Chereads / FORSETEARS : Rebirth and Revenge / Chapter 85 - EP. 085 - Aconite

Chapter 85 - EP. 085 - Aconite

"Boleh tahu namamu siapa?" tanya Raja Ehren.

"Lyra", jawab gadis itu.

"Rumah Lyra di mana?" tanya Raja Ehren.

"Di Springhill", jawab Lyra.

"Springhill itu di kerajaan mana?" tanya Raja Ehren.

"Springhill itu di Kerajaan Kepanu", jawab gadis itu.

Raja Ehren langsung menoleh ke arah Jenderal Yoshi. Mereka saling bertatapan cukup lama. Mereka bingung. Mereka memikirkan alasan dari Kerajaan Kepanu mengirim peti manusia ke Kerajaan Tirtanu.

"Baiklah. Adek istirahat dulu, ya! Paman mau keluar sebentar", kata Raja Ehren.

Lyra mengangguk sambil memakan permen yang diberikan Raja Ehren. Raja Ehren berdiri lalu mengajak Jenderal Yoshi untuk keluar kamar. Mereka berjalan menuju kursi panjang di luar klinik kesehatan istana.

"Sepertinya ada praktik perbudakan di sini", kata Jenderal Yoshi membuka percakapan.

"Di sini? Di Kerajaan Tirtanu? Di kerajaanku?", protes Raja Ehren.

"Kenyataannya, Lyra dan yang lainnya berhasil tiba di Mahajana dari Kepanu. Mahajana masih wilayah Tirtanu, kan?", sahut Jenderal Yoshi.

"Kerajaan Tirtanu tidak pernah memesan budak dari kerajaan manapun. Lagipula sudah bertahun-tahun Tirtanu tidak memiliki proyek besar yang membutuhkan budak", jawab Raja Ehren.

"Lalu mengapa Lyra bisa sampai ke Mahajana?" tanya Jenderal Yoshi.

"Yudanta, Mahajana, Aconite, Perbudakan, Teror Sarin, Kepanu, Meninggalnya Ayah. Benang merah apa yang menghubungkan semua ini?", pikir Raja Ehren.

"Aku tahu aconite", sahut suara di belakang Raja Ehren.

Setelah mendengar suara itu, Raja Ehren dan Jenderal Yoshi langsung menoleh ke arah belakang. Ternyata, Lyra si gadis kecil berdiri di belakang mereka. Lyra berdiri di depan pintu kamarnya yang tak jauh dari kursi panjang tempat mereka berbicara.

"Di Kepanu, ada ladang bunga aconite yang sangat besar", ucap Lyra.

"Lyra tahu aconite?", tanya Jenderal Yoshi.

"Tahu. Yang warnanya ungu, kan? Seperti lavender tapi bukan lavender. Baunya aneh dan membuatku mau muntah. Orang tuaku dulu dulu pernah bekerja di kebun aconite. Aku juga sering bermain ke sana", kata Lyra dengan polosnya.

"Apa Lyra tahu, bunga aconite sebanyak itu digunakan untuk apa?" tanya Raja Ehren.

"Kata ibuku bunga itu mau dijual", jawab Lyra.

"Di jual kemana?" tanya Jenderal Yoshi.

"Di jual ke Gaharunu", jawab Lyra.

Raja Ehren dan Jenderal Yoshi kaget. Dari jawaban Lyra, bisa ditarik kesimpulan bahwa Kepanu melakukan praktik jual beli aconite dengan Gaharunu. Yudanta meracuni Xavier dengan aconite. Artinya, Yudanta punya hubungan istimewa dengan Kerajaan Kepanu, Kerajaan Gaharunu, dan pabrik Mahajana.

"Sepertinya aku tahu ke mana Yudanta pergi", ucap Jenderal Yoshi.

"Kalau bukan di Kepanu, dia akan pergi ke Gaharunu. Ini sudah beberapa hari, jadi mungkin dia sudah di Gaharunu. Jenderal Yoshi, tolong siapkan timmu untuk berangkat ke Gaharunu secepatnya. Nanti urusan Mahajana, perbudakan, teror sarin, dan meninggalnya ayah, aku yang beresin di sini", perintah Raja Ehren.

—----

Kerajaan Eldamanu, Tahun 1350

Pria misterius itu menarik kembali bayangan hitamnya. Semua darah Grizelle dikembalikan ke tubuhnya. Pembuluh darah Grizelle yang menonjol mulai kempes. Grizelle kembali pingsan dengan tenang. Pria itu menutup kulit yang pecah tadi dengan kain bajunya yang tebal. Selesai, pria itu langsung duduk terengah-engah.

"Bagaimana? Apa anda tahu di mana penawar sarin?" tanya Jenderal Aiden penasaran.

"Tidak", jawab pria itu singkat.

"Apa kau tahu kelemahan Kerajaan Tirtanu?" tanya Jenderal lagi.

"Tidak", jawab pria itu.

"Lalu?", tanya Jenderal Aiden sinis.

"Dia memang seorang Ratu Alatariel Artanis Rin dari Kerajaan Tirtanu. Aku tidak melihat hal yang lebih jauh dari itu. Tapi untungnya, aku berhasil mendobrak pintu amnesianya. Aku percaya, suatu hari dia akan menjawab pertanyaanmu tadi", kata pria misterius.

"Baiklah. Itu sudah cukup. Terima kasih", ucap Jenderal Aiden.

