Chereads / MY SWEET HEART. / Chapter 1 - PROLOG

MY SWEET HEART.

Nanaline97
  • --
    chs / week
  • --
    NOT RATINGS
  • 3.1k
    Views
Synopsis

Chapter 1 - PROLOG

"Mommy Bilang tidak Ela. kau tahu, bagaimana buruknya Dunia saat ini," Emily tampak Frustasi ketika menatap Rafaela yang masih berdiri di hadapannya. Gadis dengan rambut cokelat mengkilap itu tidak ingin kalah berargumen dengan Mommynya. Yang benar saja, ia bukan lagi anak TK yang harus di kawal, apa angka 22 tidak cukup membuktikan jika ia sudah bisa memilih sesuatu yang baik untuk dirinya sendiri ?

"Oh, ayolah Mom, ini hanyalah kompetisi Musik bukan ajang pelelangan untuk menjual diri" bela Rafaela. Ia sesekali menarik nafasnya menahan emosi untuk tidak memberontak. Demi Tuhan apa semua orang tua harus seperti Mommynya ? Well sesuatu ini tidak bisa di biarkan. Momynya sudah melewati batas untuk mendeskripsikan jika wanita itu sangat menyayanginya.

"Mommy Bilang tidak El," ujar Emily "Daddy mu akan pulang dari Italia dua hari lagi. Mommy tidak ingin dia marah karena Mommy mengijinkan mu mengikuti Ajang pencarian bakat tidak masuk akal itu. Mommy akan lebih setuju jika Kau melatih kemampuan Medis mu untuk masuk ke Harvard"

Rafaela menghembuskan nafasnya kasar ia sudah tidak tahan lagi. Emily memang sangat sulit untuk di bujuk. Salahkan Dylan Jone Kakak laki-lakinya yang menjadi pelaku utama semua orang rumah tidak setuju jika ia mengembangkan bakat musiknya.

Kecelakaan Angela kekasihnya membuat Lelaki itu begitu trauma dengan semua yang berbau Musik. Tapi, bukankah nasib dan takdir semua orang sangatlah berbeda? Rafaela bukanlah Angela. Walaupun gadis itu punya bakat bernyanyi dan bermain piano, kecelakaan saat lampu kristal meledak diatasnya tidak akan bisa terulang pada Rafaela. dia bukanlah Angela dia adalah Rafaela Jone dan semua orang tau perbedaan mereka walaupun mereka berdua adalah sahabat dekat.

"Selamat pagi Mom !" tiba-tiba suara Dylan terdenagar menyapa dari ujung tangga hingga membuat Emily dan juga Rafaela menoleh dengan cepat kearahnya. Lelaki itu terlihat memasukkan kedua tangannya kedalam kantong celana Piyama berwarna biru kelam sama seperti kepribadiannya yang sulit di tebak. Ia kemudian berjalan mendekat pada pada Emily dan juga Rafaela yang masih berdiri di balik meja makan.

Emily menatap Rafaela cepat. Wanita itu memberinya Isyarat untuk tidak membahas tentang perdebatan mereka berdua barusan.

"Selamat pagi Son, Kau sudah bangun?" ucap Emily. Wajahnya di buat seceria mungkin untuk tidak mengundang kecurigaan pada anaknya itu.

Sebelah tangannya menarik salah satu kursi di balik meja makan untuk ia duduki di susul Rafaela yang juga ikut melakukan hal yang sama dengannya.

"Aku mendengar kalian mendiskusikan sesuatu, aku sedikit terganggu dengan suara Mommy. Jadi aku datang untuk menyapa kalian."

Dylan menatap Emily dan juga Rafaela secara bergantian lalu beralih untuk ikut duduk dengan mereka.

"Apa ada hal serius yang sedang kalian diskusikan?" tanya Dylan. sembari mecoba mengoles selai pada rotinya.

Emily sekali lagi menoleh pada Rafaela sesaat kemudian, lalu dengan cepat tersenyum pada Dylan. Cara yang selalu Wanita itu gunakan untuk menutupi kecemasan di wajahnya.

"Kami hanya mendiskusikan pendaftaran Rafaela menjadi mahasiswa baru di universitas Harvard— Ia kan El ?" ucap Emily pada Rafaela mecoba meminta persetujuan pada gadis itu.

Rafaela memutar bolah matanya jengah tidak setuju dengan Emily. Namun untuk saat ini Ia tidak ingin berdebat. Apalagi itu tentang Dylan dan juga Hobby musiknya. Lelaki itu seratus persen tidak akan setuju. lagi pula Tidak ada poin penting yang bisa Rafaela ambil dari perdebatan yang membosankan dengan Kakak laki-lakinya itu.

"Ya, kau bisa melihatnya" akhirnya Rafaela meloloskan kalimat itu dari mulutnya walau awalnya ia menolak bersikongkol dengan Mommynya

"Bagus, untuk kali ini Kakak sangat mendukung pilihanmu" ucap Dylan sembari memasukkan potongan Roti Sandwich kedalam mulutnya.

"Daddy akan pulang dua hari lagi, jadi mungkin Kakak tidak akan bisa mengantarkan mu untuk melakukan pendaftaran langsung ke Universitas. Perusahaan Newbie kita tidak boleh kehilangan pemimpin. Daddy sangat butuh istirahat jadi, Kakak harus mengantikannya. Aku berharap kau tidak merepotkan Mommy"

"Of Course" Jawab Rafaela singkat.

sekalipun mulutnya setuju dengan itu, hatinya berharap sarapan pagi ini berakhir dengan cepat. Ia sangat butuh udara yang segar untuk memperbaharui otaknya agar bisa berfikir jernih.

Audisi akan diadakan Minggu depan dan Sialnya Rafaela belum bisa memesan tiket pesawat apapun untuk keberangkatannya ke Sanghai.

Kartu kreditnya Gold milinya untuk sementara waktu di bekukan oleh Emily. Wanita itu sangat begitu berkuasa. Ia harus menemukan jalan lain secepat mungkin, atau kesempatan menemukan Sahabatnya di Sanghai akan berakhir seumur hidupnya.

Apapun yang terjadi ia harus bisa bertemu dengan Shine.