Chereads / Kurnia Januar IkaDewi / Chapter 2 - Chapter 2 : Perjalanan

Chapter 2 - Chapter 2 : Perjalanan

"What a beautiful morning, what a wonderful day..." suara alarm ponselku membuatku terbangun. Aku perlahan membuka mataku, dan meraih ponselku di meja samping kasur. Ah, sudah pukul 4.30 rupanya. Aku bangkit dari tempat tidurku, duduk ditepian, memejamkankan mata, dan mengambil nafas dalam-dalam lalu membuangnya. Sudah dua tahun ini setiap bangun tidur aku selalu melakukan "ritual" ini. Memejamkan mata sejenak, mengucap syukur kepada Semesta atas segala pemberiannya kepada hidupku, tidak lupa aku pun selalu berafirmasi sebelum memulai hariku. A morning affirmation helps me a lot to keep me in positive thoughts. Ku raih segelas air di meja kamarku sebelum bergegas ke kamar mandi, belum juga sampai di kamar mandi ponselku berdering, "Gosh, siapa sih pagi-pagi gini telepon" ucapku dalam hati. Nama "Garry" muncul di layar ponselku. Mau tidak mau aku menjawab panggilan dari Garry. "Hey you, morning! How are you doing? Did I wake you up?" tanpa basa-basi Garry langsung menyambutku. "Hey Garry, good morning, no no I woke up a few minutes ago. I'm about to take a shower though" jawabku. "Oh no, I'm so sorry, I didn't mean to interrupt you! Anyway, just wanted to let you know that I've arrived in front of your house." "Wait, what? are serious? hang on." Benar-benar aku tidak habis pikir kalau Garry sudah di depan rumah untuk menjemputku, Dang! Aku bahkan belum mandi, this is madness.

"Garry, come in" kataku sambil membukakan pintu untuk Garry. "Just make yourself at home, okay. Gotta takes a shower now." Aku tinggalkan Garry di ruang tamu, dan bergegas untuk mandi. Ku putar kran hot water dan mulai membasuh seluruh badanku, sambil membersihkan badanku, tiba-tiba aku terpikir sosok Garry. Dang! Garry terlihat sangat menarik pagi ini, parfum Bvlgari Man yang dia pakai benar-benar menggodaku. Kaos polo warna hitam, dan denim short pants yang dia pakai pagi ini seolah sengaja untuk meruntuhkan pertahananku. Ingin rasanya aku memeluknya dan mencium bibirnya yang berwarna merah alami, khas lelaki bule. Apa kali ini aku mulai menyukainya? Atau ini hanya hasrat sesaat?

Aku lilitkan handuk ke badanku, dan segera keluar dari kamar mandi. What the??? Jantungku berhenti berdegup sesaat, mataku hampir copot dari kelopaknya melihat Garry duduk di kasurku. Apa yang dia lakukan disini?

"Garry, what, what are you doing here? in my room?" tanyaku gugup.

"Relax, I'm just waiting for you. I need to plug in my phone, but silly me I didn't bring my charger, so I thought to use yours. That's all" Garry berdiri dihadapanku sambil memegang pundakku,

"I, I know, but why don't you wait for me in the living room. You scared the hell out of me, Garry" aku mencoba untuk relax sebisaku, but no... Failed.

"Ups, I'm sorry, I thought you wouldn't mind if I wait for you here. Anyway, you look so beautiful right now, just came out of the shower with your towel with no make-up on, you're gorgeous. How did I get so lucky this morning to see you right now?" Garry menatapku dengan tajam. Aku membatu, perasaanku seperti roller coaster, kaget karena dia di kamarku, bahagia dia memujiku, dan Astaga, rasanya ingin ku peluk tubuh atletisnya itu.

" Wow, uhm, Th thank you" aku terbata-terbata.

Garry semakin mendekatkan tubuhnya kepadaku, matanya terus menatapku dan tangannya sedikit menarikku untuk mendekat kepadanya. Tubuh ku dan Garry hampir tak berjarak, dia semakin mendekatkan wajahnya kepadaku, dan kini bibirnya yang merah tepat menyentuk bibirku yang mungil. Oh My God! we're kissing! Ini pertama kali Garry menciumku, dan akupun tak menolaknya. Aku menikmatinya, caranya menciumku sangat lembut. Aku diatas awan.

"mmmm, I like your lip" sambil masih menciumku Garry berucap lirih. Kami masih berciuman dan aku merasa ini semakin diluar kendali. Satu tangan Garry sudah berada di pinggangku dan mengusap-usap pinggangku, turun menuju bagian pantatku sambil sedikit meremasnya.

Oh, aku tak kuasa menolaknya. It's so good, it's been a long time since I haven't felt this kind of emotion. Aku melingkarkan tanganku keleher Garry dan membalas ciumannya yang semakin ganas.

Hal yang tak pernah kusangka akan dia lakukan padaku, Garry menarik tubuhku semakin erat dan sedikit melemparku ke atas kasur ku. Tubuhnya yang atletis tepat di atasku, bibirnya kembali menciumi bibirku, sambil tangannya masih mengusap bagian pinggangku. Aku semakin terlena, oh bau parfumnya sangat menggodaku, it's seduction. Perlahan tangannya menuju bagian dadaku, aku tau dia akan mencoba melepas lilitan handukku. Aku benar-benar tidak berkutik saat tangannya mencoba sedikit meraba dadaku, dan kini bibirnya sudah berada di leherku.

