Amm tengah dalam perjalanan kembali, tetapi pikirannya masih teringat pertemuan bersama dengan Hans membuat wanita itu kini berada di salah satu parkiran Jenju Diskotik. Entah apa yang dipikirkan olehnya, sampai ia berada di tempat parkir.
Helaan napas terdengar gusar saat ia membuka pintu mobil lamborgini miliknya. Seorang pria mendekat, tetapi ditolak olehnya.
Gemerlap malam, terlihat sangat jelas saat ia masuk ke dalam. Musik yang terlihat di sana, begitu memekak telinga tetapi tidak mengurungkan niat Amm untuk pergi, ia malah masuk lebih dalam menuju meja bartender.
Amm duduk sambil memesan bir, bartender yang berada di sana melirik ke arahnya saat melihat wanita yang telah duduk di hadapannya saat ini. Raut wajah yang begitu sulit dijelaskan membuat pria itu menebak jika Amm baru saja putus cinta.
"Jangan terlalu dipikirkan pria yang telah mencampakanmu," ucap lirih bartender saat memberikan minuman membuat Amm mengerutkan kening dan menatap ke arah pria itu. "Aku sudah mendengar begitu banyak cerita oleh wanita-wanita yang sering datang ke tempat ini, mereka semua dicampakan," tambah pria itu.
Amm memperhatikan lebih jelas pria di hadapannya itu. Ia bisa menebak jika pria itu berusia tidak jauh darinya, wajah yang cukup tampan, pakaian rapi.
"Kau cantik. Kau terlihat wanita yang cerdas dan berpendidikan tinggi. Pria yang meninggalkanmu, pasti akan menyesal telah mencampakanmu," ucap pria itu membuat Amm tersenyum.
"Apa menurutmu begitu?" tanya Amm meneguk bir miliknya.
"Ya. Bahkan banyak pria yang akan mengantri, salah satunya seperti mereka," ucap pria itu sambil mengalihkan pandangannya ke beberapa pria yang sejak tadi melihat ke arah Amm.
Amm terkekeh sambil kembali meneguk bir miliknya sampai habis membuat bartender itu mengerutkan kening, apalagi saat Amm meminta agar gelasnya kembali di isi.
"Amm Keola," ucap Amm memperkenalkan namanya, tidak lupa mengulurkan tangan untuk berkenalan dengan pria di hadapannya itu.
"Mike Diaz." Pria itu pun tidak ragu mengatakan namanya.
"Apa nama asli, atau nama samaran?" tanya Amm membuat pria itu terkekeh.
"Nama asli, dan hanya kau yang mengetahui nama itu," jawab pria itu.
Amm menganggukan kepalanya. "Berikan padaku minuman yang terbaik di sini," seru Amm.
Setelah bekenalan, tidak ada percakapan yang terjadi di antara keduanya, karena Mike cukup sibuk melayani pelanggan yang mulai berdatangan. Berbeda dengan Amm, ia mulai didekati oleh beberapa pria tetapi ia selalu menolak. Ia tidak membutuhkan siapapun untuk menemaninya minum.
Berbeda dengan Amm yang tengah menghilangkan pikirannya bertemu dengan Hans, Java Lee saat ini tengah kesal setelah makan malam dengan Kavin, ia tidak percaya jika dirinya harus mencari jawaban dari pertanyaannya.
Java meregangkan dasi yang dipakai olehnya setelah memastikan Kavin telah pergi.
"Sialan! Berani sekali pria itu mempermainkanku," umpat Java Lee menegak wine miliknya.
Seon hanya bisa mengangkat alis melihat Java yang begitu kesal. "Bukankah kau mengundangnya makan untuk berdamai dan membicarakan alasanmu membatalkan—"
"Apa kau tidak bisa melihat wajahnya yang tengah mengejekku?" tanya Java melihat ke arah Seon. "Dia tengah mengejekku, Seon," tambah Java Lee.
"Tapi dia mengatakan, dia bukan pelaku yang membuat harga saham kita turun," ucap Seon membuat Java kembali ingat kalimat terakhir Kavin sebelum pergi.
