Chereads / Katya and Earta / Chapter 3 - 03 – Red Eyes

Chapter 3 - 03 – Red Eyes

Pesawat mendarat di Envira International Airport pada jam 1 lebih 30 menit, pada malam harinya. Selama jam penerbangan, Katya sama sekali tidak tidur. Pandangannya hanya mengarah ke luar jendela yang menampilkan malam yang gelap gulita di luar sana, tapi entah kenapa, Katya merasa tertarik dengan kegelapan itu.

Katya menyeret kopernya keluar dari bandara. Katya dan Adrian akan ikut Freya tinggal di salah satu rumah milik Freya (ya, memang rumah itu adalah hadiah ulang tahun Freya yang ke-12), sedangkan Julia dan Rhino akan tinggal di vila milik keluarga Katya (banyak kejadian aneh disitu, Katya terlalu malas untuk kembali ke vila itu lagi).

Katya dan kedua sahabatnya, berpisah dengan Rhino dan Julia setelah mereka keluar dari bandara. Julia, dengan rambut coklatnya yang tergerai dan tertiup angin pagi itu, melambaikan tangannya dengan secercah senyuman cerah yang terukir di wajahnya.

Entah mengapa, Katya merasa ada yang janggal, dan dia berharap, Julia akan baik-baik saja

***

Sebuah limusin memasuki kawasan rumah mewah tersebut. Mereka disambut dengan pepohonan dan bunga-bunga yang terletak di samping kanan dan kiri jalan. Walaupun memang pepohonan dan bunga-bunga itu sangat indah, perhatian Katya tak teralihkan dari Freya yang memandang ke luar jendela limusin dengan raut wajah cemas.

"Sebenarnya apa yang terjadi dengan Freya?" gumam Katya setengah berbisik sehingga seisi limusin tidak ada yang mendengarnya.

Sebuah rumah mewah terpampang jelas di depan mata, membuat perhatian Katya teralihkan sebentar. Tanpa dia sadari, Freya menggenggam tangannya erat-erat.

"Mereka disini," ucap Freya lumayan keras.

"Mereka siapa?" tanya Katya frontal.

Freya menoleh ke arah Katya. Selama sepersekian detik, raut wajahnya seperti memperingatkan akan sesuatu yang berbahaya yang sedang memburu mereka. Tapi dia langsung mengalihkan pandangabnya lagi dan melepas genggaman tangannya.

"Bukan apa-apa."

Sekali lagi, sebuah keanehan muncul dari dalam diri Freya. Semuanya terasa mencurigakan.

***

Katya menghabiskan memandangi langit yang mulai terang. Dia mencoba mengetuk pintu kamar Freya, tapi tidak ada jawaban.

Tiba-tiba, Adrian duduk di sebelahnya.

"Kau masih mencemaskan Freya?" tanya Adrian, dan jawabannya sudah terlihat jelas dari air muka Katya.

"Tentu saja, Ad. Bagaimana aku tidak mencemaskannya? Dia terlihat aneh akhir-akhir ini," ucap Katya menjawab pertanyaan Adrian.

"Dia akan baik-baik saja."

"Bagaimana jika dia ada masalah dan dia tidak bisa mengatakannya?" Katya memang sensitif soal masalah seperti ini.

Adrian memegang pundak Katya. "Dia akan baik-baik saja, Katya Devilous Shaman."

Dia akan baik-baik saja. Freya selama ini memang tidak bisa menanggung beban pikirannya seorang diri, suatu saat pasti dia akan menceritakan semuanya kepada orang-orang yang dia percaya.

Katya memutuskan untuk pergi masuk ke kamarnya. Meninggalkan Adrian yang entah pikirannya sedang kemana saat itu, ya, Adrian adalah tipikal orang pintar yang pikirannya bisa pergi kemana-mana meninggalkan raganya, kalau lagu zaman sekarang seperti, like your body's in the room but you're not really there.

Katya mengunci pintunya rapat-rapat. Sepertinya di akan tidur.

Katya tak sengaja menyentuh sebuah lampu meja yang mati. Kabelnya memang sudah rusak dan sejak dulu, Katya malas untuk membuangnya.

Lampu itu seketika hidup saat gagangnya bersentuhan dengan kelingking Katya. Dengan perasaan terkejut, Katya kembali mundur, menoleh ke arah lampu tersebut.

Saat Katya kembali menyentuh lampu itu dengan tangannya, lampu itu kembali mati, seperti tangan Katya yang menyerap listriknya.

Percikan-percikan listrik muncul di tangan Katya, membuatnya heran akan dirinya sendiri.

"Apa yang terjadi?"

***

Selama seharian ini, Katya mengunci dirinya di dalam kamar. Katya penasaran dengan apa yang sebenarnya terjadi beberapa jam yang lalu. Katya seperti sedang ber-eksperimen dengan dirinya sendiri.