Tiba-tiba ponselku berdering tanda ada panggilan masuk. Damn it! batinku kesal! Menganggu saja.

"Oh damn" umpat Garry dengan kesal karena harus menyudahi permainannya yang bahkan belum dimulai. Dia bangkit dan mencoba meraih ponselku untuk diberikan padaku.

Yup, Shinta. Dia yang meneleponku. Entahlah, apakah dia penyelamatku dari jurang yang akan menyesatkanku atau? entahlah aku tidak bisa berpikir.

"Thank you" aku menjawab panggilan Shinta dan beranjak berdiri, ku lihat Garry keluar kamarku menuju ruang tamu. Aku tau dia sangat kesal karena ini, akupun begitu. Shinta meneloponku hanya untuk memastikan aku tidak akan ketinggalan pesawat. Ku akhiri panggilan suara dari Shinta, dan bersiap-siap karena waktu sudah hampir menunjukkan pukul 6. Tidak perlu berlama-lama aku mengenakan pakaianku, sedikit memoleskan lipstik dan cushion ke wajahku, ku semprotkan parfum ke tubuhku, and I'm ready to go.

"Garry, hey" aku merasa sedikit canggung setelah kejadian tadi.

"Are you ready?" tanyanya juga canggung

"Yeah, I am. Luggage, Purse, Sunglasses, everything is ready."

"Cool, let's go." Garry mengambil alih koperku untuk dibawanya. Tiba-tiba dia berhenti sebelum melewati pintu.

"What's wrong, Garry?"

"No, it's fine. I just wanted to say, what happened with us, means a lot to me. And I'm sorry if I made you uncomfortable or did anything wrong. I couldn't help myself."

"Yeah, it is okay Garry. You don't have to be sorry, because it was wonderful and means a lot to me too. And you didn't do anything wrong. All good. Aku mendekat ke Garry, dan ku beranikan diriku mencium pipinya sebelum menuju mobil, sebagai tanda bahwa aku juga menikmatinya, sebagai tanda bahwa aku tidak menolak hal itu terjadi. Senyum merekah dari bibirnya mengartikan dia tidak lagi gugup berhadapan denganku, begitupun aku,

"Well, let's go. I don't want you to miss your flight and I end up buying you a ticket to Switzerland" candanya sambal menarik koperku menuju mobilnya.

"Actually, that sounds interesting (aku tertawa), okay come on" aku membuka pintu mobilnya dan segera mengenakan seat belt.

Waktu yang perlu ditempuh dari rumahku ke bandara sekitar 25 menit, di sepanjang perjalanan kami bercengkerama, bercanda, dan terkadang sedikit beradu argument.

"I wish I could join you on your trip, but what can I say, the woman wants to go on solo traveling'' celetuknya tiba-tiba.

"I certainly did not see that coming. Well, I've been planning this even before I know you, right?"

"I know, that was just my wishes. It sucks didn't get to see you on your birthday, Nora! I mean I can video chat with you, but still, it won't be the same as seeing you or go on date with you, no?" Garry tampak serius dengan perkataannya.

Aku terdiam sesaat, tidak mengira kalua Garry akan mengucapkan hal seperti dengan mimic yang serius.

"Come on, Garry, we still can go on a date after I get back from my trip, can't we?" I literally have no idea harus menjawab apa, dan Garry hanya menganggukan kepalanya sambal tersenyum.

Sebelum sampai di bandara Garry sempat memutar mobilnya ke coffee shop searah dengan bandara.

"Wow wow, I don't think I have much time for a coffee date" kataku.

"No silly, I'm just going to the drive-through. I know you can't go a day without a cup of coffee, and I don't want you to become Miss cranky skirt on the plane" ejeknya sambal tertawa. Setidaknya dia tidak berekspresi seserius tadi, phew.

"Hey, I'm not wearing a skirt, I'm wearing pants, don't you see?" aku membalas candaanya. Kami pun tertawa.

Garry memesankan ku kopi favoritku dan juga croissant, untuk mengganjal perut katanya.

Kami pun tiba di bandara, sebelum masuk ke konter untuk check in, Garry sempat memelukku, aku pun membalas pelukannya.

"Safe flight, and take care of yourself there, Cutie" katanya sambal memelukku.

"I will" jawabku singkat karena saat dia memelukku entah apa yang terjadi, perasaan excited seperti saat di kamarku sudah hilang entah kemana, perasaanku kepadanya sudah kembali biasa saja seperti kemarin-kemarin. Oh Crap!

Aku menarik koperku, menuju ke konter check in. Sengaja aku tidak menengok kebelakang dimana Garry masih berdiri disana. Aku sibuk mencerna perasaanku yang tiba-tiba Kembali hambar ini. Sekitar 18 menit antri untuk check in dan mendapatkan boarding pass, akhirnya aku bisa duduk di gate penerbangan untuk menunggu boarding. Lima belas menit kemudian akhinya tiba waktunya boarding, I am so excited! Petugas memerika boarding pass ku dan kartu identitasku, selesainya aku melangkah menuju pesawat dan segera mencari tempat duduk ku selama penerbangan.

There you go, aku menemukan nomor kursiku yang tepat disamping jendela, tanpa berlama-lama aku segera duduk dan mengenakan seat belt. Aku tidak sabar segera menutup mataku, karena aku masih sangat mengantuk. Ku kenakan sunglasses ku, aku mulai menutup mataku.

See you in an hour, Bali.