Download Chereads APP
Chereads App StoreGoogle Play
Chereads

Kurnia Januar IkaDewi

🇮🇩Kurnia_IkaDewi
--
chs / week
--
NOT RATINGS
2.3k
Views
Synopsis
"You are my sunshine, my only sunshine...You make me happy...I love you baby, aku mencium kening bayi mungilku yang hari ini genap berusia 3 bulan. Aku menuju tempat tidurku, disana terlihat sosok pria yang sudah terlelap, aku segera berbaring disampingnya dan menutup mataku. Alarm ponselku berbunyi, aku terbangun tapi pria itu tidak lagi disampingku, crib bayi pun tidak ada di kamarku. "Damn it!" batinku. Mimpi yang terus berulang hampir sebulan ini benar-benar menggangguku semenjak aku kembali dari solo traveling ku bulan lalu. Seorang perempuan paruh baya yang kutemui tidak sengaja saat traveling itu, sempat berucap padaku "you will return to your past which is your future". Gosh, I had no idea what she meant. Aku bangun, menuju dapur, ku raih sebotol wine untuk menjernihkan pikiranku yang tidak pada tempatnya ini. Hampir 30 menit aku duduk di sofa ruang tamu, botol wine yang sudah kosong. Ku coba memejamkan mataku, aku merasa sangat relaxed. "Morning, momma bear" pria itu membangunkanku yang tertidur di sofa. "Aku ketiduran di sofa lagi ya? Is Netty still asleep?". "She's still sleeping like an angel", jawabnya. Netty is my baby girl, she is 3 month old now. Namanya Natasha, dan kami memanggilnya Netty.
VIEW MORE

Chapter 1 - Chapter 1 : Pilot

"Duh, senang banget nih yang mau liburan. Puas-puasin deh tuh 10 hari di Bali" kata Shinta, rekan kerjaku. "I deserve it, don't I?" jawabku sambil merapikan meja kerjaku yang akan ku tinggal selama 10 hari. "Of course you are! Tapi lu gapapa kan Nor? Solo traveling loh ini. It's going to be your first time" Shinta masih belum yakin dengan keputusanku untuk solo traveling. "Come on, gue cuma terbang satu jam doang! Shin, 4 hari lagi gue udah 30 tahun, yakali gue bakal ilang disana." Aku yang mencoba meyakinkan Shinta. Shinta is my coworker who turned into my best friend since I moved to this city 5 years ago. "I'll be fine, don't worry mom. Mommy mau dibawain oleh-oleh apa sih?" aku terkikik melihat perubahan ekspresinya ketika aku menyebutnya "mom". "Anak durhaka! bawain mommy tas rotan, dress ala Bali, kain bali, oh pie susu juga, terus apalagi ya?" "wow wow wow, easy there chicky, udah macam open jastip aja gue" sahutku. "Hey, you're the one running away from your birthday blast. So suck it up! Bawain oleh-oleh yang udah gue list, period!". Sudah beberapa kali Shinta merayuku untuk menunda solo travelingku sampai tanggal ulang tahunku. I've never done it before, solo traveling? Tidak pernah terpikirkan sama sekali. I love traveling with my family and friends instead. Tapi kali ini aku sudah bertekad untuk solo traveling ke pulau favorit ku, Bali. Aku ingin pengalaman yang baru dan gila, I'm a crazy person honestly. Never scared of taking a risk, adventurous, and I love trying new things. "Udah beres packing?" Shinta masih berkelut di ruanganku. "All set! koper cek, tiket cek, hotel cek, rental mobil cek, itinerary cek!" jawabku. "Perlu gue drop off gak ke bandaranya? Atau lu parkir mobil lu disana?". Aku berpikir beberapa detik sebelum yakin menjawabnya, "I'm good, gue naik taksi aja deh to make stuff easier." Shinta mengernyitkan dahinya tanda tak yakin dengan jawabanku. "Wow, look at that, my girl is growing now" godanya. "Apa sih? udah sana pulang, gue mau selesain kerjaan gue" usirku secara halus. "Okay then, gue balik dulu ya, gak sabar mau blind date malam ini. Bye-bye."

"Finally, I can concentrate without any distractions, phew." kataku dalam hati.

