Chereads / FORSETEARS : Rebirth and Revenge / Chapter 28 - EP. 028 - Gua

Chapter 28 - EP. 028 - Gua

"Baiklah, kalian istirahat saja. Jika gua ini benar-benar penting. Maka akan ada warga lokal yang memasukinya lagi. Saat itu terjadi, kita ikuti saja mereka", kata Jenderal.

"Berarti harus ada giliran jaga", kata Ghazi.

"Benar, kita harus bergantian jaga. Untuk Ezra dan Ian, kalian istirahat dulu. Hari ini biar kami yang berjaga duluan", kata Jenderal Calvin.

Ezra dan Ian kembali dari gua pada sore hari. Saat mereka makan dan istirahat, Ren dan Jiru berjaga. Siapa tahu, ada warga lagi yang memasuki gua.

"Nanti jika mengikuti warga masuk ke gua, tolong bawa makanan, minuman, penanda, tali, jas hujan, dan penerangan ya. Tolong diingat", kata Jenderal Calvin.

Hari sudah malam. Dari sore hingga malam, belum ada warga yang memasuki gua. Hingga sekitar pukul 10 malam, Ren dan Jiru kembali dan giliran Ghazi dan Darsh yang berjaga.

Letak gua dan tenda agak jauh, Ghazi dan Darsh harus berjalan kaki sambil membawa perbekalan. Mereka juga membawa kantung tidur. Ternyata, di malam itu turun hujan deras. Sekarang masih musim semi, wajar jika ada hujan turun. Untungnya Ghazi dan Darsh juga membawa flysheet sehingga mereka tidak kehujanan.

"Krucuk… krucuk… krucuk", tiba-tiba terdengar suara.

"Suara apa itu, Ghazi?"tanya Darsh.

Ghazi langsung melihat sekitarnya. Dia mencari sumber suara. Dia melihat sesuatu.

"GUANYA! Guanya banjir. Guanya kemasukan air", teriak Ghazi kaget.

"Penandanya! Apakah pita penandanya sudah terikat rapat?" tanya Darsh.

"Sepertinya aman. Apakah besok guanya masih bisa dilalui?" tanya Ghazi.

"Semoga saja. Semoga banjir di dalam gua cepat surut", kata Darsh.

Semakin lama, hujan turun semakin deras. Hanya ada dua hal yang bisa dilakukan Ghazi dan Darsh yaitu menunggu dan berdo'a di bawah flysheet hingga pagi tiba.

Matahari mulai naik ke langit, Ghazi dan Darsh segera berkemas. Tidak ada satupun warga yang memasuki gua tadi malam. Mereka tidak perlu masuk ke gua. Semua makanan, minuman, dan peralatan dimasukkan ke tas dan segera kembali ke tenda utama. Mereka meninggalkan flysheet agar bisa digunakan rekan yang berjaga nanti.

"Jenderal, tadi malam gua banjir karena hujan", lapor Ghazi.

Jenderal kaget setelah mendengar hal itu. Jenderal Calvin sadar kalau gua benar-benar banjir maka nyaris mustahil untuk dilalui. Seseorang harus menyelam dengan jarak pandang nol. Jaraknya juga sulit diprediksi sehingga penyelam bisa mati kehabisan napas.

Jenderal Calvin duduk diam. Semua tim Araukaria juga ikut duduk melingkar di sebelah jenderal. Mereka hanya diam dan memandangi jenderal yang sedang berpikir.

"Jika jenis gua ini adalah gua kering yang tidak berada di zona air sungai bawah tanah. Kita bisa memasukinya 3 hari lagi. Tapi masalahnya, kita tidak tahu apa yang ada diujung gua. Tujuan kita mengikuti warga masuk gua kan karena penasaran tentang itu kan?" kata Jenderal Calvin.

"Awalnya memang begitu. Bagaimana jika ternyata gua itu jalan aman untuk menyusup ke Gaharunu?" tanya Jiru yang mencoba membela keputusannya kemarin.

"Kita mungkin bisa menyusup ke Gaharunu kalau bisa menemukan jalan yang benar. Tapi kalau kita tersesat, ada banyak waktu yang terbuang. Sepertinya, kita harus berkemas sekarang dan mengikhlaskan gua ini", kata Jenderal Calvin.

Segera, tim Araukaria mengemasi semua perbekalan mereka. Tenda dan flysheet juga dibongkar. Semua tim Araukaria meninggalkan hutan dan kembali ke Eldamanu untuk mencari penginapan terdekat.

Sesampainya di penginapan, Jenderal Calvin memerintahkan timnya untuk berpencar mencari informasi dan mencari perbekalan. Mereka mencari informasi tentang cara menyusup ke Gaharunu.

"Jenderal, kami menemukan warga yang tahu cara menyusup ke Gaharunu", kata Eiham.

"Di mana warga itu?" tanya Jenderal.

"Dia pemilik sebuah toko herbal. Katanya dia bersedia mengantar kita setelah tokonya tutup", kata Dhafi.

"Apakah kita bisa mempercayai kejujurannya?" tanya Jenderal.

"Anaknya belum kembali saat mencari tanaman herbal di sebuah gua. Kemungkinan, dia terjebak di sana karena guanya banjir", kata Eiham.

"Sebuah gua? Apakah jalan rahasia untuk masuk ke Gaharunu adalah sebuah gua? Gua yang kita lihat kemarin?" tanya Jenderal untuk memastikan informasi.