Java menghela napas kasar sambil kembali menegak wine. "Cari tahu, apa yang dimaksud pria itu," titah Java sambil beranjak dari tempat duduknya.
"Kau akan pulang?" tanya Seon menghentikan langkah kaki Java.
"Tidak, aku ingin mencari udara segar," ucap Java pergi dari sana membuat Seon mengerutkan kening.
"Udara segar?" gumam Seon pelan, ia melangkah ke kasir untuk membayar seluruh tagihan makan malam Java.
Pikiran yang begitu kesal membuat Java Lee memilih untuk ke bar, ia ingin menenangkan pikirannya. Hari ini cukup berat untuknya, pagi yang harus disambut dengan artikel serta harga saham menurun membuatnya begitu kesal.
"Sialan! Aku akan menemukan siapa yang kau maksud," umpat Java Lee sambil memarkirkan mobil miliknya.
Kini, ia telah berada di parkiran Jenju Diskotik. Beberapa wanita mulai menyapanya saat ia masuk ke dalam, tetapi Java bukan pria yang mudah disentuh oleh wanita.
Manegar bahkan memperingati wanita yang berusaha untuk mendekati Java agar menjauh dan tidak lagi mendekat. Sebagai salah satu tamu VIP, mereka sangat tahu tentang aturan yang diberikan oleh Java.
Ia memesan kursi yang cukup sulit untuk dilihat karena tidak memiliki penerang.
Seorang pelayan wanita datang mengantarkan minuman yang dipesannya. Wanita itu berusaha untuk mendapatkan perhatian Java membuat pria itu melirik ke arahnya, tetapi beberapa saat kemudian menatap dingin.
"Pergilah. Aku tidak tertarik padamu," ucap Java memberikan peringatan.
Walaupun dilarang untuk mendekati Java, tetapi mereka tetap ingin berusaha mendapatkan perhatian pria itu, sebagai pelanggan VIP wajah Java pun menjadi daya tarik tersendiri, bahkan mereka mengetahui jika pria itu adalah pemilik perusahaan Yvhan, membuat mereka menginginkannya.
Saat tengah menuangkan bir di gelas, matanya tertuju pada wanita yang berada di meja bartender. "Amm Keola?" gumamnya. Java meletakan botol bir dan mencoba untuk mengenali wanita itu, saat ia merasa apa yang dilihatnya benar,
"Apa yang dia lakukan di sini?" tanya Java penasaran. Saat seorang pelayan wanita lewat ia menghentikannya. "Wanita itu, sudah berapa lama di sini?" tanya Java membuat pelayan itu sedikit kesal. "Sudah berapa lama dia di sini?" tanya Java dengan nada tegas.
"Sekitar satu jam," jawab pelayan itu kemudian pergi dari dari hadapan Java.
Ada guratan senyum dibibir Java, ia tidak percaya jika akan bertemu dengan wanita itu di tempat yang sangat begitu tidak tepat untuk sebuah pertemuan romantic. Java mengusap dagu sambil memperhatikan Amm dari kejauhan, ia bahkan meminta sebuah kursi, agar bisa melihat wajah wanita itu dengan jelas.
Walaupun sedang menikmati wine miliknya tetapi Java masih tetap memperhatikan Amm dari kejauhan, dia begitu menginginkan Amm yang selalu menolak tawarannya. Jelas penolakan itu membuatnya begitu tertantang untuk memiliki Amm. Bagaimana pun caranya, dia telah menandai Amm sebagai miliknya.
Beberapa pria yang mendekati Amm membuatnya menatap tajam, ia tidak suka jika ada pria yang mendekati wanita yang ditaksirnya. Ia yang sejak tadi diam, mulai beranjak dari tempat duduk dan turun saat seorang pria berniat jahat pada Amm. Java tidak sempat menghentikan Amm untuk tidak meminum bir yang dicampur dengan obat.
"Singkirkan tangan kotormu darinya," titah Java. "Kubilang singkirkan tanganmu," titahnya lagi. Namun, peringatan itu tidak di dengar oleh pria yang berniat mencelakai Amm membuat Java melayangkan satu pukulan. "Kubilang singkirkan tangan kotormu itu," geram Java.