasi yang telah disebutkan oleh Jade sebelumnya. Tentu saja, rencana ini tidak diketahui oleh Jade karena sebelumnya pria itu telah meminta kepada James untuk membatalkan plan B dimana Jade hanya berpura – pura menyerahkan dirinya sendiri dan diikuti oleh pihak kepolisian dan tim dari Franklyn, karena menurut Jade itu justru akan lebih membahayakan dirinya sendiri dan Ivory sehingga Jade meminta kepadanya untuk mengganti plan B yang menetapkan dirinya akan tetap pergi sendirian dan dirinya sendiri yang akan membawa Ivory kembali dalam keadaan selamat. Perasaan takut, gelisah dan khawatir pun segera menyelimuti pria yang kini sendirian menempuh perjalanan jauh ke sebuah tempat terpencil yang mendekati pelabuhan laut. Waktu bergulir dengan begitu cepatnya hingga kini ia telah tiba di lokasi yang ditentukan oleh Nathan. Sebuah gudang tua tempat para pelaut dan nakhoda dulunya menyimpan hasil komoditas perdagangan mereka yang akan dikirimkan ke negeri tetangga. Tempat tersebut terlihat begitu sepi seakan telah ditinggalkan dalam kurun waktu yang begitu lama. Di sebelah kanannya, terlihat lautan biru luas yang membentang hingga ke pulau seberang dengan jembatan yang menghubungkan antara pulau tersebut dengan daratan tempatnya berdiri saat ini, lalu beberapa kapal kecil tua yang sudah usang dan tidak terpakai lagi pun turut menghiasi dek pelabuhan itu. Beberapa kontainer besar pun terlihat cukup banyak memenuhi sebuah gudang tua dihadapannya yang terlihat cukup besar dan bahkan mampu menampung ribuan kontainer di dalamnya. Perasaan Jade yang begitu berkecamuk segera menghantuinya, namun rasa kekhawatirannya terhadap Ivory kini melebihi rasa ketakutannya hingga memantapkan langkah kakinya untuk memasuki gudang tua tersebut.
"Iv…Ivy…Apa kamu ada di dalam?"
Ivory yang sedang dalam keadaan terikat di sebuah tiang besi segera meronta – ronta dan memekik keras namun hanya mampu mengeluarkan suara yang samar – samar dan tidak jelas. Ia berharap apa yang dilakukannya bisa menarik perhatian pria itu untuk segera menemukannya, namun usahanya sia – sia karena sebuah dinding penghalang berdiri kokoh menghalangi pandangan mereka. Kebetulan Ivory melihat suatu kontainer kosong yang sudah tidak terpakai dan terbengkalai di dekatnya, lantas ia segera menggunakan kakinya untuk menendang kontainer tersebut agar suara yang dihasilkan bisa menarik perhatian Jade yang kembali menyerukan namanya. Dan benar saja, kontainer kosong yang telah terjatuh segera menghasilkan suara yang nyaring dan langsung menarik perhatian Jade. Kedua bola mata pria tersebut segera memutar ke arah tempat kontainer terjatuh dan segera berlari mendekati arah suara. Namun sebelum ia sempat sampai di sana, tiba – tiba dari arah kirinya sebuah anak panah segera meluncur dan hampir mengenai wajahnya. Beruntung ia segera bergerak sigap untuk mengelak agar tidak mengenai ujung anak panah runcing yang kini telah tertancap kuat pada dinding penghalang di sebelah kanannya. Jade segera melirik ke arah anak panah tersebut berasal, dan dari kejauhan ia melihat sosok Nathan yang sedang berjalan keluar dan terkekeh melihat sikap putranya yang telah memasang wajah kaget akibat ulah yang dilakukannya.
"Selamat datang putraku, lama kita udah gak bertemu ya?"
"Gak usah basa basi. Langsung aja katakan di mana anda sembunyikan Ivory?"
"Sabar nak…aku pasti akan melepaskannya, tapi aku ingin memastikan dulu apakah kamu ke sini datang tanpa senjata atau justru membawa serta orang – orang itu?"
