"Sepertinya dia hanya sendiri," seru seorang pria kepada kedua temannya, sambil menunjuk ke arah Anna yang tengah duduk sendiri. Mereka saling berpandangan satu sama lain, isi pikiran mereka sama! Ingin membuat sesuatu yang tidak baik pada Anna.
Tatapan yang begitu menginginkan sesuatu pada seorang wanita yang tengah menyendiri, jelas pikiran mereka begitu kotor terhadap Anna.
"Hai, lagi sendiri? Butuh teman?" Anna melihat ke arah pria yang tengah mengajaknya bicara itu.
"Pergilah. Aku tidak tertarik padamu," ucap Anna mengusir.
Salah satu dari mereka mendekat ke arah Anna tanpa wanita itu sadari jika dia tengah dalam bahaya, untung saja Regan yang tengah berada di lantai atas melihat apa yang dilakukan oleh pria itu, membuatnya bergegas turun untuk mencegah Anna untuk tidak meminum bir di gelasnya.
Namun, ia terlambat karena Anna segera menegak bir itu sampai habis. "Mike … berikan aku lagi," seru Anna sambil menyodorkan gelasnya.
"Kau terlalu banyak minum," ucap Mike menolak untuk memberikan minuman lebih untuk Anna.
Tidak menunggu waktu lama, obat yang diberikan oleh pria misterius itu mulai bekerja membuat kepala Anna terasa pusing, ia mencoba mengelengkan kepala untuk menghilangkan rasa pusing. Namun, rasa pusing itu bukan hilang melainkan semakin bertambah.
"Kau tidak apa-apa?" Pria misterius bertanya membuat Anna melirik ke arahnya, kemudian menganggukan kepala. "Sepertinya kau tidak baik-baik saja, deh." Pria itu mencoba untuk mengambil kesempatan dengan meletakan tangannya dibahu Anna, tetapi tangannya seketika ditapik oleh Anna.
Namun, pria itu masih tetap berusaha membuat Regan emosi.
"Singkirkan tangan kotormu darinya," titah Regan membuat pria itu membalikan tubuhnya melihat siapa yang tengah berbicara padanya. Tatapan, yang tidak menyukai diperlihatkan oleh pria itu pada Regan karena menurutnya Regan telah menganggu. "Kubilang singkirkan tanganmu," titahnya lagi. Namun, peringatan itu tidak di dengar oleh pria yang berniat mencelakai Anna membuat Regan melayangkan satu pukulan. "Kubilang singkirkan tangan kotormu itu," geram Regan.
Emosinya meluap seketika, apalagi pria itu begitu berani menganggu wanita yang ditaksirnya, dan ingin berbuat jahat padanya.
Bukh!
Satu pukulan membuat pria itu terjungkal ke belakang, tidak hanya itu saja sudut bibir pria itu mengeluarkan darah. Semua orang melihat ke arah Regan yang telah memukul pria itu, sedangkan teman-teman pria misterius mulai mendekat dan menolong temannya.
"Apa yang kau lakukan?" tanya pria itu sambil berusaha untuk berdiri.
"Kau masih bertanya, apa yang sudah kau lakukan? Apa aku harus mengatakannya memperjelaskan perbuatanmu? Ah, sepertinya perbuatan kalian bertiga," ucap Regan membuat Mike yang berada di sana terkejut. Ia mengerutkan kening, Mike sama sekali tidak mengerti apa yang dikatakan oleh asing yang tiba-tiba datang itu.
"Aku tidak mengerti apa yang kau maksud. Datang-datang main pukul," ucap pria itu sambil menyeka darah yang berada di sudut bibirnya.
Regan merasa ingin memberikan satu pukulan lagi padanya, tetapi ia mengurungkan niat, ia melihat ke arah Anna yang mulai tidak sadarkan diri dengan membaringkan wajahnya di meja.
Pria itu merasa kesal saat Regan mengabaikannya, saat ia berbicara.
"Sialan pria ini. Apa dia berani mengabaikanku?" tanyanya pada teman-temannya. "Apa dia tidak tahu, siapa aku?" tanya pria itu membuat Regan kembali melihat ke arahnya.
Tatapannya begitu dingin. "Kau bisa menjaganya sebentar?" tanya Regan pada Mike membuat pria itu menganggukan kepala.
