Di Heraclion para bocah melihat orang-orang berkumpul di sebuah gedung pertemuan dengan bersedih. Beberapa penyihir berpakaian hitam mengirim doa-doa dan diterbangkan dengan lampu-lampu yang sengaja dilayangkan ke atas langit. Doa-doa yang dipercaya bisa mengiringi kepergian orang-orang terkasih mereka.
"Astaga, ada apa ini Gabriel? Mengapa lampu doanya cukup banyak? Pasti yang meninggal tidak hanya satu!" duga Silvan.
"Apa sudah terjadi penyerangan di sini?" duga Bannett yang mulai menyulusup di antara kerumunan orang-orang dewasa yang berpakaian hitam itu.
"Semoga kepergian anak-anak kita diterima, semoga roh suci mereka diberikan tempat yang indah di langit!" doa salah satu tetua sihir dengan begitu khusyuk.
Tiga bocah itu jongkok di barisan terdepan mengamati nama-nama yang tersemat dikarangan bunga yang memang penanda sebuah kematian.
"Hei, kenapa namanya mirip denganmu Silvan? Apa ada yang punya nama sama denganmu di Heraclion," tanya Gabriel.