Dan, coba kalian bayangkan sendiri, Katya bisa membuat pusaran angin, hujan es—bukan, Katya bisa membuat badai, lebih tepatnya, dia menguasainya.

Sepertinya semuanya berawal sejak badai aneh tersebut. Tapi, satu pertanyaan muncul di benak Katya seketika, pertanyaan yang sepertinya terlalu jauh, kenapa harus dia yang dipilih?

Secara biologis, dia bukanlah keturunan dari orang yang berpengaruh. Darah di dalam tubuhnya bukan darah kerajaan atau apalah, dia hanyalah gadis biasa.

Gadis biasa. Pernyataan itu mengganjal di hatinya, seperti pernyataan yang salah. Semua yang terjadi selama ini, seperti pengusiran yang dilakukan oleh orang tuanya kepada Katya, seperti ada yang aneh dengan semua itu, seperti ada sesuatu yang disembunyikan dari diri Katya selama ini.

Semua pikiran itu buyar ketika Adrian mengetuk pintunya dengan sangat keras. Membuat Katya sedikit terperanjat saat mendengarnya pertama kali.

Dengan sedikit terburu-buru, Katya membukakan pintu kamarnya. Dia bisa melihat kecemasan yang terpampang jelas di muka Adrian.

"Ada apa, Ad?" tanya Katya yang ikut panik.

"Freya," Adrian terdiam selama sepersekian detik. "Kau sebaiknya lihat sendiri."

Langkah Katya mengekor di belakang Adrian. Freya, Freya, Freya, apa yang sebenarnya terjadi dengannya?

"Freya!" Katya berteriak kalut.

Freya balas menatap Katya dengan tajam. "Kita tidak punya waktu untuk membahas tentang hal ini sekarang," Freya menoleh ke arah Adrian. "Ad, kau bisa melihatnya, 'kan?"

Adrian terdiam sejenak, terkesiap. Pandangannya kosong tapi di matanya, Katya bisa melihat sesuatu. Saat dia kembali tersadar, Adrian hampir terjatuh.

"Sial."

Dan, sekarang, Katya yang bingung. Freya dan Adrian seperti mengerti dan melihat sesuatu, hanya Katya yang tidak memahaminya. Dia merasa tidak berguna. Tetap saja, Katya langsung mengemas seluruh barangnya, dia tidak ingin diam saja.

Bulu kuduknya merinding ketika melihat lampu kristal yang tergantung di langit-langit mulai redup dan bergoyang.

Freya telah memerintahkan semua orang untuk pulang ke rumah sejak fajar menyingsing tadi, tersisa mereka bertiga di rumah itu.

Dan, lampu tersebut akhirnya jatuh dari langit-langit rumah. Adrian dengan cepat menarik Katya yang entah mengapa mematung di bawah lampu kristal tersebut.

"Sial."

Sebelum kedua temannya menyadari, Freya segera melemparkan dua pisau yang tepat menancap ke punggung dan kepala seseorang.

Dengan cepat, Katya segera bergerak, memutari bangkai lampu kristal yang meninggalkan pecahan kaca kecil yang membuat semua orang harus berhati-hati saat bergerak.

Katya menyetrum seluruh orang yang menghalanginya dengan petir, dan, yah, setidaknya, setruman petir berhasil untuk melumpuhkan mereka.

Adrian melompat kesana kemari, melemparkan pisau dan juga memanipulasi para pemburu itu, membuat mereka terjebak dalam ilusi dan pikiran mereka sendiri.

Seketika, rumah Freya menjadi kapal pecah, banyak tubuh dan benda dimana-mana. Sebuah pertarungan yang lumayan ikonik telah terjadi.

Setelah semua kehancuran dan kerusuhan itu selesai ditangani. Perlahan-lahan, mereka mendengar suara tembok yang mulai bergetar.

"Ini jebakan!" seru Freya. Untungnya mereka masih sempat menyambar koper mereka masing-masing, membawa barang mereka pergi sebelum rumah mewah itu roboh, hancur tak bersisa.

Liburan mereka hancur total. Katya bersyukur Rhino dan Julia tidak menginap di rumah Freya, harusnya mereka sedang bersenang-senang di vila sekarang.

Dan, beruntungnya, mereka masih memiliki mobil yang tersisa disana. Sebuah Rolls Royce yang harusnya cukup untuk mereka berempat.

Adrian mengajak mereka pergi dengan mobil itu. Setidaknya, menyelamatkan diri terlebih dahulu.

"Adrian, kau punya SIM?" tanya Katya, khawatir jika nanti-nanti terjadi sesuatu.

"Sudahlah, jangan tanyakan hal tersebut."

Tepat sebelum mobil bergerak dari tempatnya, Freya yang duduk sendirian di kursi belakang bisa melihat sepasang mata merah yang menyala dan berpendar menatap mereka dari puing-puing rumahnya yang runtuh. Sepasang mata yang mengawasi semuanya, dan, sepertinya, hal itu bukan pertanda yang baik. []