Butuh 4 jam untuk pengangkatan kista tersebut dan sekarang sudah selesai dilakukan, namun Tiara masih belum juga sadar setelah dipindahkan keruangannya, ketiga sahabatnya bersyukur Tiara bisa melewati operasi itu dengan selamat.
Keesokan paginya saat Tiara sudah sadar mereka semua berkumpul untuk menunggu keputusan dokter setelah melakukan tindakan operasi tersebut sekarang apalagi solusinya agar penyakit itu tak balik lagi.
"Selamat pagi,
Tiara kau sudah bangun? Bagaimana keadaanmu Apa yang kau rasakan? "
"Badanku terasa lemah dokter dan perutku sakit"
"Iya semalam kau kekurangan darah makanya kami tambahkan dua kantong darah, dan perutmu mungkin sebentar lagi bius anastesinya akan habis jadi akan terasa lebih sakit, tapi kau tenang saja nanti akan aku beri obat pereda rasa sakit agar lukamu cepat kering, jangan mandi dulu ya"
"Oke, baiklah sekarang aku akan keintinya, aku ingin memberitahu bahwa operasi ini hanya mengatasi namun tidak dapat menyembuhkan untuk masalah datang bulanmu, bulan ini akan lancar namun untuk bulan-bulan berikutnya akan kembali membentuk massa kista yang perkembangannya 2x lebih cepat dari yang sebelumnya untuk itu kita perlu mengatasinya...
Aku hanya mempunyai satu opsi, namun aku mempunyai solusi agar kau tak mengambil opsi tersebut"
"Kenapa dok? " Olivia yang bertanya namun Dokter kembali tak menggubris walaupun mendengarnya
"Biarkan Temanmu mendengarkan lenjelasanku dulu!" ucap Dokter itu tak ingin dipotong
"Kau harus melakukan suntik endrolin selama 6bulan berturut-turut sebanyak 6kali untuk memperlambat perkembangannya Tiara, Solusinya agar kau tidak mengulangi hal itu terus menerus, kita tidak mungkin melakukan operasi jika terjadi pembengkakan lagi, kemungkinan terjadinya kanker juga sangat kuat 70%, tapi semua itu tidak akan terjadi jika kau mampu mengatasi hormone, dan hanya ada satu cara untuk mengatasinya,,, "
sang dokterpun menjeda ucapannya
Mereka berempat sudah mempersiapkan Kuping mereka dengan baik
"yaitu dengan sebuah kehamilan"
Tentu keempat gadis itu terkejut tak terkecuali Tiara sebagai tokoh utama dalam bahan pembicaraan mereka.
Begitu banyak keuntungan yang kau dapatkan jika kau menikah dan hamil, hormonmu akan teratur, Rahimmu yang hanya tinggal satu itu akan diisi bayi dan bukan Kista selama 9 bukan kedepan, dan setelah kau melahirkan normal, datang bulanmu tentu juga akan lancar sehingga penyakit itupun takkan menghantuimu lagi dikemudian hari
Dan kesempatanmu untuk bisa hamil hanya dalam satu bulan ini Tiara, Karena jika bulan depan kau tidak mengisi rahimmu dengan bayi maka darah kotor menstruasi mu itu akan membentuk tumor kembali, sebaliknya jika kau hamil darah itu hanya membentuk bayi yang ada dalam kandunganmu"
"Hal ini menjadi begitu serius dokter" jawab gadis itu karena ia sendiri tidak tahu harus bagaimana
"Bayi? " Lirihnya
"Hamil?" sambung Olivia
"Melahirkan?" Julia pun ikut bergumam
"Tiara?"Jenifer seolah berpikir hal itu tak mungkin
Keempat gadis itu menggeleng kompak tidak mungkin Tiara dapat melakukan metode pengobatan seperti itu, menurut mereka.
"Apa tidak ada pilihan lain dok? "
pertanyaan yang ada di otak Jenifer itu disampaikan oleh kakaknya Julia namun sayang Dokter tersebut hanya menjawabnya dengan celengan kepala.
"Apa untuk bayinya tudak bisa dilakukan secara inseminasi saja dok? " Tiara mulai bertanya
"Memangnya ada yang salah dengan cara yang Natural?"
tanya Dokter itu lembut
"Kau memiliki trauma atau? "
tanya dokter itu lebih lanjut
Ketiga sahabatnya ikutan melongo mendengarkan pernyataan dokter tersebut.
