"Lakukan saja apa yang ibu suruh tanpa membantah! Jadi anak tu kalau diomongin ya dilakuin bukan malah ngomong balik! Nanti durhaka kamu sama orang tua!" Ucap lantang ibu oca yang membuat oca menangis.
Hati lembut oca selalu membuat ia rapuh ketika dibentak atau ia mengetahui jika akan dihukum. Ibu oca selalu mengekang oca dan menuntut sang anak melakukan apa yang diinginkan orang tuanya, hingga sang anak kehilangan keinginan karena tak pernah dibolehkan atau biasa disebut strict parents. Menurut ibu oca, oca tidak boleh bermain dengan cowo karena ia tidak ingin anaknya masuk ke dunia pacaran. Sang ibu khawatir, karena jaman sekarang anak muda suka nafsu beralasan cinta, karena nafsu sesaat itulah yang akan menenggelamkan masa muda putri tercintanya. Walaupun ibu oca sangat memperketat aturan namun pada dasarnya ia ingin sang buah hatinya tumbuh dengan aturan bukan kebebasan.
Oca bergegas masuk ke kamar dan segera mengganti pakaian lalu menuju ke ruang tamu. Sesampainya diruang tamu ia disuruh duduk disofa, dan sang ibu sudah memegang sapu sebagai alat penghukum nanti.
"Ibu kan sudah bilang berkali-kali sama kamu ca, jangan pernah main sama cowo atau sampai dianter ke rumah. Apalagi posisi pulang sekolah, kamu pacaran ga sama dia? Jawab yang jujur ca!!! Ibu dengarkan kamu berkata jujur, kalau ga jujur! Gagang sapu ini bakal nyentuh tangan kamu!!!" Ibu oca adalah orang yang baik, namun sekalinya marah ia suka lupa bahwa itu sendiri anaknya. Ia suka bermain tangan dalam menyelesaikan permasalahan, karena ia anggap bahwa keras akan ditaati padahal kenyataanya anak ketakutan bukan karena sebab menaati.
"Maaf bu, itu teman oca. Namanya kak aldi, dia kakak kelas oca. oca minta maaf bu, oca sama dia ga ada hubungan sama sekali hiks hiks hiks....Oca minta maaf bu, oca ga akan pernah langgar larangan ibu. Oca janji besok ga akan diulang lagi. Bu tolong jangan dipukul lagi bu....hiks....hiks...." Oca tak kuat lagi, ia mengatakan semuanya dengan jujur dan ia tak bisa menahan tangisnya.
"Prakk..."
"Aduhhh....."
"Prak..."
"Sakit Bu..."
Walau anaknya sudah meminta maaf, namun ibu oca tetap saja memukulnya. Ia anggap sebuah pukulan adalah sebuah pembelajaran bagi anaknya, namun pada kenyatannya pukulan akan membuat trauma besar bagi anaknya.
"Ini hukuman dan pembelajaran bagi kamu, biar ga mengulangi hal ini kedua kali. Kalau sampai kamu pulang diantar cowo lagi, nanti ibu bakal hukum kamu lebih parah dari ini!!!" Tegas ibu oca
"Maaf bu, oca ke kamar. Oca cape" Oca pergi kekamar dengan memegang tangan kanan yang dipukul ibunya, ia merintih kesakitan dan berharap ayah kandung oca bisa ada untuknya.
"Ca ibu belum selesai ngomong udah pergi aja!"
"krek"
Oca mengunci pintu kamarnya, ia tak sanggup menghadapi sikap ibunya yang selalu main tangan. Oca mengambil foto diatas meja belajarnya dan ia memeluk foto itu erat-erat
"Ayah, Ayah kemana. Dede oca udah dewasa. Dede udah nga minta disuapi dan dimandiin, dede cuman minta ayah pulang kerumah sama ibu. Ayah semenjak ayah pergi, Ibu punya suami baru lagi loh yah, dan dede punya abang tiri yang lagi kuliah. Ayah tangan oca sakit, tadi dipukul ibu. Ayah ayo pulang oca kangen ayah, kalau ayah disini pasti dede ga diginiin, pasti dede bisa ngadu ke ayah lagi. Hiks...Hiks...Hikss..." Karena lelah, oca tertidur sembari memeluk foto keluarga 11 tahun yang lalu.
