Dinavia.
Simbol Kedamaian segala ras yang ada.
Selepas Perang kedua berakhir, Dinavia telah menerima banyak kerusakan yang terjadi atas keegoisan tiap makhluk hidup demi kekuasaan abadi. Sampai, para Dewa dan Dewi diatas Langit menuntun Para Pahlawan Dinavia untuk turun kebawah, dimana merekalah yang akan menuntun makhluk hidup menuju kedamaian yang diinginkan.
Mereka jugalah yang membagi Dinavia menjadi empat Benua, dimana masing-masing Pahlawan mengatur wilayah di tiap Benua untuk menjaga Perdamaian antar ras yang ada.
Tetapi, itu semua belum cukup.
Pahlawan paling terkuat menerima titah dimana ia harus membangun sebuah Kekaisaran agar kelak dimasa depan, ada keturunan selanjutnya yang bisa menuntun makhluk hidup selepas kematiannya.
Namun, para Pahlawan telah melakukan Pelatihan Spiritual Haea, dimana mereka telah sampai ke tahap Legendaris kedua --Kekuataan Suci yang menyerupai kekuataan para Dewa.
Karena itulah, mereka telah mendapatkan keabadian dan darah yang kuat dimiliki Pahlawan terkuat telah membuatnya tidak bisa memiliki seorang anak dari wanita manapun.
Sebaliknya, para Pahlawan yang berada dibawah kekuataannya bisa mendapatkan seorang anak dari istri-istri pilihannya. Salah satu Pahlawan terkuat nomor dua, memiliki seorang Putri cantik yang disebut [Berkah Suci Haea Yang Indah] karena memiliki kecantikan luar biasa dan seseorang yang telah mencapai tahap ketujuh [Dasar Utama Spiritual Haea].
Umumnya, para makhluk hidup yang ada di Dinavia selain para Pahlawan yang memiliki darah Setengah Dewa, hanya bisa mencapai tahap lima atau tujuh [Dasar Utama Spiritual Haea] ketika sudah mencapai usia 20 tahun. Namun, sang Putri [Berkah Suci Haea Yang Indah] berhasil mencapai tahap tujuh [Dasar Utama Spiritual Haea] di usianya yang ke-15 tahun.
Bisa dikatakan, dia adalah Putri berbakat yang diberikan berkah begitu indah dari para Dewa dan Dewi diatas Langit.
Putri Palixena Quasdinity --sang [Berkah Suci Haea Yang Indah].
...
...
...
—[ Dinavia, Benua Teran, Kerajaan Quasdinity.
"Ack, benar-benar mengesalkan, seharusnya hari ini aku bisa menghabiskan waktu bersama para Istri-istri ku tanpa gangguan. Tetapi, dia malah memanggilku kemari hanya untuk membahas masalah Kekaisaran. Dia kan seharusnya bisa menyelesaikan sendiri!" gerutunya di sepanjang perjalanan menuju Ruang kerja teman dekatnya, beberapa bawahan yang menuntun jalan tampak memilih diam.
Sampai ia melewati arena tempat Pelatihan di Kerajaan Quasdinity, sebuah suara layaknya seseorang sedang berlatih pedang tampak terdengar jelas hingga mengalihkan perhatian mereka semua yang ada disana.
— PAK!
— HYAAT!!
— KREK!
Langkah kakinya tampak berhenti diikuti bawahan yang ada dibelakangnya. "Yang Mulia, apakah ada sesuatu yang menganggu anda?" tanya tangan kanannya dengan hati-hati. Pandangan tuannya tampak tertuju pada seorang gadis mungil yang baru saja menebas boneka jerami dihadapannya dengan pedang kayu.
Nafas sang gadis tampak terengah-engah sebelum akhirnya mengusap keringat yang keluar disekitar rambut putih berkilaunya. Seorang pelayan menghampiri dirinya untuk memberikan lap dan sebuah air untuk diminum.
"Bukankah itu sang Putri .. ?"
"Benar, tetapi mengapa ia berlatih pedang, bukankah pedang hanya bisa digunakan seorang lelaki?"
"Kau tahu rumor sang Putri yang berambisi ingin seperti Yang Mulia Raja?"
"Bukankah itu berarti ia akan melakukan pemberontakan .. ?"
Tangan kanan lelaki itu tampak khawatir dan memandang tuannya dengan hati-hati, "Yang Mulia, bagaimana jika kita-"
"Rail," potongnya dengan mata yang tertuju pada sang putri cantik yang sedang minum. "Apakah ia adalah Putri yang disebut sebagai [Berkah Suci Haea Yang Indah]?"
Bawahannya tampak menatapnya binggung. "Benar, Yang Mulia. Ia adalah Putri Palixena Quasdinity yang disebut sebagai [Berkah Suci Haea Yang Indah]." Sang tuan tampak tersenyum misterius dan segera berjalan menuju sang Putri berada, membuat para bawahan termasuk tangan kanannya --Rail kebingungan.
"Yang Mulia Raja .. !"
Palixena yang baru saja meletakkan gelasnya, mendapati seorang lelaki tinggi bertubuh besar menghampiri dirinya dengan senyum merekah diwajah tampannya. "Putri Palixena, kah?"
'Siapa dia?'
