Tahun 1348, 4 tahun setelah Raja Cedric meninggal. Setelah 2 minggu dari hari eksekusi.
"Ratu hilang!" lapor Yudanta pada Ketua Yoshi.
"Baiklah, kita bereskan semua barang yang ada di sini lalu kita berpencar dan mencari Ratu di segala penjuru gunung ini!", perintah Ketua Yoshi.
Pagi itu, Ratu Alatariel yang sebelumnya ada di tenda tiba-tiba menghilang. Ratu sudah dirawat di tenda itu sekitar 10 hari. Setelah memakan buah ajaib, tubuhnya yang penuh luka bisa pulih dengan cepat. Sebelumnya, tubuhnya benar-benar tak berbentuk karena luka hukuman, luka digigit serigala, dan luka karena jatuh ke jurang.
Matahari sudah naik sepenggalan, musim dingin masih belum berakhir. Lapisan salju terbawah sudah mengeras. Hal ini membuat padang salju di Gunung Neji lebih mudah dilalui. Terlihat Alatariel sedang berjalan mundur dan menutupi jejaknya di padang salju itu.
Alatariel sudah berada jauh dari lokasi tenda. Dia sudah meninggalkan tenda Tim Akas pada tengah malam saat semuanya tidur. Sudah tidak ada lagi darah yang menetes dari lukanya. Dia hanya perlu menghilangkan jejak kakinya di salju dengan ranting dan tangan agar tidak ketahuan.
Sesampainya di hutan, Alatariel langsung berjalan cepat. Sekarang, dia tidak memilih jalur pendakian. Dia memilih untuk masuk ke hutan agar lebih sulit dicari. Dia berencana untuk turun ke pelabuhan secepatnya.
Ketua Yoshi menyisir sisi selatan gunung. Raefal menyisir sisi timur gunung. Yudanta menyisir sisi utara dan Xavier di sisi barat. Mereka mulai berpencar setibanya di puncak. Namun sayangnya, mereka belum menemukan Alatariel.
Punggung Alatariel sudah mulai sakit. Nafasnya juga sudah ngos-ngosan. Kakinya juga sudah gemetar seakan tidak kuat menopang badan. Untungnya, dia sudah tiba di kebun bunga suisen. Bunga suisen cukup tinggi. Di sini, Alatariel berbaring di bawah bunga suisen untuk beristirahat.
Tiba-tiba muncul panah yang mengenai dada kiri Alatariel yang saat itu sedang beristirahat. Kaget dan takut kalau Tim Akas sudah datang, dia langsung mencabut panah dan merayap kabur. Ternyata semakin banyak panah yang datang saat dia merayap.
Bunga-bunga suisen yang dilalui Alatariel bergoyang-goyang. Hal itulah yang menyebabkan kemunculan banyak anak panah. Kewalahan menghindari anak panah itu, Alatariel segera berdiri dan menguatkan diri untuk berlari.
Aksi kejar-kejaran dimulai. Alatariel, sesekali menengok ke belakang. Ternyata yang mengejarnya bukan Tim Akas tapi seorang pemburu. Dia cukup lega melihatnya. Alatariel melihat daerah berbatu besar yang tingginya melebihi manusia. Dia segera bersembunyi di sana.
Untungnya, Alatariel menemukan celah batu yang pas. Pemburu itu kehilangan jejak lalu pergi. Alatariel sangat lega. Dia segera duduk dan beristirahat sejenak. Tiba-tiba dia melihat ada darah yang mengalir di kakinya. Sesaat kemudian, perut dan punggung bawah terasa sangat sakit.
Tak kuat menahan perutnya yang sakit, Alatariel tiba-tiba pingsan di celah batu. Butiran-butiran salju mulai menutupi tubuhnya dan menurunkan suhu tubuhnya dengan cepat. Semakin lama, tubuh Alatariel semakin pucat dan beberapa bagian tubuhnya mulai membiru.
Di sebuah rumah kayu, ada sepasang suami istri yang sudah tua. Kakek Nenek itu bekerja sebagai pencari kayu bakar. Nenek sedang merebus sup di perapian. Sekitar 2 langkah dari perapian, ada tubuh perempuan yang dibungkus kain wol berlapis-lapis. Perempuan itu adalah Alatariel.
"Kamu sudah bangun?" kata nenek itu.
Nenek melihat Alatariel sudah membuka mata, tapi tatapannya kosong. Dia tidak merespon perkataan nenek dengan apapun termasuk berkedip. Alatariel hanya diam, tubuhnya menggigil, dan napasnya tidak beraturan.
Masakan nenek sudah jadi. Nenek juga merebus teh hangat. Nenek menyuapi Alatariel dengan teh hangat. Setelah itu, nenek menyuapinya dengan makanan. Sesekali, nenek juga menyeka kulit Alatariel dengan kain yang dibasahi dengan air hangat. Namun itu percuma karena kain hangat itu cepat berubah menjadi dingin.
Mengetahui tubuh Alatariel semakin lama semakin dingin, nenek tidak tinggal diam. Nenek segera menghaluskan daun pappermint, daun kamper, dan kayu kamper. Adonan itu digulung dalam sebuah kain lalu dibalutkan ke seluruh badan Alatariel yang dingin. Inilah awal mula kemunculan koyo.
"Di mana aku?" tanya Alatariel.
"Kau sudah sadar?" Nenek tanya balik.