Merasa diabaikan membuat pria itu marah, dan ingin memukul Regan tetapi serangannya tidak kena karena Regan menghindar. "Memangnya aku harus tahu, kau siapa? aku bahkan tidak punya waktu mengetahui tentangmu. Apa kau seseorang yang penting?"
Perkataan membuat pria itu merasa terhina, tidak ada yang berani padanya. "Sialan. Kau ingin main-main denganku?" geram pria itu dengan kesal. "Apa yang kalian lakukan? Tidak membantuku?" tanya pria itun membuat semua temannya mencoba untuk memukul Regan.
Namun, Regan bukan lawan untuk mereka, sangat mudah untuk melumpuhkan mereka berdua. Perkelahian tidak bisa dihindarkan, membuat beberapa bagian ruangan itu rusak. Bahkan security datang untuk menghentikan perkelahian mereka. Semua mata tertuju pada mereka, tetapi tidak diperdulikan.
Saat Regan merasa telah memberikan pelajaran pada para ingin mencelakai Anna, Regan segera mengendong Anna, tetapi di tahan oleh Mike membuat Regan menatap tajam ke arahnya.
"Apa kau juga berteman dengan mereka?" tanya Regan dengan dingin membuat Mike tidak berani mencegah Regan mengendong Anna.
Dari arah kejauhan terlihat Seon yang tergesa-gesa datang, ia sangat terkejut saat melihat kondisi Regan yang begitu acak-acakan, tidak hanya itu keterkejutannya bertambah saat melihat tiga pria yang telah babak belur.
"Apa yang kau lakukan?" tanya Seon tetapi tidak dijawab oleh Regan, pria itu malah melangkah pergi. Namun, Regan menghentikan langkah kakinya dan membalikan badannya.
"Biar saja mereka!" ucap Regan membuat Seon menatapnya kesal.
"B-biar—"
"Kau bawa mobil 'kan? Antarkan aku ke penthouse," ucap Regan kemudian meninggalkan Seon yang tengah mematung.
Setelah membuat kekacaun di bar, bos-nya itu membuatnya sakit kepala. Security menahan Seon, membuatnya sedikit tertahan.
"Kalian bisa menghubungiku," ucap Seon mengeluarkan kartu namanya. "Aku akan bertanggungjawab, kalian hubungi saja nomor yang ada di sana," tambah Seon kemudian menyusul Regan yang telah berada di dalam mobil tepatnya di kursi belakang dengan memeluk Anna yang mulai merasakan efek lain dari obat yang diberikan padanya.
Seon masuk ke mobil begitu kesal, bahkan pintu mobil ditutupnya dengan keras. "Apa yang kau lakukan?" tanya Seon memakai sabuk pengaman.
Regan menghela napas kasar, ia tidak ingin mendengar ocehan dari sang asisten. "Seon, lebih baik kau mengantarkanku pulang segera," ucap Regan memberikan titah.
"Ya … ya … ya … kau selalu seperti ini," gerutu Seon.
"Seon, aku tidak lagi bercanda. Antarkan aku kembali," tegas Regan. Sebenarnya, Regan merasa resah karena Anna yang menggeliat dan menyentuh bagian intimnya, hal itu membuat gairahnya tiba-tiba naik.
Ia pria normal yang akan terangsang saat bagian intimnya disentuh oleh lawan jenis, apalagi yang membuatnya gerah adalah wanita yang tengah ditaksirnya. Ia berusaha untuk menahan diri sebisa mungkin mengendalikan diri, agar tidak ikut terbawa suasana.
"Seon, sebaiknya kau mempercepat laju mobil agar sampai," ucap Regan meregangkan dasi yang ia kenakan. Namun, perkataan Regan sedikit diacuhkan oleh sang asisten. "Seon … Sebaiknya kau melakukannya, karena dia berada di bawah kendali obat yang diberikan pria itu padanya," ucap Regan membuat Seon mengerti apa yang tengah terjadi.
"Emm …" Anna bergumam pelan, membuat Regan mencoba untuk menahan napas sejenak. Wanita itu benar-benar mampu membuatnya tidak karuan.
"Sial. Apa dia tidak bisa diam?" umpat Regan.