Ayah dan ibu oca bercerai karena adanya suatu masalah, dan ibu oca membawa hak asuhnya. Ayah oca yang marah karena tidak mendapat hak asuh anaknya, oleh karena itu ayahnya pun mulai membenci anaknya dengan alasan kenapa oca tidak memilih ayahnya. Namun, oca yang masih polos waktu itu. Ia sama sekali tidak mengerti kenapa ia dan ayahnya pisah rumah , namun seiring berjalannya waktu oca pun mengetahui apa arti dari Perceraian.
Semua anak mungkin bisa memilih apa yang mereka inginkan, namum mereka tidak bisa memilih garis kehidupannya, akan jadi apa ia dan siapa keluarga yang dimilikinya. Tuhan maha adil kepada semua umatnya, ia tidak pernah salah dalam memilih takdir karena tuhan sudah percaya akan kemampuan masing-masing hambanya. Dan walau orang tua bercerai tetap saja mereka ayah dan ibumu karena tidak ada namanya mantan ayah dan mantan ibu. (Pesan dari author)
Saat terlelap dalam tidurnya, tiba-tiba ada belaian tangan lembut yang membuat oca terbangun. Saat mencoba melihat dengan mata yang sembab ternyata yang didepannya adalah seorang pria yang sudah ia anggap saudara kandungnya sendiri. Ia bernama Andre kakak sambung dari ayah tiri oca. Ia baik dan penyayang kepada adiknya walau mereka tidak sedarah tetapi andre juga sudah menganggap oca seperti adik kandungnya pula.
"Putri oca kenapa nangis? Abang jadi bangunin tidur lelap kamu ya? Sini cerita bareng abang aja, jangan dipendem nanti jadi tambah jelek loh?" sembari duduk didepan oca dan mencoba menenangkan oca. Andre mengusap pelan rambur oca dan tersenyum manis kepada sang adik tercintanya.
Oca membalas dengan senyuman, ia tidak berkata apapun. Melihat kakaknya perduli dengan dirinya saja sudah membuat dia merasa bahagia. Oca memeluk andre dengan erat lalu dibalas dengan pelukan hangat dari andre. Andre menepuk punggung oca untuk menguatkannya, karena ia tahu kalau adiknya sedang tidak baik-baik saja. Setelah beberapa saat, mereka melepaskan pelukannya dan saling menatap satu sama lain.
"Bagaimana tuan putri?
"Ish abang, panggil aja oca. Jangan kasih tuan putri kayak begitu. Oca ga secantik yang abang panggil, hehehe"
"Cie udah bisa ketawa lagi nih" sahut andre karena senang adiknya sudah bisa tertawa lagi.
"Iya kan ada abang, kalau ga ada abang oca ga tau mau kemana atau mau apa. Abang kalau pergi jangan mendahului oca ya, karena oca ga ingin sendirian, oca masih pengen sama abang. Tapi kalau oca pergi duluan abang ga boleh sedih ya!" Andre terdiam beberapa saat setelah mendengarkan ucapan oca.
"Ngomong apa sih km dek? Udah ga usah bahas begituan nanti pamali" Jawab andre agar menghentikan topik tentang kepergian. Karena sejujurnya ada yang aneh dengan perkataan yang oca lontarkan, tidak seperti biasanya.
Andre melihat jam dinding dikamar oca dan ternyata sudah tengah malam, andre menyuruh oca tidur diranjang dan menutup pintu oca. Walau andre pulang kuliah dengan badan yang lelah, namun ia tidak pernah merasa terbebani jika ia melihat keadaan oca saat dirumah. Andre tidak ingin terjadi hal buruk pada oca, oleh karena itu ia selalu menjaga oca dengan baik. Dan oca pun sangat beruntung memiliki abang yang menyayangi dia dengan tulus hati walau ia harus mempunyai ayah 2 namun ia bahagia bertemu abang seperti itu.