"Mungkin. Entahlah", jawab Dhafi.

"Baiklah. Kita tunggu teman yang lain kembali. Lalu nanti sore, kalian jemput pemilik toko", perintah Jenderal Calvin.

"Siap", ucap Eiham dan Dhafi bersamaan.

Toko herbal milik warga yang anaknya hilang tutup di sore hari. Eiham dan Dhafi sudah tiba di depan toko sebelum tutup. Mereka langsung mengantar pemilik toko ke penginapan.

"Terima kasih sudah bersedia mengantar kami. Perkenalkan, saya Calvin", kata Jenderal Calvin untuk menyambut pemilik toko.

"Dengan senang hati. Saya Sun", kata pemilik toko memperkenalkan diri.

Semua tim Araukaria sudah siap berangkat. Rekan mereka yang berbelanja perbekalan juga sudah tiba di penginapan sejak tadi siang. Semua barang sudah dibawa. Mereka juga menjual semua kuda dengan cepat. Rombongan itu berjalan kaki bersama-sama menuju gua dalam hutan.

Ajaibnya, tim Araukaria kembali lagi ke gua yang baru saja mereka tinggalkan tadi pagi.

"Tuh kan? Firasatku benar", bisik Jiru pada Ren. Ren hanya menganggukkan kepala tiga kali tanpa sepatah katapun.

Tim Araukaria dan Pak Sun segera memasuki gua. Awalnya, jalanannya penuh lumpur. Lalu mulai muncul air saat masuk ke area lebih dalam. Terlihat tali tambang milik tim Araukaria masih ada. Jenderal Calvin langsung melepasnya. Hoshi membantu Jenderal Calvin menggulung talinya. Menurut Jenderal, tali ini sangat berguna untuk membantu anak Pak Sun, sang pemilik toko herbal.

"Catat rutenya!", bisik Jenderal pada Hoshi.

Semakin lama, airnya semakin dalam. Awalnya hanya semata kaki, lama kelamaan naik jadi satu lutut. Saat airnya sudah setinggi perut, tim Araukaria mulai cemas. Pak Sun melihat wajah cemas mereka.

"Tenang! Gua ini gua kering, air akan cepat surut. Sekitar 50 langkah lagi, kita akan menemukan dataran yang lebih tinggi. Kita tidak perlu menyelam", kata Pak Sun.

Perkataan Pak Sun menenangkan semua tim Araukaria. Mereka segera mengangkat perbekalan mereka ke pundak dan mempercepat langkahnya. Tak berselang lama, mereka menemukan daratan kering. Mereka segera menaikinya dan beristirahat di sana.

"Pak Sun, di mana tempat anak anda berada?" tanya Ren.

"Entahlah. Semoga anakku benar-benar ada di gua ini. Jika benar, kita akan segera bertemu dengannya", kata Pak Sun.

Setelah makan, minum, dan beristirahat, mereka melanjutkan perjalanan. Kadang mereka bertemu jalan kering, kadang bertemu lumpur lagi, dan terkadang juga harus ikhlas basah-basahan saat air setinggi perut orang dewasa.

Tiba-tiba mereka menemukan jalan buntu. Sebenarnya masih ada lubang, tapi lubang itu terisi penuh oleh air dan airnya itu sangat keruh. Hal yang ditakutkan Jenderal Calvin benar-benar terjadi.

"Siapa di sini yang tidak bisa berenang?" tanya Jenderal.

Ternyata Pak Sun dan Ren tidak bisa berenang. Sebenarnya Ren bisa berenang, hanya saja dia phobia dengan ruangan sempit yang gelap. Ren bisa berenang di sungai atau kolam pemandian.

"Siapa di sini yang bisa menahan napas paling lama?", tanya Jenderal Calvin.

"Saya bisa menahan napas 5 menit", jawab Hoshi.

"Seberapa cepat kamu bisa berenang?" Jenderal tanya lagi.

"Saya bisa mencapai jarak 328 langkah kaki dalam 1 menit", jawab Hoshi.

"Woww…", sorak beberapa orang. Rekan-rekan Hoshi kaget dengan kemampuannya. Dengan rekor itu, Hoshi adalah perenang tercepat di Tim Araukaria.

Jenderal memerintahkan Hoshi untuk menyelam secepatnya dengan membawa tali. Begitu menemukan dataran kering, dia harus mengikatkan talinya di sana.

"Kamu hanya perlu berjalan lurus. Usahakan tetap lurus. Jika ada belokan, jangan belok", pesan Pak Sun.

"Baik, Pak Sun. Terima kasih sudah membantu kami", kata Hoshi.

Hoshi segera menarik napas panjang setelah persiapannya usai. "BLUUNG…", Hoshi memasuki lubang air dari gua.

Penglihatannya langsung gelap. Semuanya hitam. Hoshi hanya bisa memegang tali dan meraba-raba dinding lubang. Hoshi memang perenang tercepat, namun dalam situasi itu dia harus memperlambat langkahnya untuk memeriksa jjalan

Hoshi hampir kehabisan napas, namun dia mendengar suara gelembung air. Dia mengikuti suara gelembung air yang ternyata ada di depannya. Dia menambah kecepatannya dan melihat cahaya. Ternyata di depannya ada dataran kering. Dia segera menaikkan kepala dan melihat ada seseorang yang duduk di sana.

"Apakah anda anak dari Pak Sun toko herbal?" tanya Hoshi.