Chereads / FORSETEARS : Rebirth and Revenge / Chapter 84 - EP. 084 - Gadis

Chapter 84 - EP. 084 - Gadis

"Ada banyak jenazah yang ditemukan di sana tadi malam. Mereka meninggal karena kehabisan napas di dalam peti. Sepertinya, mereka sengaja dimasukkan ke dalam peti hidup-hidup lalu meninggal di perjalanan", lanjut Raja Ehren.

"Apakah Yang Mulia menemukan tanda-tanda bahwa Yudanta kabur melalui Mahajana?" tanya Jenderal Yoshi.

"Ada tumpukan peti yang bersimbol zeta (ζ) berukuran 1x1x1 m di dalam gudang stok makanan Mahajana. Ternyata peti itu berisi manusia. Ada 32 orang yang ada di dalam tumpukan peti itu. Satu peti diisi 1-3 orang. Dari 32 orang, hanya ada satu yang selamat. Sekarang dia ada di klinik istana. Sekarang Mahajana masih diperiksa tim gabungan. Aku masih belum menerima laporan bahwa Yudanta berkaitan dengan hal ini", kata Raja Ehren.

"Apakah Paman Alvaro sudah memeriksa Mahajana? Pimpinan tertinggi Mahajana saat ini adalah Paman Alvaro, kan?" tanya Jenderal Yoshi.

"Iya. Terakhir kali aku bertemu Paman Alvaro itu tadi di pemakaman Xavier lalu aku masuk ke ruangan ini dan bertemu denganmu", jawab Raja Ehren.

"Maaf jika saya membuat Yang Mulia tidak nyaman", kata Jenderal Yoshi.

"Tidak apa-apa. Santai saja, Bang! Abang memang harus menyampaikan hal ini apalagi ini berhubungan dengan Yudanta dan kematian seseorang", jawab Raja Ehren.

Jenderal Yoshi kaget saat mendengar Raja Ehren memanggilnya dengan sebutan "Abang" bukan Jenderal seperti biasanya. Itu artinya Raja Ehren masih menganggapnya kakak. Jenderal Yoshi usianya lebih tua dari Ehren tapi lebih muda dari Jenderal Calvin. Raja Ehren sudah menganggapnya sebagai kakak kandungnya sendiri.

"Paman Alvaro sudah sampaikan kabar terbaru?" tanya Jenderal Yoshi.

"Belum. Terakhir aku ketemu paman ya di pemakaman tadi", jawab Raja Ehren.

"Kertas yang biasa dipakai adalah kertas yang berasal dari Mahajana. Yudanta menggunakan aconite untuk meracuni Xavier. Apakah ada aconite yang tersembunyi di Mahajana? Saya penasaran dengan hal itu", kata Jenderal Yoshi.

"Ada banyak peti di sana. Aku dan Dawn hanya membongkar sebagian peti saja tadi malam. Kira-kira sekitar 50 peti. Dari 50 peti itu, aku tidak menemukan aconite sama sekali", ucap Raja Ehren.

"Bagaimana jika kita periksa sekarang?", ajak Jenderal Yoshi.

"Sepertinya akan lebih baik jika kita menjenguk anak yang selamat itu terlebih dahulu", jawab Raja Ehren.

Kerajaan Tirtanu, Tahun 1349

Seorang gadis duduk berselonjor kaki di atas tempat tidurnya. Dia sendirian di sebuah kamar berdinding kayu. Dia diam saja sambil memandangi jendela berlubang yang menampilkan pemandangan danau Abbot di luar.

Suasana di danau Abbot tampak sangat damai. Danau Abbot terlihat sangat sepi dari manusia siang itu. Hanya ada beberapa burung yang beterbangan melintasi danau Abbot. Angin berhembus lembut dan mengenai wajah gadis itu melalui jendela. Seorang perempuan memasuki ruangan gadis itu sambil membawa nampan.

"Adek, ini makananmu. Ayo, makan dulu! Kamu belum makan sejak kemarin. Ayo, makan dulu agar cepat sehat dan bisa jalan-jalan ke danau itu", ajak perempuan itu dengan lembut.

Gadis itu diam saja. Dia mengabaikan ucapan perempuan yang baru masuk itu. Bahkan dia tidak mau melihat wajah perempuan itu. Dia hanya memalingkan muka ke arah jendela. Perempuan itu bahkan sudah menepuk pundak si gadis berkali-kali untuk mengajaknya makan, tapi gadis itu tetap diam.

"Baiklah. Makananmu aku letakkan di meja sampingmu ya. Aku ambil kembali makananmu yang tadi pagi", ucap perempuan itu pasrah.

Perempuan itu meletakkan makanan di atas meja, lalu segera meninggalkan kamar si gadis. Gadis itu tetap diam seakan tidak peduli dengan lingkungan sekitarnya. Dia hanya diam sambil memandangi pemandangan di luar kamarnya melalui jendela.

Beberapa saat kemudian, Raja Ehren dan Jenderal Yoshi tiba di klinik kesehatan istana. Mereka masuk ke kamar Dimas untuk melihat keadaannya. Ternyata, kesehatan Dimas jauh membaik. Kini, Dimas sudah bisa berjalan walau harus dibantu dengan tongkat kruk sederhana yang terbuat dari kayu.

Setelah menjenguk Dimas, Raja Ehren dan Jenderal Yoshi menjenguk gadis dari Mahajana. Mereka bersimpangan dengan seorang asisten tabib perempuan di dekat kamar gadis itu. Raja Ehren tahu bahwa perempuan itu adalah orang yang merawat gadis yang dia selamatkan. Raja Ehren menyapa perempuan itu.