"Silahkan cek sendiri…" ujar Jade seraya menyerahkan dirinya untuk dirogoh oleh Nathan.
Nathan mulai bergerak untuk merogoh tubuh putranya, namun bukannya merogoh, ia melanjutkan aksinya dengan menyiksa tubuh pemuda itu. Ia sengaja mencubit kuat bagian perut Jade yang sedang terbalut perban, membuatnya memekik kesakitan setengah mati dan segera darah segar kembali keluar dari lubang bekas tusukan tersebut.
"Rasakan ini. Kenapa? Sakit ya? Ini masih belum seberapa anakku, apa kamu tau kenapa aku melakukan ini? Aku mau memberikan pelajaran padamu karna kamu udah terlalu banyak ikut campur urusan ayahmu ini. Kalo dari awal kamu gak ikut campur, kamu gak akan berakhir seperti ini nak. Dan gara – gara kamu, adikmu bahkan juga berani menentangku dan melawanku. Kalian memang benar – benar anak – anak yang gak bisa diandalkan ya. Sama aja lemahnya seperti mama kalian dulu."
"Arghhh…sadarlah…kalo anda memang benar – benar sosok ayah yang baik, maka anda gak akan melakukan ini terhadap kami. Anda bahkan gak pantas untuk disebut sebagai seorang ayah, karna anda melebihi seorang psikopat. Lepaskan aku dan Ivory sekarang juga! Aku udah menuruti permintaanmu untuk meminta mereka semua mundur, jadi sekarang tepati janjimu juga untuk lepaskan kami!"
"Ah yang bener? Sayangnya aku masih belum mau melepaskan kalian nak, karna aku masih harus memberikan hukuman pada anak pembangkang dan durhaka sepertimu. Rasakan ini."
Nathan kembali mencungkil bagian perut Jade yang terluka hingga membuat lubangnya semakin menganga lebar. Ivory yang mendengar suara teriakan Jade yang begitu kesakitan seakan turut merasakan kepedihan yang dirasakan oleh pria itu, membuat hatinya kini pun seakan tercabik dan terasa pilu. Tidak pernah ia merasakan rasa sakit yang kini terus menyayat hati dan pikirannya setiap kali ia mendengar teriakan suara pria yang begitu menggelegar dan menggema hingga terdengar ke seluruh ruangan tersebut. Air mata Ivory yang terus berlinang seakan terus mengiringi setiap pekikan yang terdengar dari mulut Jade. Ia terus berusaha memekik keras, hingga samar – samar akhirnya Jade mendengar sendiri suara pekikan gadis tersebut, membuatnya semakin geram dan memberikan perlawanan. Baku hantam diantara kedua ayah dan anak itu pun kembali terjadi dan kini suara hantaman telah memenuhi ruangan. Jade yang telah mengeluarkan banyak darah membuat keadaan fisiknya semakin melemah. Dengan sisa kekuatan yang masih dimilikinya, ia tidak berhenti berusaha untuk terus mendekati sumber suara yang didengarnya. Nathan yang sudah bagaikan dirasuki oleh setan segera menarik rambut pemuda itu lalu membanting kepalanya ke dinding, namun Jade tidak tinggal diam, ia kemudian menyerang Nathan kembali dan mendorongnya kuat ke arah dinding. Nathan yang juga tidak tinggal diam kembali menyerang Jade dan ingin menikamnya dengan sebilah pisau, namun tiba – tiba sebuah tembakan dari arah jauh segera mengenai kaki kirinya hingga kini melumpuhkannya dan membuatnya tidak bisa berjalan. Ia segera dapat menebak bahwa itu pasti adalah ulah anggota Franklyn ataupun pihak kepolisian. Mendengar suara tembakan tersebut dan melihat kaki Nathan yang kini telah lumpuh, membuat Jade menyadari bahwa itu sudah pasti adalah ulah para anak buah Franklyn ataupun pihak kepolisian. Nathan yang sudah menebak bahwa hal tersebut kemungkinan akan terjadi segera berlari sebisanya untuk melepaskan ikatan Ivory dan segera mencekiknya untuk menahannya.