Alatariel segera memeriksa tubuhnya yang sekarang bau pappermint. Dia masih tidak dapat menggerakkan tubuhnya. Dia hanya bisa berbicara, melihat, dan mendengar.
"Saya tidak bisa menggerakkan tubuh", kata Alatariel.
"Tidak apa-apa. Itu wajar karena sudah 3 bulan kamu linglung dan menjadi mayat hidup", kata nenek.
Alatariel kaget. Dia ingin memeriksa tangan dan kakinya, tapi ternyata tidak bisa. Tangan dan kakinya terlalu kaku untuk digerakkan.
"Terima kasih", kata Alatariel lirih.
"Siapa namamu?" tanya Nenek.
Mulut Alatariel terbuka namun tidak ada suara apapun. Alatariel berusaha menjawab pertanyaan nenek tapi sayangnya dia lupa namanya sendiri. Sambil menatap nenek, Alatariel berpikir lama.
"Saya lupa", jawab Alatariel.
Ternyata, Alatariel mengalami amnesia alias hilang ingatan. Hal ini sering dialami oleh orang-orang yang berhasil bertahan hidup setelah hampir mati membeku. Tapi ini tetaplah sebuah kemajuan. Kondisi Alatariel sudah jauh membaik dibandingkan 3 bulan lalu. Dulu dia tidak bisa berbicara sama sekali.
"Oh ya! Aku baru ingat. Kamu keguguran 3 bulan yang lalu!" kata nenek.
Alatariel kaget. Dia bingung mengapa dia bisa keguguran. Dia juga tidak merasa hamil. Dia berusaha mengingat kejadian masa lalu tapi kepalanya tambah pusing. Semakin lama kepalanya semakin pusing lalu dia pingsan.
Musim dingin berubah menjadi musim semi. Tim Akas sudah tidak mencari Alatariel di Gunung Neji. Mereka memfokuskan pencarian di rumah-rumah penduduk namun hasilnya nihil. Akhirnya, datang seorang prajurit yang menemui Ketua Yoshi.
"Yang Mulia memerintahkan semua tim Akas untuk kembali ke istana", kata prajurit tersebut.
Setelah menerima perintah itu, Ketua Yoshi mengajak Raefal, Xavier, dan Yudanta untuk pulang. Sesampainya di istana, Ketua Yoshi segera melaporkan semua yang telah dialami. Dia menyampaikan bahwa tim Akas sempat bertemu dengan Alatariel sekitar 10 hari sebelum akhirnya Alatariel kabur.
"Yang Mulia, sebenarnya saya juga punya informasi lain", lapor Ketua Yoshi.
"Apa itu?" tanya Raja Ehren.
"Sepertinya, Yang Mulia Ratu hamil. Itulah mengapa, saya tidak tega jika harus membawa pulang Yang Mulia Ratu dalam keadaan penuh luka. Saya mengetahuinya saat dia masih pingsan setelah jatuh dari jurang dan terluka parah", lapor Yoshi.
Raja Ehren sangat kaget. Dia diam cukup lama dengan menatap Ketua Yoshi. Lalu berkata, "Baiklah, laporan diterima kamu bisa pergi".
Raja Ehren sangat kaget. Perasaan marah, sedih, senang, dan menyesal berkecamuk dalam hatinya. Dia segera mempertanyakan ulang keputusannya. Apakah keputusan untuk mengeksekusi Alatariel adalah keputusan yang benar? Mengapa Alatariel membunuh Raja? Apa alasannya? Mengapa Alatariel tidak memberitahunya bahwa dia telah hamil.
Awalnya Ehren terkejut, bahagia, lalu menyesal. Ehren berusaha mencerna semua informasi. Dia mulai mengingat-ingat detail cerita. Sudah lama Ehren berharap dikaruniai anak dengan Alatariel. Namun, dia harus menelan pil pahit dengan kenyataan yang sudah terjadi.
"Mengapa? Mengapa sekarang?" pikir Ehren.
Semakin lama, pikiran Ehren semakin kalut. Merasa buntu, dia berjalan ke kamar Alatariel yang ada di istana Okaru. Pintu kamar Alatariel terasa kotor berdebu. Sudah sekitar 2 tahun lebih, kamar ini tidak dihuni.
Setelah menjadi Raja, Ehren dan Alatariel pindah ke Istana Amayuni. Kamar mereka di istana Okaru dibiarkan kosong. Ketika pintu dibuka, hidung terasa sesak karena debu yang terhirup. Ehren menyentuh semua barang-barang Alatariel satu persatu. Hingga akhirnya ada sebuah buku yang belum pernah Ehren lihat. Dia duduk dan membuka buku itu.
-------
Terima kasih sudah memberiku permen.
Terima kasih sudah mengajariku cara membuat permen.
Terima kasih sudah membantuku memetik stroberi.
Terima kasih sudah memegang erat tanganku.
Terima kasih sudah mengajarkanku arti berbagi.
Terima kasih sudah memberanikan diri untuk menyelamatkan beruang kecil.
Terima kasih sudah membuat duniaku berwarna.
Terima kasih sudah memegang erat tanganku.
Terima kasih sudah hadir dihidupku.
-------
Itulah isi dari buku itu. Ehren tiba-tiba teringat semua kenangan saat pertama bertemu Alatariel. Semakin banyak yang dia baca, semakin banyak air mata yang jatuh. Hingga akhirnya, Ehren sudah tidak kuat lagi membaca dan menangis meraung-raung.