"Bagaimana kondisinya sekarang?" tanya Raja Ehren.

"Dari kemarin hingga sekarang, dia masih belum mau makan dan minum. Tapi kemarin malam, dia sudah minum ramuan sayur dan buah walau dengan sedikit paksaan", kata perempuan itu.

"Lalu untuk siang ini?" tanya Raja Ehren.

"Saya sudah meletakkan makanan di ruangannya", jawab perempuan itu.

"Baiklah. Tidak apa-apa. Biar aku saja yang membantunya makan", kata Raja Ehren.

Raja Ehren mengetuk pintu kamar gadis yang dia selamatkan. Tidak ada jawaban apapun dari dalam. Raja Ehren menunggu sebentar lalu segera membuka pintu dan masuk. Jenderal Yoshi juga mengikuti Raja Ehren untuk masuk ke kamar gadis itu.

Raja Ehren langsung tertegun kaget. Ternyata yang dia lihat bukan gadis yang tadi malam dia selamatkan, melainkan Alatariel kecil. Raja Ehren melihat wajah Alatariel kecil yang sedang duduk meringkuk di atas ranjang.

Alatariel kecil menunduk. Rambut panjangnya terurai bebas dan melambai tertiup angin. Raja Ehren hanya bisa diam menatapkan. Merasa ada yang melihat, Alatariel kecil mulai menoleh. Dia menoleh ke arah Raja Ehren. Dia menatap tajam wajah Raja Ehren.

"Kenapa?" ucapnya pelan.

"Kenapa?" lanjutnya.

"KENAPAAAA???" tiba-tiba Alatariel berteriak.

Raja Ehren langsung menutup matanya karena kaget. Tak berselang lama, dia kembali membuka mata. Sekarang, semuanya tampak normal. Alatariel kecil sudah tidak ada lagi di ruangan itu. Yang ada hanyalah seorang gadis yang meringkuk menatap danau Abbot. Di meja belakangnya, ada makanan yang masih utuh tak tersentuh.

"Kamu belum makan?" tanya Raja Ehren.

Gadis itu tetap diam. Dia hanya memandangi arah luar jendela. Wajahnya membelakangi Raja Ehren. Namun Raja Ehren tak kurang akal. Dia berjalan mendekati makanan gadis itu dan membuka tudung saji.

"Sepertinya aku tahu mengapa kamu memilih untuk tidak makan. Kalau aku jadi kamu dan mendapat makanan seperti ini, aku juga tidak akan sudi mendapat makanan seperti ini", kata Raja Ehren.

Gadis itu berkedip saat Raja Ehren mengucapkan hal itu. Raja Ehren melihat kedepannya dan itu adalah sinyal yang bagus. Raja Ehren mendekati gadis itu, dia duduk di atas ranjang di sampingnya. Melepas sepatunya. Lalu bergeser mendekati jendela dan duduk tepat di depan gadis itu.

"Sepertinya, kau belum makan sejak kemarin?" tanya Raja Ehren.

Gadis itu menoleh sedikit ke arah Raja Ehren lalu kembali menghadap jendela. Itu adalah respon yang sangat baik. Walaupun begitu, Raja Ehren tidak memaksanya untuk bicara. Dia menepuk pundak gadis itu dan merapikan rambutnya. Raja Ehren mengamati respon gadis itu selama merapikan rambutnya.

Jika gadis itu langsung menepis tangan Raja Ehren saat menyentuhnya, itu berarti dia masih takut dengan sentuhan seseorang. Namun, gadis itu diam saja saat Raja Ehren menyentuh rambutnya. Kemudian, Raja Ehren menggulung rambutnya dan menusuk gulungan rambutnya dengan sebuah sumpit makannya.

Ehren teringat kenangannya bersama Alatariel. Kenangan itu muncul saat Ehren menyisir gadis kecil yang dia tolong. Alatariel sangat senang jika Ehren menyisir rambutnya. Dia merasa sangat disayang dan dimanjakan Ehren. Kini, Alatariel sudah tiada.

Setelah rambut si gadis sudah rapi, Raja Ehren mengeluarkan sesuatu dari balik jubahnya. Ternyata Raja Ehren mengeluarkan sebuah permen gulali kecil. Permen itu berbentuk lumba-lumba. Dia memberikan permen itu kepada si gadis.

"Ini permen untukmu. Tidak apa-apa jika kamu tidak mau memakan makanan di sana. Tapi setidaknya, kamu bisa memakan permen ini. Permennya kecil, kok. Mungkin, sekali gigitan saja sudah langsung habis", ucap Raja Ehren.

Ternyata gadis itu mau menerima permen dari Raja Ehren. Dia langsung memakan permen itu sambil terus memandangi pemandangan di luar jendela. Raja Ehren tersenyum lega. Sekarang, yang dilakukan Raja Ehren adalah menunggu gadis itu menghabiskan permennya di ruangan itu.

"Boleh tahu namamu siapa?" tanya Raja Ehren.

"Lyra", jawab gadis itu.

"Rumah Lyra di mana?" tanya Raja Ehren.

"Di Springhill", jawab Lyra.

"Springhill itu di kerajaan mana?" tanya Raja Ehren.

"Springhill itu di Kerajaan Kepanu", jawab gadis itu.

Raja Ehren langsung menoleh ke arah Jenderal Yoshi. Mereka saling bertatapan cukup lama.