Chereads / Aku datang ke dunia novel! / Chapter 3 - Chapter 3: Hari yang menyenangkan? Tidak!

Chapter 3 - Chapter 3: Hari yang menyenangkan? Tidak!

Farel kemudian menoleh kearah adiknya dan kemudian berpikir apakah ada yang salah dengan otaknya? bagaimana bisa dia tambah aneh?

"Dek, kita kerumah sakit dulu ya" kata Farel iba melihat adeknya.

Entah kenapa tiba-tiba muncul emosi ketika Sari melihat tatapan mata penuh arti dari abanya ini. "Apaan sih bang? kamu mau ke RSJ? Alhamdulillah kamu sadar, emang udah saatnya kamu ke RSJ"

"Bukan aku, tapi KAMU bocil" kata Farel.

"Ohh, jadi kamu mau berantem nih ceritanya. Ayo! siapa takut! aku cari lapangan terdekat lewat google maps" sembari mengeluarkan gawai dari tasnya dan membuka aplikasi google maps.

Farel, yang tiba-tiba ingat kalau adeknya bisa Karate tiba-tiba merasa seluruh bulu kuduknya berdiri. "Nggak ngajak berantem kok, kamu mau tahu apa tadi?" tanyanya panik.

Meskipun Sari tahu kalau abangnya hanya ingin mengalihkan perhatiannya, dia tetap mengikuti alur percakapan dari abangnya yang brengsek ini.

'Aku adalah adik terbaik didunia, bang Farel harusnya bersyukur akan hal ini' pikirnya.

"Aku mau tahu papa ngapain aja sampai bisa untung banyak?"

Farel kemudian mengeleng-gelengkan kepalanya dan berkata dengan dramatis "Well, aku tahu kamu orangnya apatis tapi aku nggak nyangka kamu ternyata bisa se-apatis ini"

Melihat adiknya yang mulai marah lagi, dia kemudian segera memulai narasinya.

Muhammad Dylan, Papa dari Sari dan Farel adalah seorang pebisnis yang sedang naik daun akhir-akhir ini. Karena berdasarkan pencatatan buku diakhir tahun, laba perusahaan yang dimiliki berhasil untung hingga 1000%.

Dia memulai bisnis dengan olshop (Jualan online) yang kemudian berkembang menjadi toko skincare yang penjualan produknya tersebar se-Indonesia.

'Papa di dunia ini bukan seorang Tentara melainkan seorang pebisnis? OMG, nasib memang tidak ada yang tahu'

...

'Kamarku dimana ya?' pikir Sari ketika dia tiba dirumah, tidak, lebih tepat ketika dia tiba di villa.

"Eh, cil kamu ngapain bengong di pintu?" tanya Farel

Mendengar perkataan abangnya ini, Sari kemudian berjalan keruang tamu "Banyak tanya deh bang, kalo aku mau duduk di sofa dulu kenapa emangnya?"

"Hadeh, dasar cewek moodswingnya parah banget" setelah itu Farel langsung pergi kelantai dua.

Tentu saja, Sari langsung mengikuti Farel ke lantai dua juga.

Tap. Tap. Tap

Tap.Tap.Tap

Farel yang sedari tadi diikuti hingga kedepan kamarnya mulai merasa geram "Dek! kamu ngapain ngikutin aku sih? kekamar kamu sono!"

"Siapa juga yang ngikutin sih? jadi orang jangan terlalu narsis, okey?" 'Kalau aku tahu letak kamarku dimana siapa juga mau ngikutin kamu hah?!'

Tanpa mereka berdua sadari ada orang ketiga yang datang "Ada apa neng Sari? Kenapa marah sama den Farel?"

"Ini bik, obatnya Sari lagi habis kayaknya. Bisa-bisanya dia aneh dari tadi…" jawab Farel kesal.

Sembari menggulung lengan pakaiannya Sari berkata dengan geram "Siapa yang kamu bilang obat habis huh?! Ayo kita berantem sekarang aja"

"Sudah Neng Sari jangan berantem sama Den Farel, ini tadi ada yang nganter paket atas nama Neng Sari"

"Jadi kita Neng Sari kekamar dulu aja biar bibik bawakkan paketnya ke kamar sekalian Neng Sari juga harus ganti baju dulu"

'Paket? Teimakasih banyak udah membantuku! Udah malu banget lagi depan abang, masa iya aku nanya ke dia dimana kamarku? Yang ada malah dikira gila beneran lagi'

Sambil melambaikan tangan kearah mereka berdua, Farel berkata "Bik Narti, tolong nanti sekalian buatkan the herbal buat adek kesayanganku, daripada dia tambah gila nanti"

"AHHH, abang sialan! Awas nanti ya!" sambil mengikuti bibi Narti, Sari menggerakkan jari jempol kelehernya seakan memperagakan memotong kepala kearah Farel.

