"Perjanjian pra-nikah adalah ide Tante, jangan salahkan Agnes."
"A-apa?"
Bagas tak menyangka dengan ucapan mertuanya. Bagaimana mungkin Abigail dengan mudahnya mengatakan semua itu? Kenapa dia harus sampai sedalam itu ikut campur urusan rumah tangga mereka? Apakah karena dirinya seorang musisi terkenal, lantas bisa seenaknya campur tangan urusan mereka berdua?
Pertanyaan yang menggelayut di kepala Bagas namun urung dia tanyakan. Pria ini hanya memilih diam dan bermain aman dengan sang mertua. Tak ingin membuat keributan, karena percuma saja jika bersitegang dengan wanita ini, hanya akan menambah emosi dan dendam.
"Boleh saya tanya satu hal pada Mami?" tanya Bagas datar dan sedikit gugup.
"Tanyakan!" sahut Abigail tegas.
"Kenapa Mami sampai mau repot-repot mengurusi perjanjian pra-nikah kami? Bukankah seharusnya perjanjian itu dilakukan oleh pasangan yang akan menikah? Tapi, kenapa Mami …?"