***
Oca pun tertidur diranjang dengan rasa bahagia atas perlakuan abangnya. Namun, disisi lain tepatnya diruang tamu, ada 2 pasang mata yaitu ibu dan abang oca, mereka sedang membicarakan tentang perayaan ulang tahun oca yang ke -17. Andre tampak sedang menghubungi ayahnya untuk mengabarkan tentang acara perayaan yang kurang dari 2 hari mulai sekarang. Namun ayah andre susah untuk dihubungi, alhasil andre hanya meninggalkan pesan dichat
(Ayah besok 2 hari lagi oca ulang tahun yang ke -17, ayah pulang ya! Sebentar aja yah biar oca seneng ada ayah)
Setelah meninggalkan pesan tersebut, andre meminta ibu oca untuk tidur saja, biar dia yang mempersiapkannya dengan baik. Karena ia tidak ingin membuat ibu angkatnya kelelahan. Mereka ingin merayakan acara ulang tahun oca ini dengan pesta kecil dirumah, agar oca bahagia . Setelah menyelesaikan rencana yang dibuatnya, kini andre kembali ke kamarnya lalu melepaskan penat dipikirannya, oleh karena itu ia memilih tidur.
***
Keesokan harinya, ibu oca sudah mulai memasak didapur. Oca sedang mandi dan abangnya masih tertidur pulas dikamarnya. Ibu oca pagi ini memasak ayam goreng kesukaan oca, karena ibunya ingin membuat pagi oca bahagia.
"kring...kring...kring..."
Suara alarm milik andre membangunkan tidurnya, ia mematikan alarm tersebut lalu bergegas kekamar mandi dan mencuci muka. Oca sudah selesai mandi dan berganti baju, kini ia membantu ibunya membawa masakan ke meja makan. Setelah ibu oca dan oca membawa masakan tersebut ke meja makan, kemudian mereka berdua menunggu abangnya ke ruanh makan.
Setelah mencuci muka, andre melihat ponselnya untuk melihat balasan dari pesan yang ia kirim ke ayahnya, melihat balasan pesan dari ayahnya membuat andre tersenyum.
(Iya andre, nanti ayah akan pulang dan bawakan oca hadiah kecil untuk umurnya yang ke -17)
Andre bergegas ke ruang makan karena sudah ditunggu ibu dan adiknya. Ia tersenyum bahagia, karena nantinya perayaan hari ulang tahun oca akan menjadi hari terbaik bagi sang adik. Sesampainya dimeja duduk dikursi lalu mengawali pembicaraan
"Bu, ayah bakal pulang"
"Beneran bang? Yeay oca bahagia ayah bakal dateng!!!"
"Alhamdulillah, yasudah ayo makan dulu dan berdoa, jangan bicara saat makan" sahut ibu oca
Mereka bertiga makan bersama dan hanya suara sendok yang menjadi sumber suara. Setelah selesai, oca membantu ibunya membereskan piring dan gelas ke dapur. Lalu abang oca sedang memanaskan motor didepan rumah.
"Oca...ayo cepat berangkat!!!" Teriak andre dari depan rumah
"Iya bang!! Bentarr" sahut oca
Setelah membantu ibunya dan berpamitan untuk sekolah, oca sesegera lari kecil menuju abangnya. Kemudian oca dipasangkan helm, serasa jadi pacar abangnya. Mereka melaju menuju sekolah oca. Namun anehnya, semenjak dari pertama mengantar ke sekolah adeknya, oca tidak mau diantar didepan gerbang. Oca selalu minta diantar didepan gang, yang jaraknya sudah dekat dengan gerbangnya.
Akhirnya oca sampai didepan gang tersebut. Ia melepaskan helm yang ia pakai dan memberikannya ke abangnya. Andre menerima helm tersebut lalu mencium kening oca.
"Belajar yang pintar, kalau ada yang jahatin kamu bilang aja ke abang, jangan takut ya putri cantik" sembari tersenyum manis ke adiknya
"Iya siap pangeran bawel, hehehe... sayang abang banyak" Oca membalas dengan senyuman tulus yang ia miliki. Oca melambaikan tangan dengan perginya motor abangnya.
Oca berjalan sendirian, walau dikeramaian motor dan lalu lalang siswa siswi tetap saja oca merasa sendiri dikeramaian, bahkan oca tidak suka keramaian. Oca menuju kelasnya lalu meletakkann tasnya dikursi dan ia pergi ke luar kelas untuk menunggu teman oca yang belum datang yaitu oca.
"Haii ca, ketemu kembali"
Suara dari belakang itu tampak tidak asing ditelinganya. Oca takut jika apa yang ia pikirkan ternyata benar. Oca berbalik perlahan dan ia terkejut dengan apa yang ia liat. Ternyata yang tadi memanggilnya adalah