"Tentu tidak! Aku gadis yang normal dokter dan tidak memiliki trauma apapun, bukan begitu, hanya saja, aku belum siap untuk melakukannya"
"Sejujurnya tubuhmu sangat sehat, hanya saja kesialan terjadi pada organ reproduksi mu yang disebabkan oleh hormone dan asal kau tau metode pengobatan dengan kehamilan ini adalah jalan terbaik bagimu untuk sembuh dari endometriosis yang dan nantinya bisa terus berkembang menjadi kanker ovarium, Kau masih sangat muda setidaknya belum saatnya kau pergi meninggalkan dunia ini" tidak ada lagi celah untuk Tiara berspekulasi, ia tertahan dengan kata 'harus'
Dokter itupun keluar setelah ia anggap Tiara mengerti dengan ucapannya.
Ketiga sahabatnya itu langsung memeluknya
"Aku harus bagaimana, apa yang harus aku katakan pada Ayah dan Ibu dikampung jika harus berhenti kuliah untuk menjalani ini semua" isaknya
"Kau tenang saja kita akan mencoba hadapi hal ini bersama tanpa harus memberitahukannya kepada kedua orangtuamu dan kau tidak harus sampai putus kuliah untuk menjalani hal ini, tapi tolong lakukan satu hal yaitu kau harus rela melakukan apa saja demi kesembuhanmu hm" ucap Julia yang entah memiliki ide apa dikepalanya
"Tapi dengan siapa aku akan menikah untuk bisa hamil dalam waktu sesingkat itu?"
Tiara mulai merasa frustasi
"Siapa bilang kau harus hamil?" ucap Julia lagi
"Lalu apa maksudmu?"
tanya Tiara yang mulai curiga dengan ide gila sahabatnya itu.
"Kau punya ide apa memangnya?"
tanya Jenifer
"Aku akan beritahu jika ini berhasil" jawabnya
"jangan macam-macam Julia" ucap Olivia
Keesokan harinya mereka telah kembali ke asrama membawa pulang Tiara yang masih dalam masa penyembuhan pasca operasi..
"Jenifer apa kau memiliki nomer Bryan?" tanya Julia pada adiknya yang akan mulai dengan rencananya tersebut
"Bryan yang selalu mengejar-ngejarku dikampus? "
Julia dan juga Olivia memutar mata jengah
" Iya yang itu memangnya kau kenal Bryan yang mana lagi? " celetuk Olivia
"Sebentar aku cari dulu, sepertinya ada"
Jenifer tengah sibuk menscrolling kontak di hp-nya dan akhirnya ketemu juga kontak Si Bryan.
"Eh tapi untuk apa dulu ya? "
tanya Jennie sebelum menyebutkan nomernya
"untuk Tiara" jawab Julia langsung merebut handphone tersebut.
"Maksudnya? Si Bryan kan sukanya sama aku kenapa malah dikasih ke Tiara?
"Apa mereka akan buat bayi bersama? "
Olivia malah makin jadi memanasi Jenifer yang awalnya tidak suka pada Bryan namun kini ia tak ingin pria itu dimiliki oleh wanita lain.
Julia menghindar dari Jenifer dan juga Olivia untuk menghubungi Bryan dengan handphonenya itu.
Tak lama Tiara keluar dari Kamarnya setelah tubuhnya merasa lebih baik, ia baru saja terbangun dari tidurnya setelah minum obat tadi ia mengantuk
"Bryan..."
"Julia? aku pikir Jenifer, ada apa? "
"Apa kau mempunyai nomernya Felix?
"Minta sendiri saja kebetulan dia sedang berada disebelahku sekarang" Bryan memberikan handphonenya kepada Felix.
"Felix bolehkah aku meminta nomermu untuk Tiara?" ucap Julia to the point
"Benarkah? Bukankah dulu kau yang selalu melarang ku untuk mendekatinya?
"Tiara yang minta"
Felix langsung mengirimkan pesan yang berisikan nomernya melalui hanpdhone Bryan ke handphonenya Jenifer
" Hm, Apa Leo juga ada disana?" tanya Julia setelahnya
"Sepertinya dia dikamar, ada yang ingin kau sampaikan padanya? Atau perlu aku panggilkan?
"Eum, katakan padanya bahwa aku ingin bertemu nanti sore ditempat biasa"
"Baiklah akan aku sampaikan"
Tuttt- telpon ditutup
"Bro, Julia ingin bertemu denganmu, nanti sore ditempat biasa katanya"
beritahu Felix sembari mengembalikan handphone Bryan dikamarnya sambil berteriak kepada Leo yang berada disebelah kamar Bryan.
"Tempat biasa itu dimana Bro"
Bryanpun ikut mengejek dari kamarnya
.
.
.