Aku menyelesaikan semua pekerjaanku hari itu juga sebelum memulai libur panjangku. Jujur aku sudah tidak sabar untuk segera memulai solo travelingku. Tidak ada yang percaya ketika aku menyampaikan niatku untuk solo traveling, keluargaku pun tidak setuju karena terlalu rawan kata mereka. Teman-temanku apalagi, mereka merasa aku berkhianat karena memilih solo traveling, haha lucu! tapi mau bagaimana lagi, sometimes you just have to break the door down and get through it. Waktu sudah menunjukan pukul 6 petang, matahari pun tampaknya sudah lelah dan beristirahat. Well, all is done. Tugas-tugas kantor sudah ku bereskan semua, let me get home now. Oh yeah, namaku Nora Dewi Aprilisya, mereka semua memanggilku Nora. Aku seorang digital marketer di salah satu hotel berbintang lima di kota ku.

Sepanjang perjalanan pulang aku terus membayangkan hal-hal menarik yang akan aku lakukan di Bali. Salah satu hal yang benar-benar membuatku excited adalah aku akan mengikuti suatu spiritual pembersihan diri disana. It's a new thing for me, and it'll be my first time to try something like that. 30 menit waktu yang kutempuh untuk sampai rumah. Setiba di rumah aku segera menuju dapur, utnuk memanaskan makan malamku. Ponselku berdering, ku lihat di layar ada pesan baru dari Garry.

Garry, adalah pria yang sudah sebulan ini dekat denganku. Dia pria berkebangsaan Amerika yang satu tahun terakhir ini bertugas disini. He's attractive, like a prince charming, and I ain't gonna lie. But, do I like him? Am I attracted to him? Unfortunately, no. Orang-orang di sekelilingku pun tidak habis pikir, bagaimana bisa aku tidak tertarik dengan pria semenawan Garry, tidak hanya secara fisik tapi Garry adalah pria yang nyaris sempurna dengan pekerjaan yang mapan, dan personaliti yang wow. Bagaimanapun juga hal itu belum membuatku tertarik padanya walaupun dia kerap kali menunjukkan padaku kalau dia menyukaiku, dan ingin memiliki hubungan lebih dari sekadar teman. I just can not. Suara kecil di hati dan kepalaku seolah tidak mengijinkannya. Suara-suara itu seolah sudah memberikan kode untukku kalau Garry bukan "orangnya".

"Are you leaving tomorrow morning? What time is your flight?". Aku membuka pesannya. Aku masih mengetik, tida-tiba panggilan suara muncul di layar, tak lain tak bukan, Garry.

"Hey, Garry, what's up! I was just typing."

"What's up girl, Nah I didn't want to wait for your text, let me just call you instead.

"My bad, I microwaved some food for dinner. So yeah, I leave tomorrow around 6ish in the morning, how come you ask?"

"I got you. Well, I was wondering if I could drop you off at the airport and maybe grab a cup of coffee before you off?"

I knew it! batinku. Ingin rasanya aku menolak tawaran Garry, tapi disisi lain aku merasa sungkan karena dia begitu baik, dan sudah dua kali aku menolak ajakan dia untuk sekadar brunch atau dinner.

"Offer accepted! But you better get here on time, okay? If I miss my flight, you'd buy me a ticket to Switzerland, do we have a deal?" ucapku sambil tertawa.

"Wow, I can tell that you are not a cheap lady!" Garry pun tertawa. "I will be there at 5 if you want. How does it sound?"

"Sounds awful!" Aku tertawa. "Kidding, no way, that's too early. six forty-five would be great though."

"You bet! Well, that's all I meant to call you actually."

"Thank you though, Garry, I'm gonna have dinner now. I'm starving like a mad woman. I'll talk to you later?"

"Ups, my bad! Alright then, enjoy your dinner and I'll text you."

"Thank you very much, bye Garry." Yup, kalau aku tidak segera mengakhiri panggilan itu, percayalah satu jam ngobrol di telepon tidak akan cukup untuk Garry.

Setelah selesai menyantap malamku, segera aku bergegas untuk mandi dan mengakhiri malam ini dengan tidur yang pulas. Good night universe.