"Kamu bilang kamu gak bawa mereka beserta denganmu tadi kan? Tapi apa? Kamu telah ingkar janji! Maka gadis ini akan membayar semuanya. Karna kamu udah melanggar janji, maka aku juga akan membawanya pergi dari sini!"
"Mmhhh…Jade! Tolong aku…! Lepasin gak? Jade..."
"Ivy…! Hei psikopat! Kembalikan dia padaku…Aku beneran udah menyuruh mereka untuk mundur, ini benar – benar di luar dugaanku. Tolong…lepasin dia…"
"Nggak bisa! Gadis ini harus mati di tanganku sekarang juga." Ujar Nathan yang sedang mengamuk dan hendak memotong leher gadis itu dengan pisau yang dipegangnya, namun Jade berusaha keras untuk berdiri tegak dan menerjang lelaki tersebut serta berhasil menjatuhkannya. Ivory yang kini telah terlepas dari cengkeraman Nathan segera berdiri, namun ia tidak sanggup melihat Jade yang telah berlumuran darah sedang berusaha payah untuk menghajar psikopat tersebut. Ia ingin sekali membantu Jade, namun pria itu segera menghalanginya.
"Pergi cari bantuan sekarang Iv! Jangan pedulikan aku! Cepat pergi sekarang! Udah gak ada waktu lagi untuk berpikir! Pergi…!!!!!" suara Jade yang begitu lantang dan kuat tiba – tiba menggema ke seluruh ruangan hingga membuat gadis itu merasa kaget.
"Jade…Maafin aku…Aku akan segera cari bantuan…Hiks…" Ivory yang baru saja akan melangkah pergi tiba – tiba mendengar suara jeritan perih pria itu kembali dan membuatnya segera memutar kepalanya kembali untuk melihat ke belakang. Kedua bola matanya segera membelalak tatkala ia melihat pemandangan mengerikan di hadapannya, membuat tubuhnya bergetar seketika.
"Tidakk...…..!!!!!!!!!!! Jade....!!!!!! Nggak, ini nggak boleh terjadi! Jade..." ketika Ivory hendak berlari mendekati tubuh pria yang sudah terkapar dalam keadaan setengah sadar dan tertancap sebuah pisau dibagian dadanya itu, namun Nathan telah kembali berdiri dan ingin menikam gadis tersebut juga namun tiba – tiba dari arah belakang beberapa anggota telah tiba dan mengepungnya. Ia terlihat berusaha untuk kembali melarikan diri namun keadaan kaki kirinya yang telah lumpuh membuatnya tidak bisa berlari lagi dan beberapa orang tersebut segera menghajar dan melumpuhkannya total, kemudian pihak kepolisian yang juga telah tiba di tempat segera menahan dan mengamankan tersangka beserta berbagai bukti yang ditemukan di tempat tersebut.
Melihat kondisi Jade yang sudah begitu sekarat membuat Ivory sudah tidak mampu untuk berpikir jernih lagi dan segera menghampirinya. Ia segera membaringkan kepala pria tersebut dan menidurkannya pada lengannya seraya menyandarkan tubuh Jade di atas kakinya. Air mata pun berjatuhan dari pelupuk matanya. Perasaan gadis itu saat ini sudah tidak mampu diukirkan dengan kata – kata lagi. Saat ini, ia begitu ingin mendengar suara pria tersebut memanggilnya, namun kondisi Jade yang tidak begitu baik membuatnya tidak berdaya.
"Jade…bangun Jade…Ayo bangun…Kamu gak boleh lemah, kamu harus kuat! Aku tau kamu adalah pria yang kuat, bukankah kamu udah janji akan menungguku dan selalu berada di sisiku? Ayo bangun skarang Jade…Kamu gak boleh mengingkari janjimu padaku…Jadeeee....!!!!!"
Ivory tidak berhenti menangis dan menjerit sejadi – jadinya ketika ia menampung kepala pria tersebut dan memeluk sekujur tubuhnya yang telah dipenuhi oleh lumuran cairan merah.