Pria misterius itu segera pergi meninggalkan Aiden dan Grizelle di ruangan itu. Kini tinggal Aiden dan Grizelle berdua. Aiden menyandarkan punggungnya ke kursi dan mulai duduk dengan nyaman. Dia melihat Grizelle yang masih pingsan di atas meja. Dia hanya memandangi Grizelle sekitar beberapa detik.

Aiden meluruskan kakinya di bawah meja. Tangannya bersedekap di dada untuk bersiap tidur di atas kursi. Sebelum tidur, dia melihat ke arah jendela. Ternyata jendela itu sudah tertutup. Dia melihat ke arah pintu ruangan yang dia tempati. Ternyata pintu sudah tertutup juga.

Setelah memastikan pintu dan jendela tertutup, Aiden melihat Grizelle yang masih pingsan di atas meja. Kemudian dia bereaksi terhadap sesuatu. Wajahnya bersinar dan dia tersenyum saat memandangi Grizelle. Padahal, dia bukan orang yang ramah dan sering tersenyum. Aiden dengan berani memandangi Grizelle dari kaki hingga ke kepala.

Tiba-tiba Aiden berdiri, dia berjalan mendekati meja tempat Grizelle berada. Dia mengambil kain kecil yang ada di samping kepala Grizelle. Ternyata, ada darah yang merembes dari luka di tangan Grizelle yang sudah dibalut kain. Aiden mengikatkan kain kecil yang dia ambil ke untuk membalut luka Grizelle. Setelah itu, dia kembali duduk ke kursi untuk tidur.

Grizelle terbangun dari tidur panjangnya. Dia baru tahu kalau dia tidur di atas sebuah meja. Dia ingin bangun tapi sekujur tubuhnya terasa sangat sakit. Dia hanya bisa bergeser untuk melihat ruangan tempatnya berada. Ternyata Grizelle adalah satu-satunya manusia di ruangan itu. Dia terus menggeser tubuhnya hingga mampu melihat jendela. Ternyata matahari bersinar cerah di luar.

Grizelle memutuskan untuk tidur kembali hingga seluruh rasa sakitnya hilang. Namun saat memejamkan mata, dia melihat bayangan dirinya sendiri di depannya memakai jubah kerajaan dangan rambut yang disanggul. Anehnya, bayangan melihat ke arah Grizelle dengan tatapan marah. Grizelle langsung ketakutan dan membuka matanya kembali. Sekarang tidak ada pilihan bagi Grizelle, selain memandangi plafon di atasnya.

Tiba-tiba pintu terbuka, seseorang berdiri di sana. Dia adalah pria misterius yang melakukan ritual aneh pada Grizelle. Dia segera berjalan menghampiri Grizelle sambil menenteng sebuah karung goni coklat.

"Kau sudah bangun, Nona Alatariel", sapa pria misterius.

Mendengar suara itu, Grizelle menoleh ke sumber suara. Pria misterius duduk di kursi tepat di samping kepalanya. Grizelle terus menatapnya. Dia meletakkan karung yang dia tentang pada sebuah kursi di sampingnya.

"Siapa anda?" tanya Grizelle kebingungan.

"Aku adalah suamimu, Ehren Enzi Alsaki. Selamat datang kembali di rumah kita", ucap pria misterius itu.

Grizelle bingung. Dia terus menatap wajah pria misterius itu sambil memanggil kembali ingatannya. Namun… tak peduli seberapa keras dia mengingat, dia tetap merasa bahwa dia tidak mengenal pria misterius itu sama sekali. Dia yakin bahwa dia belum pernah bertemu dengan pria itu sebelumnya. Tapi, dia tidak merasa asing dengan nama Ehren Enzi Alsaki.

"Kenapa tatapanmu seperti itu? Semua yang ada di karung ini adalah bukti kalau aku adalah suamimu", ucap pria misterius sambil membuka karung itu.

Grizelle terus berusaha mencocokkan wajah pria misterius dengan wajah semua pria yang dikenalnya. Grizelle terus menatap pria misterius berambut pendek. Dia terus melihat pria rambut pendek yang sedang mengeluarkan beberapa barang tumbuhan herbal. Anehnya, dia mengeluarkan tumbuhan itu dengan sumpit secara perlahan.

"Tidak. Kau berbohong. Aku memang lupa ingatan tapi aku yakin, wajah suamiku berbeda denganmu", ucap Grizelle.

"Ya, kau benar. Aku memang berbohong. Aku baru melihatmu untuk yang pertama kalinya tadi malam. Tidak mungkin jika aku adalah suamimu. Tapi, aku yakin kau pasti kenal dengan tumbuh tumbuhan ini", ucap pria misterius.

Semua jenis tumbuhan yang dikeluarkan dari karung, ditata berjajar rapi di atas meja oleh pria misterius. Dia meletakkannya tepat di depan kepala Grizelle. Sengaja diletakkan di sana agar Grizelle bisa dengan mudah melihat tumbuhan itu.

Tumbuhan pertama yang Grizelle lihat adalah bunga warna ungu. Dia belum pernah melihat bunga itu sebelumnya. Dia juga tidak tahu nama tumbuhannya. Tiba-tiba muncul sebuah potongan ingatan di pikiran Grizelle.

Grizelle melihat tumbuhan itu di sebuah kadang. Ladang itu dipenuhi oleh bunga ungu. Seorang petani memetik bunga itu dengan tangan yang dibalut kain hingga telapak tangannya terlihat bengkak. Petani itu memegang bunga itu dengan sumpit dan memotongnya dengan pisau. Lalu, bunga itu dimasukkan ke dalam karung yang bertuliskan aconite.

"Aconite", ucap Grizelle tiba-tiba.