....

WOW

Sari yang sedang memegang paket tengah berdiri diam mematung ditengah ruangan hanya bisa memikirkan kata itu.

Ruangan yang bisa dibilang terlalu besar untuk ukuran kamar keluarga dengan ekonomi menengah kebawah ini memiliki semua fasilitas yang dimimpikan Sari.

Ada dua rak buku yang telah diisi dengan berbagai jenis buku yang menarik perhatiannya. Kemudian terdapat meja dan sofa yang bisa digunakan untuk membaca dengan nyaman.

Ditambah ada laptop dan perangkat aksesoris lengkap di sudut ruangan lainnya.

Dan ditengah ruangan ada Kasur ukuran king size dengan bantal dan selimut yang terlihat sangat nyaman untuk digunakan. Serta ada side table dengan lampu kamar yang lucu.

Jika diperhatikan dengan seksama terdapat pintu disamping rak buku. Tanpa pikir panjang Sari langsung melangkah kearah pintu tersebut.

Dibalik pintu tersebut terdapat walk-in closet. Terdapat lemari-lemari yang mengelilingi ruangan itu diisi dari pakaian sederhana untuk digunakan sehari-hari hingga gaun glamor yang biasanya hanya digunakan saat acara-acara formal ataupun acara tertentu lainnya.

Ditengah ruang ini terdapat meja transparan, atau lebih tepatnya terdapat laci transparan. Dimana kalian bisa melihat jam tangan mewah disusun dengan sedemikian rupa, ada cincin, gelang, dan kalung dengan berbagai macam design.

…..

Setelah mengelilingi dan mengamati setiap sudut kamarnya. Sari kemudian duduk disofa dan mulai merenung.

'WOW… entah kenapa tiba-tiba aku menjadi sangat bersyukur karena telah masuk ke dunia novel'

'selama aku tidak ikut campur dengan urusan romansa antara tokoh utama pria dan Wanita yang ada di novel ini. Aku yakin semua akan baik-baik saja'

"Neng Sari, sudah waktunya makan malam. Bibik sudah masak makanan favoritnya Neng Sari juga" terdengar suara bibik Narti dari arah pintu keluar kamar.

Tanpa menunggu lama Sari langsung membuka pintu dan benar saja melihat ada bik Narti disana. "Siapa aja yang ikut makan malam bik?"

"Ada mama Vira dan papa Dylan non, sama den Farel juga sudah di meja makan" ujarnya.

Mendengar jawaban dari bik nartI, Sari pun langsung bergegas melangkah kearah ruang makan.

Setibanya disana dia melihat keluarganya. Entah kenapa tiba-tiba dia ingin menangis. Mata merahnya Sari menarik perhatian mama Vira.

"Kamu kenapa ri? Nggak enak badan atau Farel bully kamu lagi yah?" tanyanya dengan nada khawatir.

"justru aku yang di bully ma" Kata Farel mengelak, bisa celaka kalau dia ketahuan sering mengejek adeknya!

Bisa-bisa nama Farel Ahmad bakalan di coret dari Kartu Keluarga. Kalaupun nggak dicoret, uang jajannya bulan ini bisa hilang.

Melihat tingkah putra sulungnya, papa Dylan merasa yakin kalau Farel pasti dalangnya. "Bilang aja nak kalau abangmu nge-bully, papa yang akan turun tangan"

Gawat!

"Dek, kamu jangan nangis yah, sini abang kasih dada ayam bakar untukmu"

Sebagai pecinta dada ayam, Farel merasa dia telah berkorban banyak untuk adeknya ini.

Melihat tingkah abangnya yang tiba-tiba salting didepan orang tuanya dan berusaha untuk mengalihkan perhatiannya, Sari hanya bisa tertawa kecil. Dia kemudian duduk disamping abangnya dan mulai makan bersama.

'pokoknya aku nggak akan ikut campur dengan urusan asmara antara tokoh utama pria dan Wanita di novel ini! Aku akan menjauh sejauh-jauhnya dari mereka!'