"Anda benar, sayalah Putri Palixena. Ada urusan apa menghampiri saya, Tuan?" tanyanya dengan nada tegas. Tangan kanannya --Rail berlari mendekati sang Putri dan tuannya dengan terburu-buru. "Tuan Putri .. !"
Putri Palixena menoleh kearahnya dengan tanda tanya, "Bukankah anda seharusnya memberi salam pada Yang Mulia Raja Xolimatisic dengan hormat?"
"Raja .. maksudnya, anda adalah seorang Raja?" gumam Putri Palixena. Di Dinavia, umumnya seorang anak perempuan akan diperkenalkan ke seluruh dunia ketika usianya mencapai 16 tahun, melalui Upacara Kedewasaan yang diadakan tiap Kerajaan. Sampai upacara tiba, anak perempuan diharuskan menetap dirumahnya dan dilarang keluar untuk menghindari rumor tidak berarti.
Sementara anak lelaki akan mencapai kedewasannya di usia 17 tahun, mereka diperbolehkan keluar rumah dari usia manapun untuk berlatih menggunakan senjata atau bersekolah demi mendapatkan pekerjaan di usia kedewasaannya kelak. Untuk itulah, anak-anak perempuan termasuk Putri Palixena bukan hal yang mengejutkan untuk tidak tahu orang-orang hebat seperti Raja yang ada dihadapannya.
Tetapi, rasanya agak aneh karena beberapa anak perempuan yang telah dewasa suka membicarakan sosok Pahlawan sepertinya, apalagi rumor Raja Xolimatisic disebut sebagai lelaki paling tampan diantara para Pahlawan Setengah Dewa sudah sering terdengar. Seharusnya, meskipun Putri Palixena belum dewasa, ia telah mendengar rumor tentang sang Raja ..
"Maafkan saya karena berlaku tidak sopan," ujarnya tampak menunduk. "Kehormatan untuk Yang Mulia Raja Xolimatisic, semoga Berkah Haea yang Suci selalu menyertai, Yang Mulia sekalian." Setelahnya ia kembali menegakkan tubuhnya.
"Hahaha, tidak apa-apa kok. Saya menerima salam anda yang sedikit terlambat," balasnya dengan ramah. "Saya lihat anda baru saja berlatih Pedang, itu sedikit mengejutkan untuk seorang perempuan melakukan pekerjaan melelahkan yang seharusnya dilakukan para lelaki."
Palixena menjawab dengan wajah tanpa ekspresi lebih, "Anda benar, sayangnya saya tidak menganggap permainan ini sebagai pekerjaan melelahkan. Saya menyukai sesuatu yang terlihat menantang seperti ini."
Lelaki itu tampak terkekeh mendengar jawaban darinya, "Anda cukup menarik yah. Berapa usia anda?"
"Saat ini masih 15 tahun, tiga bulan lagi saya akan mencapai usia dewasa, Tuan."
"Begitu yah," balasnya dengan riang. "Saya sangat menantikan hari itu tiba, karena sepertinya anda adalah perempuan menarik yang baru saya lihat untuk kali pertama."
Mata biru laut Palixena tampak memandang tajam kearahnya. "Apa maksud anda mengatakan seperti itu?"
Dia berdehem, "Tidak ada maksud lebih. Anda tahu, ini adalah kehormatan karena dipuji seorang Pahlawan seperti saya. Seharusnya anda merasa senang karena diberi perhatian seperti ini oleh saya."
"Saya tidak membutuhkan perhatian lebih dari anda, karena perhatian saya sudah lebih dari cukup untuk dinikmati saat ini," balasnya ketus. Rail yang ada di dekat sang Raja menegurnya dengan geram, "Putri Palixena! Anda seharusnya menjaga suara untuk lebih menghormati Yang Mulia Raja!"
"Rail berhenti disitu." Lelaki itu tampak melirik tangan kanannya sebelum beralih pada Palixena. "Putri, kita akan kembali bertemu di Upacara Kedewasaan anda tiga bulan lagi." Dia lalu berbalik bersama Rail, sementara itu Putri Palixena mengangkat pedang kayunya yang kini dilapisi Haea cahaya khas Keluarga Kerajaan Quasdinity.
Dia melempar serangan tersebut kearah sang Raja dengan geram. "Simpan waktu anda, karena saya tidak sudi menerima perhatian lebih dari lelaki seperti anda!" Serangan itu tampak hancur karena petir biru baru saja muncul untuk memblokir serangan tersebut.
Rail terkejut dan langsung menanyakan kondisi tuannya. "Rail, kau berisik." Mata aqua milik Sang Raja tampak bercahaya dan melirik kearah sang Putri yang ada dibelakangnya. "Putri Palixena, .. "
"Anda benar-benar perempuan paling berbeda yang saya temui."
'Perempuan menarik. Aku ingin sekali memilikinya.' batinnya.
Setelah itu sang Raja pergi tanpa membalas perilaku tidak sopan Putri Palixena. Palixena semakin geram dan membanting pedang kayunya ketanah.
"Beraninya, beraninya ia memandangku begitu!" keluhnya dengan dendam. "Lihat saja nanti, ketika aku mencapai tahap Legendaris, orang pertama yang kubunuh haruslah ia!"
"Bajingan, bisa-bisanya dia tertarik pada seorang anak yang bahkan belum mencapai usia kedewasannya! Sialan! Lelaki sialan!"